Minggu, 21 Februari 2021

Jalanku meraih Mu (3) Terkadang, Hidup akan menghempas kita lepas liar tanpa kendali. Kembali lah.

 


  “They never walk in other's shoes”.

Ada yang berkata bahwa gampang sekali masuk, menempuh kuliah pada program studi Doktor (S3). Sejauh punya jejaring, orang dalam, bisa cepat tamat. Apalagi di Universitas Udayana, terlebih, di Kajian Budaya. Ada yang menyampaikan, bahwa tentu aku mendapatkan berbagai kemudahan, karena suami juga seorang tenaga pengajar pada program studi Doktoral (S3), karena tentu banyak mahasiswa yang siap membantuku menyelesaikan proses pembelajaran ini. Banyak yang terkadang meremehkan perjuangan orang lain. Hanya mengukur kemampuan orang lain sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. Mereka lupa, mereka bukan pelaku utama dari jalan hidup orang lain. “They never walk in other's shoes”.

Well. Terkadang, rasa jenuh melanda. Marah dan resah, karena ternyata banyak hal mengganggu fokus pikiran, juga perbuatan dalam menuntaskan tahap demi tahap menuju gelar doktor. Mulai dari proses matrikulasi di awal perkuliahan, tugas demi tugas yang diberikan oleh para dosen pengampu mata kuliah. Satu mata kuliah bisa diampu oleh tiga sampai empat dosen yang masing-masing memberikan tugas pula. Belum lagi tahapan penyusunan disertasi yang terdiri dari mata kuliah Metodologi Penelitian, Kualifikasi Disertasi, Proposal Disertasi, Penelitian Disertasi, Penulisan Disertasi, Seminar Hasil Penelitian Disertasi yang juga dihadiri dan melibatkan rekan se angkatan, beda angkatan, dalam mendiskusikan temuan hasil penelitian, Ujian Tertutup (Tahap Akhir I), Ujian Terbuka (Tahap Akhir II) yang sekaligus merupakan Ujian Sidang Promosi Doktor, dimana masing-masing tahap tersebut dihadiri oleh para Promotor, Ko Promotor I dan II, para dosen penguji lain (lima orang). Ini belum termasuk kesiapan berbagai berkas penunjang seperti artikel yang dimuat oleh jurnal internasional bereputasi, kesiapan mengadakan dan mengikuti berbagai seminar yang diselenggarakan internal kampus, proses editing disertasi yang melelahkan dan meresahkan, situasi Pandemi Covid-19 yang memberikan dampak pada proses penuntasan bimbingan, ujian, berkas disertasi, dan lainnya.

Aku sempat mengalami rasa putus asa disaat diminta mengubah pola penelitian kuantitatif menjadi kualitatif. Pola yang selama ini sudah tertanam jauh semenjak kuliah pada Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, terpaksa harus jungkir balik lagi, mengalami perombakan total, menyesuaikan dengan pola Kajian Budaya. Perlu waktu mengembalikan semangat dan perilaku tetap sempurna untuk fokus pada hasil yang akan dicapai.

Namun, bukankah manusia menjadi sempurna dengan segala ujian yang menghampirinya. Jika kita hanya berharap yang baik saja, yang indah saja, kita takkah pernah tahu rasa bersyukur telah melewati jalan panjang meraih bahagia, mewuudkan mimpi. Dan, inilah aku, disini aku bisa tegak berdiri, dan berkata dengan bangga, “Telah kulewati masaku, telah kutaklukkan tantanganku, telah kujalani perjuanganku. Dan kini, aku bersiap untuk perjuangan lain lagi, perjalanan lain lagi, tantangan berikutnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar