Selasa, 01 November 2011

Selasa Heboh (2)


Tiba di rumah dari kantorku, sehabis mengajar..... waktu menunjukkan pukul 12.30. Ayu, simbok yang bertugas menjaga rumah, terlihat sedang menyeterika baju. Aku duduk di ruang tamu, kunanti bos kecil ku tiba dari sekolahnya. Dia baru duduk di kelas 4 SD. Aku ingin mengajaknya pulang kampung, menemui Dewa Niyangnya, adik kandung bapakku, di desa Batuaji, Tabanan, Kerambitan.

Saat kami saling berboncengan, dengan Yudha duduk di depanku, langit sudah terlihat mendung. Kueratkan kancing baju jaket yang dikenakannya. Dia terlihat gagah dengan kaus kaki lengkap, mengenakan topi dan kaca mata hitam pelindung mata dari sinar dan debu jalanan.

Memasuki jalan raya Dalung, hujan turun semakin deras. Baru kusadari hanya membawa satu jas hujan. Ah, aku perlu satu jas hujan lagi demi anakku. Maka, aku berhenti tepat di depan sebuah toko yang menjual jas hujan. Membeli sebuah jas hujan murah. Rp. 25.000, yang termurah yang mereka jual. Kukenakan pada anakku, sedang aku sendiri mengenakan jas hujan yang memang kubawa dari rumah. Kami bergerak melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan raya Abian Base, menuju ke Pura Sadha, dan tembus ke jalan raya Kapal, Sempidi. Hujan lebat bagai dicurahkan dari langit. Angin kencang terasa di sepanjang perjalanan. Ah..... aku harus rehat sejenak.... Maka, kupilih sebuah supermarket untuk tempat kami berteduh dari hujan angin yang menemani perjalanan kami....

Yudha, putra bungsuku. Dia dan juga kakaknya, sudah berkali-kali mengiringi perjalananku dengan berkendara motor. Kami memang hanya memiliki sepeda motor. Semenjak kecil, bahkan, semenjak masih berusia dua bulan, baik Adi maupun Yudha, sudah terbiasa menempuh perjalanan jarak jauh dengan berkendara motor, di tengah terik matahari, maupun di tengah siraman hujan.

Mungkin, orang berpikir, kami adalah orang tua yang kejam. Namun, hanya ini yang bisa kuberikan pada keluargaku. Dan.... lagipula, masih jauh lebih banyak orang yang menderita selain kami. Hmmm, biarlah, semua bergulir bagai air mengalir menyelusupi sisi kehidupan, dan mereka yang akan menilai siapa, apa, dan bagaimana sesungguhnya sendi-sendi kehidupan, dan belajar menjadi pria-pria dewasa nan bijak dari hari ke hari.......

Tiba di Batuaji, Yudha langsung minta makan. Dia membuka abon ayam yang tadi kami beli sebagai oleh2 di supermarket di Jalan Raya Sempidi. Berkeliling melihat situasi di sekelilingnya, dan asyik mengamati anak anjing yang sedang berlarian. Well, ada dua keluarga yang harus kami kunjungi. Satu adalah Dewa Aji Suagiman yang akan menikahkan dua anaknya sekaligus pada hari Jum'at nanti. Satu lagi adalah anaknya Dewa Kakeyang Kaler, yang akan melangsungkan upacara potong gigi. Maka, demi menghemat waktu, segera kami mengunjungi kedua anggota keluarga besar Jroan Batuaji tersebut, yang rumahnya terletak di Kangi / Timur.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 tatkala kami pamit untuk kembali ke Denpasar. Langit cerah sehabis hujan menyambut ramah. Yudha terlihat segar, tanpa merasa lelah setelah seharian beraktivitas, sehabis sekolah langsung kuajak pulang kampung.......

Di pinggir jalan raya Sempidi, kami temui pedagang buah durian. Hmmm, kali ini, keluarga ku yang di Denpasar, perlu mendapatkan oleh-oleh. Maka, tawar menawar berlangsung seru.... sebelum akhirnya tiga buah duren matang berpindah ke atas motorku. Yudha berkali berkata, bahwa dia akan segera mencicipi duren bersama bapak dan kakaknya, begitu tiba di rumah nanti. Ah ha.... seorang pengendara motor melintasi sisi kiri dan berteriak "Bu !! Durennya jatuh !! " Wah..... terpaksa kupinggirkan motor, menurunkan Yudha, dan meliuk-liukkan tubuh ditengah ramenya kendaraan yang melintasi jalan raya Sempidi, demi sebuah guren yang dengan gagahnya berlari kian kemari....

Bersyukur, duren kudapat kembali, tepat dengan berhentinya sebuah truk angkutan barang yang supirnya berbaik hati menghentikan laju kendaraan, sebelum bannya melindas duren. Segera kutangkap si duren bandel, mengikatnya di bagian depan motor, dan kembali melanjutkan laju deru motorku menuju rumah. Hmmmm. Home sweet home, aku pulang....

Acara tuntas ???
Belum....... Rambut ke dua anakku ini sudah gondrong. Maka, perlu teknik rayuan, agar bisa memotong cepak rambut-rambut mereka.

Setelah tuntas acara bersembahyang bersama, maka kuajak kedua anakku keluar. Well, si sulung perlu tambahan pulsa yang harus dibeli di warung PakBujang, si bungsu ingin sepasang es krim tongkat. Maka, laju motor keluar dari rumah bersama mereka, segera kuarahkan ke tukang cukur rambut langganan kami. PakGede. Pertama adalah Adi, kedua giliran si bungsu Yudha, dan terakhir, aku sendiri. Hahaha..... PakGede ini adalah langganan kami sekeluarga. Dan... aku memang mencukur rambut di tukang cukur rambut pria. Ehm... lebih sreg jika tukang cukur rambutnya adalah pria. Wanita? Bukannya aku antipati, namun, gak sreg saja.....

Maka, tiba kembali di rumah satu jam kemudian, acara makan malam bersama dimulai...... suami menyuapi si bungsu yang kumat manjanya..... sedang aku, menyuapi si sulung yg juga sedang kumat manjanya. Jadilah kami..... menikmati acara makan malam sederhana dengan saling bersuapan. Hmmm....

Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.......
Terima kasih atas segala anugerah yang telah boleh kami nikmati. Sungguh, kebahagiaan kecil ini, tak ingin kugadai dengan apa pun lagi. Aku ingin bertekuk lutut selalu, memuja dan memuji Mu. Beri aku waktu untuk buktikan cinta kasihku........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar