Selasa, 08 Januari 2013

Adikku Sayang....... Sayang pula jumpa hanya sekejap



“Adikmu akan tiba Senin, tanggal 31 Desember 2012, dan kembali tanggal 3 Januari 2013. Tolong bantu segala urusan yang berkaitan dengan mereka”. Demikian ibuku tercinta berbincang via telpon dari Kalimantan Barat, Minggu 24 Desember 2012.
 
Well….. Senin, tanggal 31 Desember 2012. Hari itu adalah serangkaian hari pelaksanaan perayaan pergantian tahun yang telah kami rencanakan sebelumnya, dan sudah tentu warga perum sangat menanti hari tersebut. Namun….. bukankah manusia diberi akal dan budi untuk menghadapi beragam nuansa dalam kehidupannya?



Kuhubungi Dewa Ajik Dewa Gede Sudiastawan. Beliau adalah pamanku yang memiliki penyewaan mobil, kuminta menyediakan mobil bagi adikku tercinta, I Dewa Komang Diwya Artha Kesuma, juga istrinya, Koming Aryani, dan putri mereka, Desak Putu Tantri. Selama 3 hari berturut-turut, hingga tgl 3 Januari 2013.
 
Masalah selesai? Hmmm, belum juga. Adikku menelpon dan berbincang seurieus…… “Tolong deh, jangan sewa mobil. Lebih baik sediakan saya sekeluarga, dua buah motor. Jadi lebih gampang kemana-mana. Kalau Mama nelpon, bilang aja dah beres, ya??!!”. Dheuh…….

Senin, 31 Desember 2012. Kubayangkan, kesibukan dimana2 dalam rangka persiapan perayaan pergantian tahun baru. Adikku bakal tiba bertiga, sekeluarga. Situasi cuaca yang tak ramah, hujan angin, panas berdebu, macet rruuaaarrr biasa. Koper mereka, barang bawaan lain. Aku belum tentu bisa bersama mereka. Dah, pokoknya sediakan kendaraan dulu lah. Urusan berikut, bakal kita lihat nanti perkembangan selanjutnya….



Mereka bakal langsung menuju ke Desa Batuaji, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan, Bali. Kampung halaman kami. Dan bersiap untuk persembahyangan piodalan di Merajan Alit, Merajan Agung. Pura keluarga, Pura keluarga besar. Aku juga berencana pulang kampung untuk mengikuti persembahyangan ini.


Pagi hari, Senin, tanggal 31 Desember 2012. Dari pukul 8 pagi, aku sudah berkumpul bersama Laskar Pelangiku. Kami mengadakan beberapa lomba demi perayaan pergantian tahun secara sederhana, dengan mengakrabkan kebersamaan di antara kami. Dari balap lari kelereng salju, lomba makan kue, lomba lari goyang dangdut chacha.





Pukul 10, seorang sahabat dari Jakarta tiba. Wayan Sandi dan Putu Anom. Mereka tinggal di Tabanan. Mereka memanggilku dengan sebutan nini, nenek. Mereka mengendarai APV, dan berencana untuk mengajakku sekeluarga, nangkil ke berbagai pura di seputran Denpasar, namun, tak mungkin kutinggalkan acaraku disini. Maka, sambil duduk dan bermain bersama Laskar Pelangiku, kami sempatkan diskusi tentang beragam masalah dan pengalaman perjalanan hidup kami.



Pukul 1 siang, Wayan Sandi dan Putu Anom berpamitan untuk bersembahyang ke Pura Luhur Uluwatu. Kuberikan seperangkat alat bersembahyang, berupa bokor dari bamboo persegi enam, lengkap dengan canangsari, juga dupanya.


Pukul 3 adikku bakal tiba bersama keluarganya. Dari pantauan via mobile phone, kuketahui, sang supir, bapak Wayan Parwata, bersama kendaraan avanza, sudah bersedia di bandara Ngurah Rai. Aku bergegas mengendarai motor menuju bandara, kutinggalkan sejenak para Laskar Pelangiku di perumahan.









Kujumpai adikku sekeluarga, di bandara, selepas pesawan Lion Air JT 022 mendarat… kami menikmati menu makan babi guling di jalan raya Kuta, sebelum mereka dihantar bapak Wayan Parwata berangkat menuju Tabanan Bali.








Hari Selasa, 1 Januari 2013, piodalan, Pujawali di Merajan Alit dan Merajan Agung, Batuaji, Kerambitan. Di tengah deru hujan angin, banjir di beberapa ruas jalan, anak-anak tertidur kelelahan setelah pesta semalam, kuminta suami menjaga situasi terhadap kemungkinan banjir di rumah kami. Aku berangkat perlahan, menuju Tabanan.



















Duh, Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa….. aku mungkin bukanlah mahluk sempurna, yang berusaha selalu mengingatMu, namun aku akan selalu berusaha, untuk mendekatiMu, dengan beragam gaya dan caraku. Bersembah sujud selalu padaMu…..


Hari Rabu, 2 Januari 2013, pukul 9 pagi, adikku sekeluarga sudah tiba di perumahan kami. Kembali dihantar oleh sang supir, bapak Wayan Parwata. Beramah tamah sejenak dengan suami, kami bergerak menelusuri dari satu pasar ke pasar lain, mencari oleh-oleh bagi keluarga dan sanak saudara di Jakarta dan di Pontianak. 






Dari Pasar Badung dan Kumbasari, dengan seperangkat alat bersembahyang, lamak, kontong daksina, wastra sanggah, bunga hiasan, baju kaos bertulis Bali, dompet mote. Lanjut ke pasar seni di Sukawati, Gianyar, dengan lukisan Bali, kain, baju bersembahyang, sandal. 





Dan, mengunjungi Air Terjun Tegenungan, di desa Kemenuh, Gianyar. Kami menuruni sekitar 200 an anak tangga sebelum tiba di pinggir sungai ber air keruh sehabis hujan, menikmati pemandangan yang ada di sana.







Waktu menunjukkan pukul 3 sore, saat kuputuskan, kami akan bersembahyang ke Pura Luhur Uluwatu. Kutelpon suami dan anak-anak di rumah. Adi tak mungkin bergabung, karena dia akan bekerja, mengedit foto bersama para sahabatnya. Namun dia akan menghantarkan Yuda, adiknya, untuk bergabung bersama kami, di jalan raya bypass Ngurah Rai, tepatnya, di Pura Luhur Tanah Kilap.










Sungguh tiada terkira…. Kebersamaan dalam sebuah keluarga, meski se saat, namun sungguh bernilai. Pukul 5.30 sore, tiba di kaki Pura Luhur Uluwatu, bersiap utuk bersembahyang bersama. Kupanjatkan doa bagi damai semesta, bagi setiap insan di dunia, pada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa…..


Kembali, sebuah perjuangan panjang, untuk menembus macet jalan raya Nusa Dua – Denpasar. Pukul 9 malam tiba di rumahku, kami merapikan banyak barang bawaan adikku sekeluarga. Dompet mote dan beberapa baju kaus titipan ku bagi keluarga adikku tercinta di Jakarta, si bungsu, I Dewa Ketut Karma Susatia, beberapa dompet mote juga kacang asin dan beberapa baju kaus titipan ku bagi keluarga kakakku tercinta di Jakarta, Ni Desak Putu Evi Suandani, dompet mote juga kacang asin dan beberapa baju titipan ku bagi ibuku tercinta, Kartini.


Kami semua tertidur, terkapar lelah, setelah diskusi sepanjang malam. Terjaga pagi hari, kusediakan sarapan bagi anak-anak yang akan berangkat sekolah, suami yang akan bekerja, dan adikku sekeluarga, yang akan berangkat segera menuju bandara, karena pesawat mereka, Lion Air, akan berangkat pk 9.30 pagi.



Hidup dan segala nuansa kehidupan, rasa kangen yang melanda…. Namun kehidupan harus terus bergulir, banyak tugas lain menanti, menuntut kewajiban dan tanggungjawab kita. Tangis dan berkeluh kesah tak kan mampu tuntaskan ini semua. Bergerak dan berjalan selalu, menjejakkan langkah-langkah kita, menapaki kehidupan tanpa kenal lelah…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar