Sabtu, 02 Juni 2012

Perjalananku ke Rumah Mu, Berkali dan Berkali. Meajar ajar (1)

Kamis, 31 Mei 2012. Hari ini meajar ajar dalam rangkaian Pitra Yadnya, Ngaben mertua. Namun hari ini juga adalah hari dimana di STPNDB diadakan proses pembuatan Electronic Identity Card dan pengambilan sidik jari oleh Kemenparekraf. Hmmm, bukankah, manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang bisa memilih jalan menuntaskan permasalahan dengan semakin bijak dan dewasa??

Maka, kuputuskan, berangkat se pagi mungkin ke Nusa Dua, mengikuti proses pembuatan foto dan pengambilan sidik jari yang dilakukan oleh petugas dari pusat, lalu bergabung dengan rombongan keluarga besar yang mengikuti proses meajar ajar.

1338661736568850174

Sudah semenjak beberapa hari sebelumnya, aku mencoba ber diskusi dan mencari solusi terbaik. Namun, ini adalah sebuah kebijakan dan proses yang dilakukan oleh Kemenparekraf. Dan petugasnya datang dari Jakarta hanya untuk se hari. Daripada aku harus mengikuti susulan periode berikut untuk pembuatan foto dan pengambilan sidik jari yang bakal dilakukan entah kapan, kupikir, lebih baik kuikuti jadwal yg telah ditetapkan sajalah.

13386617601958871168

Kupersiapkan segalanya yang mungkin kulakukan lebih awal. Menitipkan 4 kotak besar kue bolu yang sudah dipotong-potong dan dibungkus dengan plastik kecil ke rumah iparku di jalan Antasura. Juga  dua buah termos untuk membawa air panas buat kopi dan teh selama perjalanan, gelas plastik dan sendok plastik untuk makan. Semua kubawa kemarin sore harinya, ke rumah ipar di jalan Antasura,  sehingga pagi hari suami dan anakku bisa menumpang di mobil yang akan dibawa iparku ini untuk bergabung di Goa Lawah bersama rombongan dari Singaraja yang membawa banten.

Pukul 6 pagi,  hari Kamis, suami tercinta dan Yudha, si putra bungsu, berangkat mengendarai motor ke jalan Antasura. Adi, si putra sulung bersiap berangkat sekolah, mengikuti Ulangan Akhir Semester. Aku bebersih se isi rumah, lalu berangkat ke Nusa Dua. Aku juga membawa tambahan lagi, dua buah kue cake karamel yang sudah di potong dan dibungkus plastik kecil, dan ransel berisi pakaian ganti selama perjalanan panjang nanti.

Tiba di STPNDB, setelah berganti pakaian dengan uniform kerja, sedikit berdandan, aku bergabung dengan rekan kerja lain untuk memulai proses pembuatan Electronic Identity Card. Dengan sedikit meminta, memohon, memelas, memaksa, untuk mendapat giliran awal. he he he.......

13386618201141138275

Berikutnya, kembali berganti pakaian, mengenakan celana panjang, jaket, selendang melingkar di leher, kacamata hitam, lengkap dengan kaus kaki dan sarung tangan. Bu IGA Mirah ikut menumpang bersamaku. Beliau ingin ikut menumpang hingga ke Sanggaran, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kecubung, rumahnya, dengan menumpang bemo.

Waktu menunjukkan pukul 9.30 saat aku meluncur dengan motorku melintasi by pass Ngurah Rai, melewati patung Dewa Ruci di Simpang Siur. Di Sanur, aku menurunkan bu Mirah. Namun, tak tega rasanya, melihat sahabatku ini berdiam menunggu bemo menuju terminal Kreneng yang tak kunjung lewat. Maka, kuhantar beliau langsung menuju jl Kecubung. Hmmm, bukankah ada pepatah yg mengatakan '"Sahabat sejati akan selalu berusaha membantu sahabatnya, baik dalam suka dan duka, dengan segala usahanya".....
Kembali aku berangkat menuju Sanur, berbelok ke kiri, jalan by pass Gurah Rai, lalu berbelok ke kanan, by pass Prof. Mantra, menuju Pura Goa Lawah.

Hujan rintik dan kian deras yang turun selepas pantai Lebih memaksaku mengenakan jas hujan untuk membungkus ransel dan kotak kue, juga menutupi seluruh tubuhku. Tiba di pantai Tegal Besar, masih di by pass Prof. IB Mantra, suami yang kutelpon mengatakan bahwa rombongan telah selesai dengan prosesi di Goa Lawah. Maka, segera kubelokkan arah motor menuju ke Takmung, menuju ke Pura Besakih. Aku berencana bergabung dengan rombongan di Pura Dalem Puri.

1338661855165767534

Pukul 12.00, saat kuparkir kendaraan di jaba Pura Dalem Puri, kutemui 5 mobil rombongan lain dari keluarga besarku, yang menjadi iringan dalam prosesi Meajar ajar ini. Tanpa membuang waktu lama, aku segera bergabung dengan mereka. Bersama kami, terdapat pula Mangku Pura Subak kami di Desa Sepang Kelod, Dusun Asah Badung, lanang dan istri. Mbok Wayan Bangli, yang sudah sejak beberapa hari lalu menginap di Singaraja untuk membantu menuntaskan banten. Rombongan dari kampung halaman di dusun Kapit, Desa Nyalian, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung.

1338661881931233802

Selesai dari Pura Dalem Puri, Pura Tegal Penangsaran, kami melanjutkan perjalanan ke Pura Goa Raja. Kali ini Mbok Wayan Leming bergabung bersamaku naik motor. Dia terkenal selalu mabuk jika menumpang mobil.

1338661906270613512

Dari Pura Goa Raja, kami menuju Pura Ulun Kulkul

13386621231365218239


133866216365868638

Kemudian menuju ke Pura Pedharman kami, Shri Arya Kepakisan.

1338662402283814250

Pura Pedharman ini sedang dalam tahapan renovasi. Dibeberapa bagian masih terlihat belum selesai. Namun, sungguh sudah indah terlihat. Pura Pedharman baru saja melaksanakan upacara Piodalan Pujawali pada Buda Cemeng Klawu kemarin. Namun aku tidak sempat berkunjung kemari kala itu.

1338662505972225516

Lalu berakhir di Pura Penataran Besakih.

13386625281820390682



1338662550660293347


1338662570801572751

Rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju Pura Dalem Agung yang terletak di Besang, Klungkung.

1338662645611205210

Kami beriringan bersama dengan 5 kendaraan mobil. Sedangkan aku dan Yan Leming mengendarai motor tercintaku.

13386626701966918599

13386628051816868839

Pura Dalem Besang. Terlihat megah dengan segenap aura yang melingkupinya. Kami, sebagai warga Jero Gede Tanjung, dari Dalem Tegal Besung. Ini adalah kawitan keluarga besar kami.

Semoga, kami sekeluarga, mampu menjadi penjunjung dan penyungsung budaya serta adat istiadat leluhur, berbakti kepada agama dan negeri ini, dengan sepenuh bhakti dan kemampuan kami. Karena, dalam setiap ajaran dan makna yang terkandung di dalamnya, aku percaya, akan selalu terdapat Genius Local Wisdom. Kebijakan yang sungguh adi luhung, yang bisa menuntun kami melalui hari-hari dalam kehidupan kini dan nanti, kelak, seperti sebagaimana leluhur kami telah melalui dan menjalaninya.

1338662825937831792

Acara berakhir tuntas disini pukul 4 sore. Kami mencakupkan tangan memohon pamit, dan bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan.

1338662845399891182

Sebelum kemudian kami menuju ke Pura Dalem Kangin di Desa Nyalian, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung.

13386634081043492806

Namun ternyata kami masih harus menunggu Jero Mangku yang masih melaksanakan tugas, muput rangkaian upacara di tempat lain. Maka, bersabar kami menunggu sambil berdiskusi di jaba Pura Dalem Kangin desa Nyalian tersebut.

13386634331623928512

Setelah Jero Mangku tiba, dan rangkaian upacara Meajar ajar tuntas, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah keluarga besar dimana terletak Sanggah Dadia.

1338663453276663782

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, tatkala kami tiba di rumah tua, di dusun Kapit, Desa Nyalian. Dewa Ida Bagus Aji menuntaskan prosesi upacara di Dewa Hyang sanggah keluarga besar, sedang Mangku Pura Subak menuntaskan upacara di sanggah kemulan. 

1338663653499612323


13386637101537486614

Pukul 9 malam, rangkaian upacara di sini tuntas, dan berakhir dengan acara makan malam sekeluarga.

1338663619501739212


13386636801844912151

Namun rangkaian upacara belum tuntas seluruhnya, kami masih akan melanjutkan perjalanan kembali. Perlu tindakan tepat tanpa perlu panik atau esmongsian. Maka, kutitipkan motor pada keluarga besar di Nyalian, dan aku bergabung dengan rombongan yang akan kembali melanjutkan perjalanan menuju Singaraja dengan menumpang di salah satu mobil, yakni APV. Kami masih harus ngelinggihang bethare di sanggah di rumah keluarga di Asah Badung, Desa Sepang Kelod. Tinggal 4 mobil yang kini beriringan menuju Singaraja. Satu mobil pick up untuk membawa banten, satu mobil kijang biru tua milik iparku, dan dua mobil sewa an untuk membawa penumpang.

Kami menyusuri jalan tembus, di Mambal, sebelum tiba di jalan raya Dps - Gilimanuk, melewati malam hari menyusuri jalan di hutan Bading Kayu, Dapdap Putih, Asah Badung, dan tiba di halaman rumah pada pukul 12 malam hari. Hmmm, sungguh sebuah perjalanan spiritual yang tidak bisa dilalui sempurna oleh banyak orang. Namun, inilah sebuah perjuangan yang memperlihatkan, betapa..... kecintaan yang sungguh besar, pada keluarga, pada kerabat, pada sahabat, pada budaya dan adat istiadat, yang, mungkin hanya orang-orang pilihan yang bisa melaluinya dengan segala ujian dan cobaan yang ada dan terlibat di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar