Minggu, 10 Januari 2010

Agni Hotra

Sabtu, 9 Januari 2010.

Setelah selesai pelaksanaan Posyandu di Perumahan kami bersama ibu Dayu, kucoba lanjutkan aktivitas dengan mengedarkan angket bagi penelitian Nyoman Marpha, suami dari kakakku yang sedang melanjutkan S3 nya. Kukunjungi Ibu Agung, pemilik Sonar UD, dan coba berbasa basi sebelum memulai bahas pengisian angket.

Tiba-tiba HP ku berdering. Di ujung, suara Pinandita Shri Sudharma, yang lebih kerap disapa Jero Mangku Danu. "Saya kini sudah di Bali lagi, akan adakan upacara Agni Hotra di rumah Jero Mangku, di Jalan Gunung Sari IV, Gang Bonsai". Ah... selalu tergetar hati ini jika tersentuh berita tentang aktivitas spiritual. Terima kasih Tuhan, doaku dan permintaanku untuk mengiringi perjalanan orang-orang besar dalam bidang spiritual telah Engkau kabulkan dengan berita dari Sang Mangku. Bergegas kulanjutkan diskusi, dan beranjak meninggalkan Bu Agung, lalu mengunjungi beberapa pihak pemilik dan pengelola berbagai perusahaan kecil yang gunakan manajemen kekeluargaan.

Pukul delapan malam, kukunjungi rumah keluarga Nyoman, pihak terakhir untuk hari ini berkenaan dengan penyebaran angket penelitian ini, lalu beranjak ke Banjar Buana Kubu. Namun, usaha temukan alamat yang diberikan Jero Mangku Danu tidaklah gampang. Aku tersasar hingga ke jalan Gunung Lempuyang, mondar mandir di beberapa jalan lain yang lebih becek karena hujan... bahkan, setelah temui jalan Gunung Sari IV gang Bonsai, masih bisa kesasar dengan masuk ke rumah Jero Mangku Sukarsa yang biasa mengendarai Vespa dengan nomer rumahnya, 31. Hujan lebat mendera, aku harus berdiam di sana dahulu, membuka perbincangan seputar topik perjalanan Jero mangku yang juga mengelola Ashram Gundaram ini.

Akhirnya hujan reda setelah 15 menit. Aku bisa berpamitan dengan Jero Mangku Sukarsa, dan melanjutkan pencaharian rumah nomer 19 B tersebut. Dan, temui Jero Mangku Danu disana. Ah, rasanya baru kemarin berjumpa dengan Mangku Danu, namun kami telah bertemu kembali kini disini. Ini adalah rumah kakak Mangku Danu, yang juga seorang mangku. Hm... keluarga besar yang memiliki garis keturunan Mangku. Kali ini Mangku Danu mengadakan upacara Agni Hotra disini.

Kulihat biji-bijian dicampur menjadi satu. Kacang kedelai merah, kacang hijau, jagung, beras (seharusnya menurut mereka bulir padi, namun karena tidak ada, jadilah diganti dengan beras). lalu ada empat mangkuk yang masing-masing berisi yoghurt, air kelapa muda, gula aren, dan susu. Kami duduk melingkari serpihan kayu yang dinyalakan dengan menggunakan kapas yang telah di beri minyak kelapa. Semakin lama, nyala api semakin membesar. Mangku Danu memulai melafalkan mantramnya, sesekali kami menyela dengan menyebutkan "Swaha" sambil menjatuhkan butir kacang-kacangan ke dalam bara api. Minyak kelapa dituangkan berkali dengan menggunakan sendok, demikian pula, yoghurt, susu, gula aren dan air kelapa muda. Hmmm, kulirik wajah-wajah orang yang terlibat disana, menirukan dan melantunkan mantram yang Mangku Danu katakan, fokus hanya kepada Hyang Widhi Wasa. Indah sekali menatap wajah Sang Mangku, terlihat damai dan tenang, kudengarkan syair mantram Beliau senandungkan dengan irama tertentu ditingkahi alunan denting genta. Ah... sungguh suatu kedamaian tercipta. Tanpa terasa perlahan air mata jatuh bergulir. Tak ingin tenang dan bahagia ini segera berlalu. Aku bangga bisa memuja dan memuji Tuhan dalam rangkaian upacara Agni Hotra ini. Bahkan, inilah kali pertama kuikuti dalam hidupku. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 12 lewat, hmm, tengah malam sudah berlalu, saat aku pamit dari keberadaanku di tengah keluarga ini. Hujan masih jatuh satu-satu, namun yakinku, semangatku takkan jatuh, karena kudapatkan damai di hati. Mati gaya dalam Agni Hotra, with My Lord.

Apa sih sesungguhnya Agni Hotra?
Putu Aris, 15 May 2008 menjelaskan Agni Hotra yang disampaikan oleh: Drs. I Wayan Catra Yasa, 07 November 2006. Agni Hotra adalah doa dan puja yang dilakukan untuk memuliakan Tuhan secara berulang-ulang ketika sering mengikuti upacara Agni Hotra dalam berbagai manifestasi Tuhan atau Ista Dewata. Vibrasi spiritual yang dirasakan akan begitu besar saat mendengar lantunan nada mantram yang bersumber pada Weda itu.

Dalam perjalanannya yang cukup panjang, terdapat banyak perguruan (sampradaya, chanda, bahan material yang digunakan, beserta susunan Agni Hotra. Banyak orang telah mendapatkan manfaat setelah melakukan dan mengikuti yadnya Agni Hotra. Beberapa
manfaat seperti kesembuhan dari sakit, keharmonisan keluarga, perjalanan spiritual semakin meningkat, serta permohonan lain yang menapak ke hal yang positif. Namun semestinya tidak dilupakan bahwa Agni Hotra tidak dilaksanakan semata-mata untuk mendatangkan manfaat-manfaat tersebut. Ada tujuan yang lebih mulia dari hanya sekedar mendapat mukjizat.

Sejak jaman dahulu pada waktu para Maha Rsi yang agung telah melaksanakan Agni Hotra, maka yadnya Agni Hotra sejak itu secara implisit mengandung hal-hal itu. Tetapi para Maha Rsi ini sangat menghindari pelaksanaan Agni Hotra yang bersifat Rajasika (nafsu, keinginan) karena hal itu dapat mengurangi nilai luhur yang terkandung dalam mantra-mantra yang diucapkan.

Agni Hotra telah lama dijalankan oleh para Maha Rsi kita di Bali seperti yang disebutkan dalam beberapa naskah lontar misalnya : Agastya Parwa, Lontar Bali Pulina, Lontar Widhi Sastra, Lontar Wrespati Tattwa, Lontar Peranda Sakti Wawu Rauh, dan Lontar Purba Sesana. Seluruh lontar tersebut menyebutkan bahwa Agni Hotra adalah upacara Sattwika yang memberikan manfaat yang luar biasa.

Dalam Lontar Wrespati Tattwa dinyatakan:
"Dharma ngaranya: sila ngaraning mangaraksa acara Rahayu, yajnya ngaraning manghanaken homa, tapa ngaranya umati indriyanya, tan wineh ring wisanya, dana ngaranya weweh, pravrjaya ngaraning wiku andaka, bhiksu ngaraning diksita, yoga ngaraning magawe Samadhi, nahan prtayekaning dharma ngaranya" (25)

Artinya:
Pelajaran dharma meliputi : Sila melaksanakan tingkah laku yang baik,
yadnya berarti melaksanakan upacara homa ( Agni Hotra ). Tapa berarti
mengendalikan indria, tidak terikat pada obyeknya. Dana berarti memberi
( pemberian sesuatu kepada yang memerlukan ). Pravrja berarti pandita
yang melakukan puasa ( pertapaan ), Bhiksu berarti melaksanakan upacara
dwijati, menjadi pandita. Yoga berarti melaksanakan meditasi.
Demikianlah bentuk realisasi pengamalan dharma.

Ditegaskan kembali dalam Chanakya Nitisastra, VIII.10 :
"Agni Hotra bina veda na ca danam bina kriyah, na bhavena bina siddhis
tasmad bhavo hi karanam"

Artinya:
Pelajaran Veda tanpa pengorbanan suci Agni Hotra adalah sia-sia. Korban
suci tanpa disertai dana punia tidaklah sempurna. Tanpa disertai rasa
bhakti semua itu tidak akan berhasil. Oleh karena itu, hal yang paling
penting adalah bhakti yaitu penyebab dari segala keberhasilan.

Dari pemaparan yang sangat singkat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kita telah dituntun untuk melaksanakan yadnya suci Agni hotra sebagai
yadnya yang utama dengan berdasarkan kitab suci Weda. Mulai sekarang
janganlah ragu-ragu untuk melaksanakannya. Kembali ke Veda berarti kita
memberikan kesempatan kepada jiwa kita untuk lebih intim pada jalur
dharma sehingga sang jiwa bisa berevolusi ke arah yang positif dan
peningkatan kehidupan yang lebih utama.
http://www.hindubatam.com/dwacana36.html

Sumber lain dengan topik Filsafat, Menuju Damai Sejati, Senin, 31 Desember 2007 menjelaskan tentang Agni Hotra.

Upacara agni-hotra merupakan suatu bentuk persembahan khusus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hampir semua upacara samskara (rangkaian upacara yang harus dijalani seseorang sebagai upaya peningkatan kualitas rohani)yang digariskan dalam Veda mulai dari yang terkait kehamilan (bayi di dalam kandungan), kelahiran, pemberian nama kepada bayi, pemberian biji pertama kepada bayi, dan seterusnya sampai upacara saat seseorang
meninggal dunia, diiringi dengan adanya korban suci api atau agni-hotra ini.

Memang, di dalam Kitab Suci dianjurkan bahwa segala kegiatan yang kita lakukan mestinya ditujukan untuk memuaskan Tuhan Yang Mahakuasa, sebagai suatu bentuk persembahan. Inilah yang akan mengantarkan kedamaian sejati di dunia ini. Seperti Sri Krishna bersabda di dalam Bhagavad-gita, "Orang yang sadar akan diri-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai Penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua mahkluk hidup, akan mencapai kedamaian dari
penderitaan kesengsaraan material."

Tidak terkecuali jika kita berkeinginan untuk merayakan hari-hari yang kita anggap istimewa dan memiliki arti khusus dalam hidup kita seperti misalnya hari ulang tahun kita. Kita dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan persembahan khusus kepada Tuhan, dalam suatu bentuk upacara agni-hotra seperti ini, dan kemudian membagikan sisa persembahan tersebut kepada sanak keluarga, teman atau relasi. Maka ini akan memberi manfaat yang sangat besar kepada semuanya.

Atmosfer yang tercipta dari pelaksanaan korban suci api seperti ini sangatlah bertuah untuk kemajuan rohani. Bahan-bahan yang dipersembahkan ke dalam api menciptakan aroma khusus yang menyucikan suasana dan pikiran orang yang menghadirinya. Dengan pikiran yang tersucikan, akan lebih mudah bagi kita untuk menerima pengetahuan rohani. Jadi, bukan hanya maksud upacara tersebut yang terpenuhi, namun yang menghadirinya pun mendapatkan manfaat yang sangat besar. Disebutkan pula bahwa tiap biji yang ikut dipersembahkan ke dalam api suci dalam upacara agni-hotra seperti ini melambangkan jumlah berkurangnya dosa orang yang
mempersembahkannya.

Bentuk yajnya atau persembahan kepada Tuhan yang dianjurkan untuk zaman Kali adalah sankirtana yajnya atau korban suci berupa kegiatan mengucapkan nama suci Tuhan. Dan memang inilah juga yang melengkapi pelaksanaan agni-hotra. Segala kekurangan atau kesalahan yang terjadi selama jalannya upacara ini disempurnakan oleh yajnya yang memang dianjurkan untuk zaman saat ini yakni pengucapan nama suci Tuhan, yang
berupa bhajan atau kirtana. Tanpa adanya pengucapan nama suci Tuhan, upacara seperti ini dianggap belum lengkap dan sempurna. Oleh karena itulah kidung nama suci Tuhan harus terus dilantunkan mengiringi upacara agni-hotra seperti ini.

http://krishna-bali.com/modules.php?name=News&file=print&sid=45

1 komentar: