Minggu, 18 Juli 2010

MOS, Opspek, Posma, PDSP, Sekolah, Oh Sekolah..

Setiap sekolah, seperti sebagaimana sebuah institusi atau lembaga maupun organisasi lainnya, memiliki kebijaksanaan yang melandasi operasional lembaga bersangkutan. Salah satu bentuk kebijaksanaan adalah adanya fase atau tahapan orientasi sebagai bagian mengenal lebih dalam lembaga tersebut.

Sekolah Menengah Atas Negeri I Denpasar, yang lebih dikenal dengan Smansa adalah merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di Bali. Dibuktikan dengan predikat rata-rata nilai ujian tertinggi di Indonesia, salah satu siswanya, Shely Silvia Bintang, berhasil meraih nilai tertinggi tingkat nasional saat Ujian Kelulusan kemarin. Juga pada berbagai bidang lainnya. Tahun ini Smansa juga sukses merebut piala juara umum Porjar dan juara 2 PSR. Bukti keunggulan mereka, tidak hanya pada bidang akademis. Sebagai sebuah sekolah berstandar internasional, kebijaksanaan yang diterapkan adalah merekrut siswa melalui Tes Potensi Akademik, Masa Orientasi Siswa, Pendidikan Disiplin Siswa, yang bertujuan untuk lebih mengenalkan calon siswa terhadap suasana lingkungan baru mereka.

Apa sih sesungguhnya tujuan dari diselenggarakannya MOS, Opspek, POSMA, Orientasi Program?
1. Pengenalan lebih dalam dan dekat mengenai sekolah bersangkutan, gedung dan ruang yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, berbagai kegiatan ekstra kurikuler, guru dan staf yang ada, kakak kelas, dan berbagai pihak yang berkaitan dengan ruang lingkup dan proses belajar mengajar yang berlangsung.

2. Suatu langkah atau tahapan dalam menjaring bibit baru di antara siswa baru, sehingga sekolah yang bersangkutan bisa melakukan pembinaan terhadap siswa baru yang dianggap memiliki bakat atau potensi yang dapat menjadi prestasi positif tinggi kelak, juga sebagai sarana kaderisasi.

3. Menerapkan kemampuan beradaptasi siswa terhadap berbagai situasi dan lingkungan baru mereka. Pada umumnya, orang akan mengamati lingkungan baru terlebih dahulu, baru menentukan sikap terhadap lingkungan tersebut. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi ini akan menentuan tingkat kemandirian dan kepekaan dalam hadapi situasi.

4. MOS juga membantu siswa yang mengikutinya untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam mengambil keputusan. Uji kekuatan dan daya tahan fisik, terutama dalam latihan baris berbaris. Setiap tugas yang diberikan oleh kakak kelas dan pihak manajemen sekolah akan direspon siswa baru. Respon mereka ini akan tergantung pula pada kecepatan dan ketepatan dalam merespon, disiplin serta kuat secara mental. Tak jarang, kakak kelas memberikan tugas dan menyampaikan nya dengan penekanan mental. Sudah tentu, dibutuhkan pemahaman persepsi antara berbagai pihak agar tidak terjadi miskomunikasi dan kesalahpengertian.

5. Di dalam MOS, terjadi proses pengembangan etika dalam menjalin kerja sama dan membentuk jaringan kekompakan dalam selesaikan tiap tugas yang dibebankan pada mereka. Rasa se perjuangan akan mempersatukan mereka, setiakawan, saling membantu.

MOS di Smansa yang dilaksanakan pada taggal 10 s/d 17 Juli dibagi menjadi 2 hari pra MOS, 3 hari MOS, 2 hari PDS, dan 2 hari hiking. Persiapan yang sungguh matang juga dilakukan oleh panitia MOS yang terdiri dari Tor Pass, Ass Pass, Instruktor dengan melakukan latihan selama 46 hari sebelum MOS berlangsung yang meliputi uji daya tahan fisik para Instruktor itu sendiri untuk berada di lapangan terbuka, termasuk pula menggundul rambut mereka sendiri, bagi yang pria, agar sama dengan para siswa baru. Tugas yang diberikan pada para siswa baru meliputi kewajiban menghafal semboyan Smansa, mars Smansa, latihan dasar baris berbaris, salam karmani, mengumpulkan berbagai barang dan melaksanakan tugas yang diberikan panitia. Tema MOS Smansa kali ini adalah Sejuk, Sehat, Bersih, Berbudaya. Ketua Panitia MOS kali ini adalah Gandi Putrawan, yang merupakan Waka II 16 besar OSIS Smansa 2009/2010.

Pelaksanaan MOS kali ini bukan berarti tanpa halangan dan rintangan. Ada berbagai penyebab. Dari kondisi fisik dan mental para Tor Pass dan Instruktor itu sendiri, kondisi fisik dan mental para siswa baru, termasuk kondisi fisik dan mental para orang tua, keluarga, sahabat dan para pengantar jemput para siswa baru. Aku sendiri merasakan keterlibatan mendalam dengan berbagai aktivitas yang ada selama MOS, mulai dari rasa jengkel, sedih, marah, bangga, capek, ngantuk, laper, hmmmm.... Namun ini adalah sebuah proses yang harus dijalani dan dialami. Entah dengan grumelan para orangtua, hingga bersama mencari panitia MOS, menemui Kepsek dan mengajukan protes terhadap pelaksanaan kegiatan, hingga malam-malam larut berkeliaran demi lengkapi segala kebutuhan anak tercinta.

Bersyukur... setelah sekian hari, mereka berakhir pukul dua sore hari ini, di halaman sekolah, dengan pakaian kotor berlumpur setelah dua hari kemah dan mendaki. Dan.. bersiap langsung mengikuti proses belajar mengajar esok hari....

Kuota di tiap sekolah telah ditentukan sebelum penerimaan siswa baru itu sendiri dilakukan. Tidak semua siswa yang telah mengikuti Tes Potensi Akademik dan Seleksi Nilai Ujian Nasional dapat diterima di sekolah yang diharapkan / dituju. Ada standar kualitas persyaratan yang harus dipenuhi untuk jadi pelajar pada sekolah yang bersangkutan. Hasil TPA dan Seleksi memperlihatkan tingkat kemampuan dan kesiapan calon siswa pada saat Ujian dilaksanakan. Banyak pula calon siswa dan kerabat dekatnya yang tidak bisa menerima situasi dan kondisi demikian.

Tidak dapat dipungkiri, banyak kasak kusuk yang beredar luas, ada jalur belakang bagi mereka, para siswa yang sebenarnya tidak lulus TPA, Jalur Prestasi, Seleksi Nilai Ujian Nasional. Mereka ini, bersama orang tua, keluarga, dan atau kenalannya, merengek, memohon, meminta / memelas untuk diterima dengan berbagai cara. Pro dan kontra berdatangan dari berbagai pihak, berbagai komentar bermunculan. Namun, apapun itu, harus disikapi dan ditelaah secara bijak, baik sekolah maupun masyarakat luas. Ego, unjuk rasa, sinis, tidak akan jadikan ini berjalan menjadi tambah bijak dan semakin baik lagi. Siswa yang sombong dan tidak mencoba memperbaiki kualitas dirinya hanya membuat dirinya menjadi bahan ejekan, bahkan dari dirinya sendiri. Orangtua dan guru yang memaksakan kehendak agar anak berada pada tempat yang tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuannya sendiri hanya mempercepat kehancuran anak tersebut. Saling terbuka dan jalin komunikasi se banyak mungkin akan menjadi pembelajaran, pengalaman yang berharga dari berbagai pihak.

Hmmm...
Gurita nya dunia pendidikan negeri ini, dan.. negara lain di seluruh dunia. Sebuah dunia pencitraan, ataukah citra yang ada pada dunia pendidikan kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar