Selasa, 08 Januari 2013

Perayaan Pergantian Tahun 2012 - 2013



Anak-anak, tetaplah anak-anak, dengan segala keceriaan yang mereka bawa. Bahkan, terkadang, jiwa kanak ini akan terlihat nyata pada diri orangtua, orang dewasa. Ingin terlibat dalam keceriaan bersama banyak orang, merayakan banyak hari dengan beragam cara dan gaya mereka…..



Tahun 2012 berganti dengan tahun 2013. Sebenarnya pergantian dan perubahan akan selalu ada, namun bagi anak-anak ini adalah momen yang ingin mereka rayakan, entah dengn cara bagaimanapun, sesederhana apa pun. Laskar Pelangiku, para anak dan remaja di Perumku, melontarkan pertanyaan, “Ada kembang apinya ya bu?”, “Ada lombanya ya bu?”, “Ada band nya gak bu?”, “Saya nyanyi ya bu?”, “Siapa aja yang nari nanti, bu?”. Mereka bertanya selalu setiap kali kumelintas di dekat mereka. Tak tega rasanya, membiarkan keceriaan akan momen ini berlalu begitu saja.



Bapak Rukun Tetangga di Perum kami yang baru terpilih dua bulan lalu, I Gusti Ngurah Putu Suarya, sudah pernah mengusulkan, “Bu, tolong bantu anak-anak dan warga sini untuk mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati Pergantian Tahun dan sekaligus empererat keakraban kita bersama”. Namun kesibukan di kantor, pelaksanaan ujian akhir semester, menuntaskan laporan hasil penelitian, membuat beragam laporan mengenai Mata Uji Kompetensi, telah membuatku kurang waktu dalam menyusun rencana acara kami bersama.



Kehabisan ide dan mati gaya ??? Hmmm, bukan tipe ku lah. Sedikit keajaiban dan keberuntungan, dengan berkat dari Tuhan, juga kerja sama, apa pun, meski sederhana, akan mampu member kebahagiaan, dan aku percaya itu. 



Perjumpaan berkali dengan para remaja yang lebih besar, dengan Ngurah Ari yang bapaknya dari Dencarik, Singaraja, dengan Fa’im yang bapaknya dari Jawa Timur, dengan Nanda yang bapaknya dari Padang, dengan Agus Mahendra yang bapaknya dari Bajra Tabanan, kuminta mereka mengarahkan adik-adik mereka yang masih kecil, dan ikut terlibat dengan rencana kami. Ya, dahulu mereka yang terlibat aktif, namun kini mereka telah duduk di bangku SMA, sudah saatnya adik-adik mereka yang masih SD dan SMP membuktikan kemampuan mereka dalam manajemen. Belajar berorganisasi, mengatur sistematika kerja, merancang pengorganisasian, memastikan pelaksanaan operasional kerja mereka, mengevaluasi setiap tugas. Adi Pratama, putra sulungku, telah memastikan, takkan bisa bergabung bersama kami. Dia akan berkumpul bersama dengan teman-teman se kelasnya. “Ma, Adi bolehkan berkumpul dengan teman se kelas, di villa teman Adi?”. Hmmm. Jiwa remaja. Bersama mereka, harus se penuh diskusi dengan menggunakan logika, karena mereka bukan lagi sekedar kanak, mereka adalah sosok dewasa yang kritis, selalu ingin tahu, dan belajar bertanggungjawab atas segala perencanaan dan pelaksanaan aktivitas mereka sendiri.



Sudah beragam kegiatan menjelang pelaksanaan acara pergantian tahun ini yang kami laksanakan. Mulai dari kerja bakti anak-anak membersihkan lingkungan dari sampah. Pertandingan sepakbola mini, Pertandingan bulu tangkis, balap lari kelereng salju, lomba makan kue, lomba lari goyang dangdut chacha.



Satu minggu sebelum tgl 31, Minggu, 24 Desember 2012, GungGek Sri dan Dayu Kiki, mengedarkan kertas kosong, mengunjungi setiap pintu yang ada di perumahan kami, meminta sumbangan seikhlasnya dari sang pemilik rumah, atau mereka yang mengontrak. Hasilnya sungguh menakjubkan, dari 40 an rumah yang mereka datangi, berhasil terkumpul dana Rp 438.000,- . Hmmm, sungguh sebuah usaha dari anak-anak untuk menggalang kebersamaan, belajar berorganisasi, membuang rasa malu dalam usaha manajemen mereka.



Dari tahun ke tahun, karena ketua RT kami yang lama kurang kreatif dalam meningkatkan kerjasama warga dengan beragam aktivitasnya, atas inisiatifku sendiri, kukumpulkan anak-anak dan juga para remaja pada beragam momen. Mulai dari Hari Pendidikan Nasional, Hari Sumpah Pemuda, Hari Valentin, maupun hari-hari libur nasional lain. 

Termasuk akhir tahun lalu, kami berkumpul bersama di rumah ibu dan bapak Mangku Made Sedana Putra, hanya dengan berbekal dua gitar akustik, gendang kotak sederhana, sekitar 50 an anak berkumpul bersama, bernyanyi dan menari. Tanpa makanan? Hmmm. Kubeli kue ringan, minuman gelas, nasi satu panci, telur rebus 25 butir yang kubelah dua, dan mie goring campur sayur, bias membuat kami tertawa gembira berbahagia bersama, meski secara sederhana….

Untuk apa kah….. kulakukan ini semua? Untuk siapa kah? Untuk cari muka? Demi sebuah ketenaran? Sama sekali tidak….. Aku bukanlah orang kaya. Tak kubutuhkan menjadi terkenal dan disanjung banyak orang. Namun aku senang dan bahagia bisa melakukan ini semua. Seringkali…. Anak-anak tidak mendapatkan tempat dan ruang bermain yang tepat, seringkali mereka tidak memiliki waktu mewujudkan kreativitas dan menyalurkan energy yang mengalir deras secara positif. 



Bagiku….. mengapa harus menghabiskan waktu untuk merayakan momen di jalan raya, dengan kebut-kebut an, mabuk, hura-hura, dugem. Untuk apa menghabiskan uang secara percuma. Toh kita bisa berkumpul bersama, merayakan secara sederhana, di rumah sendiri, di dalam hati, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekeliling kita.


Rabu, 27 Desember 2012, Gunggek Sri dan Dayu Kiki kembali berkeliling mengumpulkan dana, dari pintu ke pintu. Kembali terkumpul Rp 470.000,-. Kami juga mendapatkan sumbangan 4 dus minuman air dalam gelas, pemberian ibu Ida Ayu Puspaadi. Wowww….. angka yang lumayan fantastis. Total kami berhasil mengumpulkan dana hasil sumbangan sebesar Rp 905.000.

Aku juga tidak mau mengambil keputusan sendiri. Kutawarkan bu Aleta Ajido, yang lebih dikenal dengan nama Bu Dhani, pedagang gado-gado, untuk membuat 200 bungkus gado-gado. Namun Bu Dhani keberatan, karena simbok, asisten nya sedang mudik ke Jawa. Kutawarkan Bu Ida Ayu Puspaadi, untuk melakukan order 200 bungkus nasi kotak, dan bu Dayu memberikan nomer telepon Bu Kiki, pedagang nasi kotak di pasar Sri Kerthi, untuk ku hubungi. Jadilah, 200 nasi kotak seharga Rp 3.500, total Rp 700.000. Ku hubungi Bu Luh, pedagang roti bolu caramel, kupesan 2 boks roti bolu caramel seharga Rp 35.000, dan 2 boks roti bolu pandan seharga Rp 33.000. Ku minta anak-anak perempuan untuk membeli hadiah bagi beragam lomba yang kami adakan, kuserahkan uang Rp 200.000, dan mempercayakan pada mereka untuk memilih sendiri jenis hadiah. Kuminta anak-anak lelaki untuk membeli beragam kue dan permen, juga cokelat, dan juga kuserahkan uang Rp 200.000. Kuserahkan pula, Rp 60.000,-, untuk membeli mercon.



Senin, 31 Januari, pukul 3 sore. Laskar Pelangi berkumpul di rumahku. Yang putri kuberi tugas membungkus hadiah yang telah mereka beli dengan lembaran koran bekas. Anak lelaki kuberi tugas membungkus kue dan permen, juga minuman gelas ke dalam kantong plastik. Anak lelaki juga kutugaskan menyapu dan membersihkan kondisi aula perumahan kami, lalu menggelar empat karpet hijau yang kami miliki, sebagai alas tempat duduk.



Sudah pula kutunjuk, para remaja dan anak-anak yang akan bertugas sebagai pembawa acara, Ida Ayu Tatha dan juga Lia. Pembaca doa, Kak Prima bersama anakku, Made Yudha Wijaya. Yang akan mengumumkan para pemenang lomba, Agung Ngurah dan juga Epin serta Agus Ryan. Meski mereka sempat menolak dengan beragam alasan, toh akhirnya mereka mau belajar untuk melakukan hal tersebut, mandiri dan membuktikan potensi dalam diri mereka.



Pukul 6 sore, jelang malam. Nasi kotak pesanan kami tiba dengan sebuah mobil pick up. Ku naikkan pula ke atas mobil tersebut tempe goreng tepung yang telah kubuat demi acara kami ini, bungkusan kue dan permen serta cokelat, hadiah-hadiah yang telah dibungkus dengan kertas Koran bekas. Mobil pick up dengan supir saudaranya bu Kiki, kuminta bergerak menuju rumah bu Ida Ayu Puspaadi, mengambil lagi 2 dus minuman air dalam gelas. Kami kemudian menuju aula perumahan. Anak-anak mulai ramai memenuhi aula, membantu menata ruang. Pak Gusti Ngurah Putu Suarya menata sound system dan juga laptop yang akan dipergunakan memeriahkan acara kami. Pak Ketut Sumerta mengepel lantai yang basah karena hujan menetes dari atap asbes yang bocor. Sudah kusiapkan flashdisk yang sudah dipersiapkan putra sulungku, Adi Pratama dengan segudang lagu, dari lagu pop asing hingga tembang Bali. 



Pertama adalah tari Bali, yakni tari Condong, yang dibawakan oleh Kadek Widya, putri pak Kadek Suartika, berikutnya, perkenalan oleh ketua RT kami, Gusti Ngurah Putu Suarya, pembacaan doa, dan kembali dilanjutkan oleh GungGek Sri, dengan tari Bali, yakni tari Condong. Lagu yang dinyanyikan oleh Nindy, putri cantik. Tari modern oleh Ida Ayu Kiki, Kadek Widya, Gung Stitha. 



Lagu Bali oleh putra bungsuku, Made Yudhawijaya, Agus, dan juga Epin, serta Prima. Kutantang anak-anak ini untuk berani maju dan bernyanyi bersama, setiap mereka selesai bernyanyi dan menari, kuberikan hadiah berupa pensil dengan bentuk bintang mungil di bagian kepalanya.



Setiap pengumuman pemenang lomba oleh anak-anak, dan para pemenang maju ke depan, berdiri menanti pemberian hadiah, kuminta bapak dan ibu yang hadir untuk turut pula maju ke depan, memberikan hadiah berbungkus kertas koran bekas. 






Mulai dari ibu dan bapak ketua RT, I Gusti Ngurah Putu Suarya, ibu dan bapak Mangku Made Sedana Putra, ibu dan bapak Maskuron, ibu dan bapak Sukmono, ibu dan bapak Putu Artayasa, ibu dan bapak I Gusti Agung Suprastayasa, dan banyak lagi yang lain…..







Sederhana, namun kebahagiaan bagi kami semua…… perayaan pergantian tahun di perumahan kami. Tanpa perlu dugem dan menimbulkan huru hara, tanpa perlu berkeliaran di jalan raya, dan keluyuran kemana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar