Rabu, 07 Maret 2018

Galang Kangin di Museum Neka, 24 Februari - 24 Maret 2018




Pada hari Sabtu, 24 Februari 2018, kembali digelar pameran seni lukis di Museum Neka. Berlangsung selama satu bulan hingga tanggal 24 Maret 2018, pameran ini dibuka tanpa kehadiran Pande Wayan Suteja Neka. Bapak sedang mendampingi ibu berobat di Singapura”. Ujar salah satu pegawai Museum Neka.



Galang Kangin merupakan kelompok seniman perupa beranggotakan antara lain: Made Supena, I Dewa Soma Wijaya, I Nyoman Diwa Rupa, I Gusti Putu Muliana, I Nyoman Ari Winata, I Made Galung Wiratmaja, AA Gede Eka Putra Dela. Pada pameran kali ini mereka memajang 42 karya seni lukisan dari 15 seniman dengan berbagai aliran, dengan topik “Becoming” sebagai pertanda 20 tahun berdirinya kelompok tersebut. Pada saat bersamaan, diluncurkan pula buku berjudul “Becoming”. Sebagai sebuah kelompok seniman, Komunitas Galang Kangin berdiri semenjak tahun 1996, rutin mengadakan pameran di berbagai lokasi yang terkait kebudayaan. Para anggotanya juga mampu meraih berbagai penghargaan seni rupa seperti Phillip Morris Arts Foundation.



Di dalam rangkaian kata sambutannya, dr. Kardi Suteja Neka menjelaskan bahwa pameran ini merupakan suatu bentuk ajang apresiasi seni keluarga Neka bagi masyarakat, khususnya seniman dan budayawan, juga para pencinta seni. 

Museum Neka merupakan museum yang rutin memberikan ruang dan kesempatan bagi banyak seniman untuk mengadakan pameran karya seni mereka. “Jangkung adalah orang kepercayaan saya yang sudah terlatih dengan baik, punya pengalaman dalam mengelola ratusan karya seni, dan mengatur berbagai pameran seni yang layak tampil di sini” Ujar Pande Wayan Suteja Neka mengenai sumber daya manusia yang mengelola Museum Neka, bertempat di jalan Raya Sanggingan Campuhan, Kedewatan, Ubud.



“Saya ingin museum saya menjadi sebuah tempat pertemuan bagi para budayawan, pencinta seni. Menjadi ajang pembelajaran untuk memperluas cakrawala pengetahuan, bagi para siswa, para wisatawan yang datang berkunjung, bahkan para lansia yang ingin mengisi kekosongan jiwanya”. Ujar Pande Wayan Suteja Neka di penghujung akhir tahun 2017. Beliau berharap karya seni tidak hanya dikagumi sebagai sebuah karya seni, namun juga menjadi cerminan jiwa dan semangat dari pencipta seni dan pencinta seni, sehingga seniman dan budayawan bisa hidup dua kali, baik pada saat kehidupan nya di dunia, dan di dalam karya seninya meski dia sudah meninggal dunia.



Dibuka secara resmi oleh Anak Agung Rai, pemilik Museum ARMA, beliau menyampaikan pameran kelompok seni Galang Kangin di Museum Neka ini diharapkan mampu mewujudkan tanggungjawab moral para seniman dalam menghasilkan karya seni yang baik dan positif bagi masyarakat luas. “Pameran karya seni merupakan pertanggungjawaban seniman bahwa mereka menghasilkan karya seni yang akan dikenang lama, bahkan sepanjang masa, oleh masyarakat luas, dari berbagai kalangan”. Salah satu yang disampaikan oleh Anak Agung Rai pada tanggal 24 Februari 2017. “Pihak manajemen Museum tentu tidak dengan gampang memberikan ijin bagi berbagai pihak yang ingin menampilkan karya seninya. Ini sudah merupakan hasil pilihan, pertimbangan, penelusuran banyak karya yang dihasilkan sebelumnya”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar