Selasa, 22 November 2011

Jalan Sehat Merah Putih

Minggu, 20 November 2011. Pukul 6 pagi baru terjaga. Hmmm, sudah telat buat bersiap mengikuti Jalan Santai Merah Putih. Namun kami masih mencoba berharap bisa menikmati hari Minggu ceria bersama keluarga. Bergegas mandi dan mengenakan seragam olah raga, sepatu kupinjam dari Adi, Yudha mengenakan topi dan sepatu sekolahnya, Gung Wipa yang putra bu Dayu Puspaadi mengenakan baju kaos hitam bertulis Poker, club bulutangkis.

1321976572287922492

Well, suami menggandeng Yudha dengan motor Mio nya, aku menggandeng Gung Wipa dengan motor Astrea Prima. Kami mengarah menuju jalan Teuku Umar, berbelok ke jalan Diponegoro, dan....... motorku ngambek. Hmmm, kuhentikan di pinggir jalan. Suami ikut menghentikan motor di pinggir jalan raya. Rasanya.... baru kemarin kubelikan bensin. Kubuka tutup tempat bensin, dan, baru kuingat..... motor Yamaha Yupiter MX lah yang kubelikan bensin 2 liter kemarin. Swaha.... Tuhan.

13219766321542369605

Segera, motor kubelokkan masuk ke area bank di pinggir jalan, berbincang sejenak pada bapak satpam yang manis. Ia mengijinkan kami menyimpan sepeda disana. Yudha kuminta pindah ke bagian depan motor Mio bapaknya, Gung Wipa di tengah, dan aku di bagian paling belakang. Well, okelah, kami berempat berhimpitan melaju menuju ke lapangan Puputan Renon. Tiba di sana pukul 7 pagi, sudah ratusan orang berjubel di bagian Timur Lapangan. Motor diparkir rapi, dan kami bergegas bergabung dengan kumpulan massa.

13219766971727241986

Kumpulan massa peserta Gerak Jalan Sehat Merah Putih bergerak perlahan setelah dibuka oleh Wakil Gubernur Puspayoga. Kuawasi Yudha dan Gung Wipa yang bergerak berjalan bersama suamiku. Ribuan orang yang bergerak bersama membuatku khawatir bila mereka tercecer. Kami menyusuri jalan raya Puputan Renon, dan suami menyempatkan diri menyapa para sahabatnya yang ditemui di jalan. Meneruskan perjalanan, kami dan lautan ribuan manusia berbelok masuk ke jalan Dewi Sartika, depan Matahari Dept Store, belok ke kanan, masuk ke jalan Diponegoro, Terus menuju ke lapangan Puputan Badung. Kami berhenti sejenak untuk membeli 3 bungkus gulali, bagai kapas yang terbuat dari se sendok gula putih. Suami semakin melesat tak terkejar, akhirnya menghilang dari pandangan kami. Masuk ke jalan Kecubung, menuju kantor Bali Post, kedua anak ini mulai mengeluh lelah. Hmmm, jarak tempuh 9 km dari lapangan Puputan Renon menuju lapangan Lumintang lumayan jauh bagi mereka. Ini belum lagi 5 km dari jarak yang telah mereka tempuh....... Maka, kutelepon Adi, putra sulungku di rumah.

1321976768432426335

Adi tidak ikut Jalan Sehat Merah Putih. Dia menyusun rencana ingin melukat bersama teman-teman SMA nya. Kemarin adalah hari raya Saraswati, dan se hari setelahnya adalah hari yang kami kenal dengan Banyu Pinaruh, penyucian dan peleburan diri dengan simbol mandi di mata air, laut, sungai.

13219768611107556992

Ku minta Adi menjemput adiknya tepat di depan kantor Balipost yang terletak di jalan Kecubung. Yudha dan sahabat se kelasnya, Gung Wipa, terlihat lelah. Kami menikmati se gelas suguhan minuman yang disediakan panitia penyelenggara sambil menikmati pemandangan dari para peserta Jalan Sehat yang melintasi jalan. Pukul 9.15 Adi tiba. Yudha dan Gung Wipa naik di boncengan bagian belakang Adi, mereka melanjutkan arah menuju lapangan Lumintang untuk bersatu dengan para peserta lain di garis finish. Sedangkan aku sendiri berjalan kaki bersama peserta lain melanjutkan perjuangan kami.

1321976927986975499

Kuamati peserta lain, sekitar 200 an peserta dari STIKES, ada pula dari Yayasan Saraswati, Dwijendra, berbagai SMA dan SMP dari berbagai kabupaten lain. Hmmmm, sehat itu sungguh indah, juga bisa berkumpul bersama dengan para sahabat dan bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun.....

1321976990283774603

Waktu menunjukkan pukul 11.15 tatkala kuakhiri perjalanan di lapangan Lumintang. Adi memberitahukan bahwa dia tidak berhasil menemukan adiknya dan juga Gung Wipa. Ah..... tak terlalu khawatir. Pasti mereka berada di sebuah tempat di tengah lapangan se luas ini..... Aku beserta suami dan juga Adi berkeliling berkali dan berkali. Ah.... kuhubungi pihak panitia, kuminta mereka mengumumkan di pengeras suara. Namun panitia baru mengijinkan dan menjanjikan untuk mengumumkan setelah jeda iklan, karena tayangan hiburan di panggung sedang live show. Hmmmm. Ku ingat-ingat..... Yudha sempat membicarakan keinginannya untuk mampir di rumah pamannya setelah tiba di finish nanti. Dia memang senang sekali jika sudah berkumpul dan bermain bersama Dika, ponakanku di sana.

Waktu menunjukkan pukul 12 saat ku hubungi ipar. "Yudha ga' ada di sini" sahutnya. Aarrggghhh. Haruskah aku menangis? Tangis takkan menyelesaikan masalah. Maka, duduk dahulu kami di sisi pinggir lapangan luas ini..... 5 menit berlalu, sepuluh menit, hingga 30 menit.Kuminta Adi mengendarai motor nya menyusuri jalan raya sepanjang lapangan Lumintang menuju ke rumah ipar. Mungkin saja mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sana.

Termangu di pinggir lapangan, terdengar dering di HP ku.... kulirik, hmm, Iparku menelpon "Yudha nih, baru tiba" Whoaaaa, ternyata, anakku beserta sahabatnya ke rumah ipar. Ah ha.... 5 km ditempuh dengan berjalan kaki dari lapangan Lumintang menuju ke rumah iparku ini di jalan Antasura Gg. Sutra. Padahal, tadi di depan gedung Balipost, mereka sudah mengeluh lelah teramat sangat. Berarti...... belasan km telah mereka tempuh hari ini.

13219770871200132806

Hahaha..... aku bersorak girang dalam hati. Anakku memang termasuk hiperaktif. Selalu bergerak untuk menguras tenaganya. Dan..... ini juga termasuk salah satu cara dia meniti hidup dan kehidupannya, mengisi hari-hari untuk menjadi pria yang tidak manja dan mampu menyelesaikan persoalan yang tiba. Mungkin saja dia keliru dalam berjalan menuju rumah ipar, mungkin saja dia salah dengan tidak mencoba bertanya pada bapak polisi yang bertebaran di lapangan Lumintang, mungkin saja dia telah berlaku salah dengan mengajak sahabatnya ikut pergi bersama nya...... Namun, dia tetap anakku yang kusayang, yang heboh dan selalu ceria, yang penuh dengan segala ide kreatifnya.

1321977158483478322

Tak kubayangkan lagi, bagaimana cara kami kini mengambil motor di lapangan Puputan Renon, motorku yang bensinnya habis di jalan Diponegoro. Yang penting..... anakku sudah jelas keberadaannya. Swaha, Astungkara Tuhan...... Ida Sang Hyang Widhi Wasa........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar