Sabtu, 01 Agustus 2009

Saraswati

Sang Dewi Saraswati,
bagiku, adalah Dewi Ilmu Pengetahuan,
pedoman dalam mengungkap berbagai misteri kehidupan, mendalami pengetahuan terdalam lalu memilih dan memilah agar sesuai bagi seseorang, sebelum menerapkan apa yang diperolehnya dalam berbagai bentuk pikiran, perkataan dan perbuatan setiap hari.
simbol perjuangan seseorang dalam menapaki jalan hidupnya untuk semakin arif dan berlaku bijak, semakin dewasa, dari hari ke hari.

Pagi ini, setelah mempersiapkan banten Saraswati bagi suami dan anak-anak yang akan mereka bawa ke sekolah, aku pun mempersiapkan diri memuliakan Beliau, dalam wujud Sanghyang Dewi Saraswati. Mentari masih perlahan membuka diri, tatkala kususuri jalan Imam Bonjol kota Denpasar, menuju Nusa Dua. "Ida Ratu Peranda akan memulai upacara pagi hari", demikian komentar teman mengingatkan kami untuk datang lebih pagi lagi.

Setibaku di kampus STP, kuparkir motor astrea 800 tercinta depan pos satpam, berganti dengan kain panjang yang kubawa dari rumah, menjunjung banten dan berjalan perlahan menuju ke Pura. Kutemui rombongan rekan yg pertama tiba bersama bis dari Denpasar. Kami lalu mengawali perjalanan berkeliling kampus, meletakkan canang di atas tugu Penunggun Karang di sisin Pura, di samping hotel praktek bagi mhs di STP, Langoon Resort & Spa Hotel, dan pelinggih di dekat pintu gerbang kampus. lalu kembali ke Pura, menunggu Sang Ratu Peranda dari Geriya Sanur rawuh. Para mahasiswa, memilih duduk bergerombol, dibagian belakang, saling bercanda dan menyapa satu sama lain. Beberapa ibu dan bapak pegawai menghaturkan ayah dengan menyanyikan beberapa untai kidung terbaiknya, sementara, Ibo Jero Melati dan beberapa ibu lain melakukan prosesi ngelis, melukat, mengawali rangkaian upacara, pegawai dan mahasiswa pria menabuhkan gamelan dengan jalinan nada yang kompak, walau tanpa latihan sekalipun, sementara di bagian lain, seksi konsumsi menata hidangan kue dan nasi yasa.

Saat genta mengalun, tergetar hati mengingat sejarah perjalanan hidup. Entah berapa kali kutolak menjadi dewasa, bertahan kekanakan dengan segala sifat egois, dendam, melarikan diri dari kenyataan, baik terhadap teman, keluarga, tetangga, dan murid-muridku sendiri... Sang dewi Saraswati, jadikan aku lebih bijak, mampu menjadi tiang bagi keluarga sendiri, membuka cakrawala pemikiran ini, semoga semakin jernih dan suci, semoga tiada lagi murka...

Akhirnya, acara persembahyangan keluarga besar kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, berakhir pukul 11.30. Ku persiapkan diri untuk perjalanan berikut, menuju Pura Dhang Kahyangan Gunung Payung.

Pura ini terletak kira kira dua kilo dari STP, di pinggir pantai dengan tebing tinggi dan curam.
Ini kali ke 3 aku mendapat kesempatan mengunjungi rumah Beliau, Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam bentuk Bethare Wisnu. Paparan laut luas nan biru langsung menyambutku, berkilauan tertimpa sinar matahari siang, dengan beberapa perahu nelayan yg terlihat dikejauhan. Hem, situasi yang tenang, sungguh membantu dalam melakukan samadhi dan mencapai kekhusyukan bersembahyang yang sempurna. Sama sekali tidak ada perasaan takut tercipta, walau saat itu, aku hanya satu satunya orang yang hadir di sana. Kenapa harus takut jika kita berada di rumah Tuhan, dan datang dengan niat tulus ikhlas.....

Berikutnya, ku persiapkan diri kembali, menyusuri jalan sepanjang 10 km, menuju Pura Uluwatu. Kali ini, kutemui jauh lebih banyak orang, mulai dari rombongan mahasiswa Poltek UNUD hingga berbagai instansi yang melakukan persembahyangan berkaitan dengan perayaan hari Dewi Saraswati, sebagai lambang Ilmu Pengetahuan, hingga rombongan wisatawan yang memasukkan Uluwatu sebagai daerah kunjungan mereka. Hmm.. tidak ada yg berubah dari saat terakhir ku kunjungi Pura ini....monyet yg berseliweran, menghampiri pengunjung untuk mengintip barang yg dibawa, semilir angin membawa udara laut segar berhembus ke udara, debur ombak menghempas tiap sisi tembok dinding terjal Pura, serasa selalu penuh getar, memanggil tiap insani menghadap Beliau, berlutut dan memuja Nya. Kuhidupkan tiga tangkai dupa, lalu menghaturkan banten di atas meja, dan mulai bersimpuh, memanjatkan doa bagi keluarga, sahabat, dan tiap orang yg sempat ku kenal. Segar air tirta menerpa rambut dan wajah, serta melintasi bibir ini, kuharap bisa segarkan pula isi hati tatkala kuharap Sang Dewi berkenan senantiasa dampingi diri ini. Tuhan, semoga jiwaku tidak rapuh dan menjauh dari kemampuan mencerna segala pengetahuan Mu...

Matahari semakin condong. Waktu telah menunjukkan pukul 15.00 tatkala aku tiba dirumah temui keluarga tercinta. Istirahat sejenak, sebelum janjiku bersama simbok, akan mengajaknya bersembahyang bersama ke Pura Narmada dan Pura di perumahan pukul lima sore ini. Motorku mungkin lelah meretas perjalanan spiritual ini, jiwaku mungkin capai menggapai bijaksana ini, fisikku mungkin rapuh mewujudkan cita cita dan tiap mimpi. Tapi kan kucoba, dari hari ke hari, semakin menjadi lebih bijak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar