Selasa, 06 Juli 2010

Terbangun pk. 3 dini hari dengan lolongan anjing...


Setelah aktivitas seharian yg melelahkan, ditambah dengan nikmat menulis di balik malam, tentu indah pula jika dapat merebahkan tubuh di peraduan sebelum pagi menjemput dengan se gudang rencana. Maka, pk. 00.30 kumatikan laptop tua milikku, dan berbaring di tengah, di antara para suami dan anakku, eeiiitttsss, maksudnya, para anak dan suamiku....

Pk. 3, ke lima ekor anjing milikku menggonggong keras, melolong, dan sangat jelas terasa, karena dinding tembok kamar tidur kami berisi jendela, dimana tepat di bawah jendela itu mereka mondar-mandir. Plus, para anjing para tetangga. Hmm, terjadilah, kehebohan luar biasa. Ini, pk. 3 pagi, dimana orang sedang terlelap dalam mimpi mereka. Suamiku terjaga, dan mengintip dari balik layar jendela. Tidak ada yg terlihat. Kuintip pula, tidak ada gerakan apapun. Kami keluar ke tengah halaman, mengintip sekeliling, tidak terlihat apapun, namun, se onggok kotoran hitam di tengah jalan perumahan meyakinkanku, bahwa seekor sapi baru saja buang hajat di situ.

Sapi??!! di tengah perumahan elit ini??!
Hmm, impossible banget dah.
Pertama, perumahan ini bukan perumahan elit. Kedua, sapi berkeliaran di tengah perumahan? wah wah... seumur-umur belum pernah terjadi. Maka, kuberanikan diri membuka gerbang pagar, berjalan menyusuri jalan perumahan sendiri di pagi buta. Kulihat di ujung jalan, dua ekor anak sapi menatapku balik. Kuhampiri perlahan, kuelus dahinya, aaahhhh, ini nyata, mereka ada di sini. Kuusir perlahan ke arah jalan masuk perumahan. Dingin angin malam membelai wajah dan tubuh. Satu blok kulewati, masih ada tiga blok lagi sebelum tiba di jalan masuk menuju perumahan. Tidak ada satupun tetangga yang keluar atau menghidupkan lampu mereka. Berarti, mereka lelap dalam tidur masing-masing. Tiba di jalan masuk menuju perumahan, kupikir, sudah cukup menggiring anak-anak sapi ini, dan kutinggalkan mereka di sana. Semoga pemiliknya menyadari dan berhasil menemukan anak-anak sapi ini. Dan, aku berbalik kembali, menuju rumah. Saat kemudian ku berbalik untuk memastikan mereka meneruskan perjalanan, tak kulihat satupun anak sapi itu. Mereka menghilang tepat di depan pandanganku.

Hmmm. Takut? Tidak juga. Cuma, aneh saja. Aarrgghhh, entah lah, apa pun itu.... niatku baik, ingin menghantar mereka kembali pada arah tujuannya semula. Kupanjatkan doa pada Ida Sang Hyang Widhi, Bethare Wisnu, Siwa dan Brahma, semoga anak-anak sapi itu baik-baik saja dan berhasil temukan jalan pulang. Aku segera berjalan pulang. Anak dan suami menunggu dengan penuh tanya di dalam halaman rumah.

2 komentar:

  1. Masih untung rasanya itu Mbak, coba kalau ayam yang melolong dan sapi malah buang ingus, kan malah jadinya kacaunya.

    Jadi kehidupan masih normal-normal saja :).

    BalasHapus
  2. Hla... akan kutunggu in juga, jika mereka ber proses...

    BalasHapus