Senin, 17 Agustus 2009

PDSP STPNDB

Pembinaan Dasar Sikap dan Profesi

Adalah suatu kewajiban yang diikuti seluruh mahasiswa baru dan lama di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, yang belum pernah mengikutinya. Mereka hanya diperbolehkan mendaftar ujian skripsi jika bisa menunjukkan sertifikat tanda kelulusan PDSP yg pernah diikutinya.

PDSP untuk tahun 2009 diadakan dari tgl 10 s/d 14 Agustus 2009.

Sebanyak 28 kelas, terdiri dari 671 orang mahasiswa baru dan 40 mahasiswa lama, hadir mengikuti persiapan jelang pelaksanaan PDSP, pada hari Minggu, tgl 9 Agustus 2009 di lapangan STPNDB.

Hari Senin, 10 Agustus, pk 9 pagi, kulihat seorang mahasiswa duduk dengan mengenakan celana robek, tanpa baju kaus putih, tubuh penuh dengan goresan dan lumuran betadine menandai tiap lukanya di pundak kiri dan kanan, siku tangan kiri dan kanan, punggung tangan kanan, dan bahu kanannya. Kutanya alamat orangtua dan nomor telponnya. "Ah, mereka sedang di Jawa saat ini", sahutnya seraya memberikan nomor telpon kakaknya yg Bekerja di Dinas Kehutanan. Setengah berlari, kumasuki ruang kantor STP Ekstensi untuk meminjam telpon. Kuhubungi Dinas Kehutanan Prop. Bali. Namun tidak ada satupun nama tersebut dikenal disana. Bahkan, Pak Kadis dengan ramah memberikan bantuan beberapa nomor telp dari beberapa UPT yg mereka miliki untuk kuhubungi. Kembali rasa kecewa mendera, karena tak ada satupun dari mereka yg mengenal nama tersebut. Akhirnya, kembali kutemui Sang Putu, nama siswa baru yg terluka tersebut. Dia berikan satu nomer telepon genggam baru, berhasil pula kuhubungi kakaknya untuk memastikan datang melihat kondisi adiknya yg terluka.

Tugas berikut tidaklah mudah. Meyakinkan siswa ini untuk pulang ke tempat kost nya. Melihat kondisi luka di sekujur tubuh, kuyakin dia tidak akan cukup kuat menyelesaikan rangkaian PDSP. "Dari tadi kami sudah lelah memberitahu, tapi tidak didengarkan" Demikian komentar Pak Agung Sumadi, salah satu rekan dosen yang bertugas di Sie P3K . Namun Puji Tuhan, dengan kelembutan berhasil kutaklukkan hati keras ini, meyakinkannya untuk lebih baik beristirahat di tempat kost. Tidak menunggu berlama lagi, kutemani Pak Agung membawa mobilnya, mengantar Sang Putu ke Banjar Peken, 3 km dari kampus STP. Menjelaskan pada ibu semangnya situasi yang terjadi, dan menitipkan untuk turut memperhatikan kondisi anak kostnya ini.

Aku bukan lah panitia PDSP. Bukan pula pejabat di STP. Namun kenapa aku peduli? Karena kubayangkan, andaikata kejadian ini menimpaku, terjadi padaku, menimpa anak-anakku, berada di suatu tempat baru dengan orang orang asing yang baru ku kenal, tidak mendapatkan perhatian yg kuinginkan... Alangkah menyedihkannya...

Setiap orang, entah dia kaya atau miskin, cantik atau jelek, siap atau tidak dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan, tidak ada satu pun yang ingin diabaikan. Perasaan yang paling menyiksa dalam hidup ini, menurutku, adalah perasaan bahwa tidak diakui, tidak diterima, disisihkan. Maka, ku slalu berusaha, sedapat mungkin, berikan perhatian pada siapa pun. Walau mungkin tak kukenal dia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar