Kamis, 29 Juli 2010

Buat anak didikku, Lia Astini, dan juga ribuan anak lain yang dilanda kecewa


Siang itu kami diskusi di anak tangga Lobby Rektorat. Dia mengeluhkan betapa complicated nya permasalahan yang dihadapi. Mulai dari pemasalahan pribadi, bimbingan yang terkatung karena pikirannya yang tidak bisa fokus pada skripsi, situasi yang berkaitan dengan pekerjaannya, karena kini dia telah bekerja di salah satu hotel bintang lima di Pulau Dewata ini, dan, kekecewaan karena tidak bisa mengikuti ujian sidang yang dijadwalkan akan diselenggarakan Jum'at 30 Juli 2010. Ia harus membayar biaya kuliah lagi, menjalani hari-hari bimbingan - kerja - urusan keluarga - kepentingan pribadi yang semakin menyita waktu. Air matanya perlahan bergulir.

Ah, Lia....
Dalam hidup, terkadang kita tidak bisa menggapai tiap keinginan dan harapan yang ada, seberapa pun keras kita berusaha. Menangislah, marahlah, kecewa dan berduka. Ini adalah bagian dari perjalanan hidup kita sebagai manusia di dunia. Terjatuh dan tersungkur berkali dan berkali. Namun, jangan pernah menyerah kalah. jangan biarkan dirimu hanyut dan terlena.

Maka, kusampaikan padanya kisahku tentang proses sama saat selesaikan bimbingan tesis dahulu, mulai anak kecelakaan, kecelakaan yg kualami terjatuh dari lantai 2 di Pasca itu, pembimbing tesis yang bergantian opname, bapak yg meninggal, rumah yang kebanjiran, komputer yg hang, dan kisah hari ini..... Karena hujan lebat tiada henti sejak sore hari hingga larut malam, pukul dua malam rumahku kembali kebanjiran. Emosi dan berdiam diri tidak akan hentikan ini. Maka, kerjasama dalam keluarga buktikan seberapa tangguh kita hadapi cobaan dan tantangan. Pinjam pompa air dari Bu Dayu Puspadi, suami memasang tanggul dari kantong pasir, anak dengan hilir mudik bermain air. Bahkan masih sempat membantu tetangga lain membuat tanggul pula. Pukul delapan pagi kencan dengan banjir selesai. Ke puskesmas bersama anak karena terserang radang usus, ke sekolahnya di Jl. Kamboja Kreneng mengantarkan surat keterangan sakit, dan... bergerak ke Nusa Dua untuk menyelesaikan pekerjaan. Lalu menepati janji untuk bertemu para sahabat di Teuku Umar Timur, pukul 3 sore. Akhirnya, baru tiba di rumah pukul tujuh malam, masih disambut tugas RT dan menemani keluarga belajar.

Lia adalah contoh mereka yang coba menggapai cita dan cinta nya, mencari arah tujuan masa depan. Namun kecewa, karena ternyata impian tak seindah kenyataan, fakta tak seindah idealisme di dada. Perjuangan semakin berat, jalan semakin panjang, waktu kian menyimpit.

Hidup terkadang tidak lah adil bagi kita. Tidak bakal kujanjikan bahwa hidup ini bakal mudah dan indah bagi kalian. Namun, jangan pernah berhenti berusaha. Jangan biarkan pendar cahaya itu surut dan berlalu dari dalam dirimu, sekecil apapun asa yang tertinggal. Gagal berkali dan berkali, maka coba lagi berkali dan berkali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar