Selasa, 30 Maret 2010

Paket Kejar C

Hujan mulai tumpah satu-satu, kian lama kian deras selimuti bumi dengan tangisnya. Langit gelap seolah enggan buka jalan bagi tiap orang yang sedang meretas dimalam hari. Kulirik jam di dinding, pukul 18.30. Ah, aku harus berangkat. Sudah tiga minggu tidak bertemu mereka. Bukan hanya sekedar idealisme yang membara di dada, atau honor yang tidak jelas tersedia atau tidak anggarannya, bukan sekedar dukungan bagi program pemerintah mencerdaskan anak bangsa....

Hmm, kubayangkan diriku sama tidak beruntung seperti mereka, nikmati pendidikan berkualitas di kelas internasional, hingga jenjang pendidikan tertinggi, dengan fasilitas antar jemput mobil dan supir pribadi, pintar sehingga bisa lompati beberapa kelas. Kubayangkan anak-anakku sama seperti mereka, harus menempuh pendidikan malam dalam Paket Kelompok Belajar pula, kelas yang sering dipandang sebelah mata dan dicap siswa rendahan...

Udara kian tidak bersahabat, angin bertiup kencang, hujan kian deras, air di halaman mulai naik. Kukenakan jas hujan, mendorong motor keluar halaman. Bersama Ayu, simbok yang juga masih cucu jauh suami, kami berboncengan menuju SD yang terletak di pinggir jalan Imam Bonjol ini. Banjir di beberapa ruas jalan, hujan yang menerobos nakal jas hujan yang kukenakan, dan cipratan air telah dengan suksesnya basahi celana panjang hitam yang kukenakan. Ah, Tuhan, terima kasih, untuk tiap situasi dan kondisi yang telah Engkau berikan padaku. Susah maupun senang, baik maupun buruk, berlebih atau kekurangan, semoga semakin membuatku makin bijak dan dewasa menyikapi ini semua. Tapi, jika masih egois dan emosian juga, itulah sisi manusiawi yang kumiliki. Khan saya bukan seorang dewi atau malaikat... Masih sering ijo jika liat duit, masih kesengsem jika liat Tom Cruise, Brad Pitt, Ariel Peterpan, hihihi...

Wayan Warta, Siti Hanifa, Agus, sebagian dari siswa yang terpaku diam di dalam kelas. Diwajah mereka terpampang kelelahan, karena pagi hingga siang hari masih harus berjualan nasi di terminal Ubung, menjadi penjaga toko baju, bahkan, menembus banjir dan hujan dari jalan Hayam Wuruk untuk tiba di kelas ini. Kusapa mereka, ada yang segera berlalu pindah bangku ke belakang. "Takut ditunjuk dan ditanya terus" demikian katanya. Segera kukeluarkan buku dan mulai bahas materi hari ini. Big Bang Theory & Steady State Theory kubahas dengan kedinginan karena celana basah kuyup namun semangat membara...

Ah, anak-anakku... mungkin emakmu terkadang egois, terlalu keras menekan kalian. Tapi, kuingin kalian menjadi bukan orang manja, kuingin kalian disiplin. Banyak orang diluar sana tidak seberuntung kalian. hidup smakin keras, dan hanya orang cerdik dan beruntung yang bisa bertahan. Tumbuhlah besar, tumbuhlah dewasa, tumbuhlah arif dan peduli pada sesama... Hidup bukan sekedar lewat, hidup bukan sekedar menyerah dan hura-hura, hidup tidak hanya materi dan emosi semata. Terlalu banyak komentar dan caci maki yang keluar tanpa solusi hanya membuat jiwa-jiwa terlahir resah. Mental yang lemah hanya membuat dunia semakin sesak dari nilai-nilai spiritual dan rohani yang seharusnya penuhi hati kita. So, mari kita mulai dari sisi kita sendiri, peduli pada diri sendiri dan sesama, sederhana dan dari hal-hal kecil dahulu lah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar