Kamis, 21 Maret 2013

KasihMu yang memanggilku untuk kembali, dan kembali lagi berkali-kali... Ke Besakih, Senin 18 Maret 2013




Donor Darah di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, Senin 18 Maret 2013, dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke 35 STPNDB.










Setelah selesai kegiatan Donor Darah di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, Senin 18 Maret 2013. Aku sebenarnya ragu untuk bepergian jauh, apalagi barusan ikut mendonorkan darah, dan mengendarai sepeda motorku. Namun, pesan ibuku via sms di hape, juga mengenang masa silam, maka kuputuskan untuk berangkat. Bapak Putu Dupa Bandem menikahkan anak beliau. Beliau dahulu yang menikahkan aku bersama suami di Pontianak. Dan kini beliau bergelar Ida Rsi Shri Bhagawanta. Suami sedang sakit, namun dorongan itu begitu kental untuk menemui beliau sekeluarga. Kugerakkan motor perlahan, menuju banjar Kelod Kangin, desa Tegak, Klungkung, ke arah jalan raya Besakih.

Dua jam setengah, waktu yang kuperlukan untuk menembus rimba jalanan sepanjang Nusa Dua, menuju desa Tegak ini. Sungguh..... nostalgia yang terjalin panjang, mengenang kedua orangtuaku, mengenang kota Pontianak, mengenang perjalanan dalam kehidupan. Ahhh.....












Tuntas nangkil ke Griya, waktu menunjukkan pukul 3 sore. Masih cukup sore untuk langsung bergerak. Kali ini tujuan ku adalah Pura Luhur Besakih. Maka kuarahkan laju motor ke Besakih. Mampir sejenak membeli bensin di stasiun pemberhentian bensin umum di jalan raya Besakih, kusempatkan melepas lelah sejenak.



Kabut tipis yang menyambutku setibanya di penataran pura. Perlahan jejak kaki melangkah menuju pedharman. Ida Shri Kresna Kepakisan. Aku terduduk terdiam menghaturkan puja di pura pedharman yang sedang diperbaiki ini.


















Menyapa ramah para pemangku yang sedang bertugas menghaturkan bhakti beliau, kucakupkan puja di penataran agung pura luhur Besakih. Hmmm, sungguh, pesona yang tak kan pernah pupus sepanjang masa, akan kebesaran dan keagungan Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.







Berkali berpapasan dengan para pemedek yang akan bersembahyang, para wisatawan yang akan berkunjung ke pura, kusempatkan berfoto bersama dengan mereka pula.

















Serombongan turis asal Rusia yang mengenakan kain dan selendang, juga Mr. Illyas yang ramah dan tampan.






Kujumpai pula ibu Kadek yang penjaja payung pinjaman. Dia berkisah tentang anaknya yang mengalami lumpuh layu semenjak lahir. Juga suaminya yang hanya seorang buruh serabutan. Duuhh.... semoga Tuhan menjaga kalian sekeluarga dalam bimbingan Nya.


Perjalananku ke Pura Luhur Besakih..... mengajariku tentang rindu, tentang kasih yang takkan pupus direntang waktu, tentang birahi yang bukan semata liar dan nakal, namun birahi untuk selalu kembali dan kembali, mengulangi perjalanan yang tak kan kapok kuulang berkali, dan berkali......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar