Minggu, 06 November 2011

Perjalananku Mewujudkan Harapan dan Impian

Reh kocap tan saking sastra.....

Tan mantra tatan mas manik.

Sida manulak sanghura.

Kewala sane asiki.

Kasusila ning budi.

Punika kanggen perahu.

Kukuh Kaliwat-liwat.

Tuara keweh tempuh angin.

Sida mentas

Saking sanghura sagara

Olih : Dr. Nyoman Suarka

@Widya Sabha FakSas UNUD, 31/10/11

Terukir di sastra......

Bukan karena mantra dan mas permata,

yang berhasil atasi masa campur aduk ini.....

Hanya satu,

yaitu kesusilaan budi pekerti,

agar tidak terombang-ambing angin,

agar bisa terlewat / melintasi jaman ini.......


Tatkala memutuskan pulang kampung, mendung bergelayut di angkasa. Namun tetap kuputuskan berangkat bersama anak dan simbok. Kami bergerak melaju menyusuri jalan raya Denpasar - Gilimanuk, pukul dua siang hari, Sabtu, 6 November 2011. Memasuki daerah Hutan Bading Kayu, Pengeragoan, hujan mulai jatuh membasahi bumi. Kian lama kian deras. Saat kami mengenakan jas hujan, hujan disertai angin menerpa wajah. Harus ekstra berhati menembus jalan licin dan terkadang berlubang. Hmmm, Bukankah... setiap proses dalam kehidupan adalah berjuang untuk menjadi smakin dewasa dan bijak selalu ? Dan, hidup itu sendiri adalah sebuah pilihan. Ini adalah pilihan yang kuambil. Pulang kampung ke Sepang, Buleleng.

13205969931364980381

Tiba di Asah Badung, kami mampir di warung milik PakMan Merat. Berbelanja berbagai benda untuk oleh-oleh bagi para anggota keluarga tercinta. Kemudian Ayu diantar oleh PakDe Madium ke Gunung Sari, pondok ortunya disana. Aku melanjutkan perjalanan bersama Yudha ke Pangkung Singsing. Di natah, kami disambut oleh anjing putih milik keluarga, juga Nyoman dan istrinya, Kadek. Mereka adalah para ponakanku. Aahhh..... aroma kebun kopi dan bersihnya udara kampung menyeruak udara, selalu menimbulkan kehangatan dalam dada. Kuhaturkan banten raraban sebagai pertanda kami baru tiba di rumah......

13205973141252745327

Jam dinding di tembok depan rumah memperlihatkan pukul 4. Hmmm, masih cukup waktu untuk berkunjung ke rumah Bli Wayan dan Mbok Pi. Mereka berdua adalah iparku. Maka, aku dan Yudha, pangeran bungsuku mengenakan sepatu baru yang kami beli di Asah Badung tadi, dan bergerak menyusuri jalan setapak di sisin sungai kecil. Sepanjang perjalanan, kukenalkan padanya, berbagai jenis tanaman yang kami jumpai. Mulai dari duren, manggis, kopi, cokelat, pohon kelapa, ubi kayu, berbagai jenis tanaman pisang, vanili, tanaman jenis paku, sirih, sereh, dan masih banyak lagi.Lumayan banyak sayur pakis yang kami petik sepanjang jalan. Ah ha..... kubayangkan menyantap sepiring penuh sayur paku saat makan malam kami nanti.

13205974951641933925

Akhirnya kami tiba di rumah Bli Wayan. Beliau sedang mencari anakan kopi di rumah tetangga. Wayan Muliawan dan istrinya sedang ke Singaraja kota, karena Ketut, istrinya, sedang mengikuti perkuliahan. Hanya ada Mbok Pi dan cucunya, Putu Dita. Rasa lapar setelah berjalan membuat anakku tidak ragu segera menuntaskan sepiring nasi dengan lauk mi rebus. Setelah puas bermain dan mengobrol bersama, kami memutuskan kembali ke Pangkung Singsing. Dan, dua porsi makan malam kutandaskan bersama sayur paku dan sambel bikinan Kadek, sang ponakan, sebelum larut dalam lelap mimpi malam hari berteman bintang dan udara dingin segar dari hawa pegunungan.

1320597535769684398

Terjaga pagi hari, saatnya menyapa alam dengan bersih-bersih. Anakku berlarian mengejar anak-anak ayam. Nyoman memberi makan puluhan ayamnya dengan menegteg batang sagu. Kadek menanak nasi di tungku. Aku menyapu se isi rumah.


Kami bergerak kembali..... Kali ini menuju rumah PakMade dan Mbok Tut Sukati. Keramahan para penduduk kampung tiada henti membuat kami tersenyum dan menyapa sejenak. Kulihat YanDana, ponakan yang sedang sibuk mencari mobil untuk menghantar PakYan Genek ke RS Singaraja. Kuhampiri pula, rumah Bli Ngah Puja, dengan anaknya yang sedang sibuk panen jamur dan para cucu yang sedang berlarian di halaman. Istrinya, MbokNuka, sedang berada di Dayang. Menantunya baru melahirkan bayi seminggu lalu dengan cara caesar. Akhirnya kami parkir di natah rumahnya ManPir, karena motor tidak mungkin bergerak lebih jauh lagi ke arah atas, jalan terjal dan becek menanti.

13205975731329747909

Hmmm, sambel pangi dan jukut don sela mebejek menanti kami. Dua porsi nasi segera tandas dengan sukses. Ah Tuhan..... betapa indah karunia Mu bagi kami. Tak rela rasanya pergi dari suasana ini..... Apalagi, tatkala MbokTut mengiris 4 buah keladi untuk digoreng menjadi keripik. Setelah dicuci bersih, irisan keladi diberi taburan garam, ditiriskan, lalu digoreng. 3 piring keripik pun kami tuntaskan sambil bertukar ceritera.

1320597871247161152

Kemudian aku membantu Bli Made dan PakYan Sukra yang mengulat besi sebagai penguat senderan bagi dapurnya yang mid / runtuh. Selonjoran empat batang besi sepanjang 4 meter, diberi potongan-potongan kecil besi berbentuk segi empat, lalu dililit dengan kawat besi yang lebih kecil.

13205979831799933478

Akhirnya, tak terasa, waktu menunjukkan pukul 12 siang. Waktunya bagi kami bersiap. Aku berjanji bertemu dengan Ayu di Asah Badung pukul satu. Kami akan bersama-sama berangkat kembali menuju Denpasar. Kukenakan sepatu pada anakku, jaket dan juga topi serta kacamata. Istri ManPir memberi kami beberapa sisir pisang sebagai oleh-oleh. Ayu juga membawa tambahan beberapa sisir pisang lagi, juga 3 botol madu titipan dari Tut Rancis, untuk disampaikan pada bapak mertuaku.


Hmmmm, 2,5 jam perjalanan menuju Denpasar di tengah curahan hujan dengan perjalanan menikung dan menelusuri bukit, bersaing dengan bis dan truk di jalan raya, botol madu yang tumpah di jalan, dan..... akhirnya kami tiba di pondok tercinta. Suami dan putra sulung menyambut dengan sepenuh cinta. Astungkara.... Hyang Widhi Wasa, kami masih boleh menikmati sehari lagi dalam hidup kami, bersama dalam genggaman tangan Mu.....

1320598069439259660



Tidak ada komentar:

Posting Komentar