Selasa, 06 Juli 2010

Rafting di Sungai Ayung bersama Bali Fantasia Rafting 4 Juli 2010

Keluargaku, adalah segalanya dalam hidupku. Ehm, masih ada lagi yg lainnya... Para keluarga besarku, sahabatku, tetanggaku, dan semua yg lainnya dah... Kucintai mereka semua yang ada dan mewarnai kehidupanku. Semua, segalanya, baik susah dan senang, baik dan buruk, lebih maupun kurang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, jauh maupun dekat. Tiap hari adalah istimewa bagiku, sama istimewanya seperti saat kuanggap tiap hari adalah biasa saja...

Tak kuperlakukan anak2ku istimewa, baik saat mereka berhasil meraih sebuah prestasi, maupun saat mereka terpuruk dan lakukan kegagalan berkali dan berkali....

Namun, Sabtu 3 Juli 2010, kuterima telpon dari Wayan Sudaarsana. Adik dari suami kakakku yang bekerja di Bandara ini menghubungi via telepon genggam dan mengatakan dia masih memiliki voucher Rafting dua buah. "Ah ha...". Kutawarkan pada anak-anak dan suami. Namun suami enggan ikut. Sementara anak-anak sangat antusias dalam menghadapi sesuatu hal yang baru dan menantang. Ya, mereka dapatkan jiwa ranger, petualang, dari garis keluargaku, dan kuajarkan mereka sejak dini untuk tidak takut memulai hal baru. Suamiku, adalah tipe pria rumahan, kutu buku, merawat seisi kebun dengan baik.

Minggu, 4 Juli 2010, pukul 6 pagi kami sudah bergegas. Kupersiapkan 10 nasi ber bungkus daun pisang seharga 3000 rupiah ke dalam tas. Juga berbagai jenis jajan pasar yang kubeli untuk bekal perjalanan kami. Kumasukkan 3 stel pakaian ganti kedalam tas ransel yang akan kami bawa serta. Selesai bersembahyang sejenak di penunggun karang, kukeluarkan Yamaha MZ, dan kami meluncur segera menembus udara dingin pagi hari. Kali ini menuju Gang Medori, Banjar Sasih, di Desa Batubulan.

Tiba disana, ada Krisna dan Yoga, anak Wayan Suda, juga istrinya yang cantik. Kami masih menunggu kehadiran Eko, Ketut Ayu, Surya, dan tunangannya, Wiwin yang anak Fak.Hukum Unud, serta satu lagi ponakan Wayan Suda, yang sedang praktek Kebidanan di RS Sanglah. Pukul 9.30, rombongan kami bergerak menuju Petang. Menurut rencana, kami akan melakukan travelling menyusuri sungai Ayung yang terletak di perbatasan Desa Petang dan Payangan, bersama Travel Agent Bali Fantasia Rafting.

Tiba di perempatan pasar Petang, rombongan kami yang berada di dalam kendaraan APV berbelok ke arah kiri. Menyusuri jalan pedesaan beraspal, kami tiba di sebuah rumah kantor, Bali Fantasia Rafting dimiliki oleh investor berasal dari Korea. Ada kira-kira 20 an guide yang terdiri dari orang lokal, bahkan, ada yang telah bergabung semenjak 8 tahun lalu. Para guide nya di bayar hanya Rp 150.000 per bulan, plus 30.000 uang makan, plus 30.000 lagi uang transport. Tanpa askes. Jika mereka menolak, mereka bisa diberhentikan, karena perusahaan juga hanya mampu bayar se demikian. Lalu, dari mana mereka mendapatkan uang lebih? Tentu dari para pengunjung dan pengguna jasa mereka. Kebanyakan adalah wisatawan asing, termasuk khususnya wisatawan Korea, Amerika, Australia, Eropa, dan lain lain.... Dalam satu hari, mereka terkadang sanggup melakukan 2 kali trip / perjalanan dalam menghandle wisatawan yang gunakan jasa mereka.

Kami semua kemudian mengenakan pelampung dan helm pengaman, memegang dayung, dan menuruni jalan setapak. Hmm, bukan hal sulit bagi ke dua anakku yang sudah terbiasa berjalan jauh di kampung, menyusuri anak tangga berbatu berjumlah lebih dari 300 an ini. Lalu akhirnya kami harus menuruni anak tangga melingkar dari besi untuk tiba pada sebuah air terjun besar nan indah. Gemericik airnya terasa menyentuh, membelai wajah, dingin dalam dekapan udara.

Kami memasuki ke tiga perahu rafting berbahan karet. Masing-masing tiga penumpang dengan seorang guidenya. Dan, aku bersama kedua anakku mendapatkan Pak Agung, bagi guide kami. Bapak dari tiga orang anak yang masih kecil ini memberikan arahan mengenai hal yang harus kami patuhi selama perjalanan. selalu berpegang pada tali, mengayuh sesuai aba-aba guide, tidak berpegang pada dinding tebing dengan gunakan tangan, dan lain sebagainya. Hmmm, anakku sangat antusias mengikuti perjalanan ini. Adi mengayuh dengan sekuat tenaga, bergerak dari tepi kiri lalu ke kanan, menggerakkan tongkat kayuhnya se irama. Yudha berpegang erat pada tali baju pelampung kakaknya, ikut se sekali mengeluarkan teriakan senang, melihat pemandangan indah di sekeliling kami.

Sungguh, sebuah pemandangan menakjubkan atas segala yang masih boleh kami nikmati, tebing tinggi menjulang, berisi tanaman ribuan rupa, dari berpuluh jenis bambu, pakis raksasa, sengon, hingga kumpulan kelelawar yang membuat sarang di beberapa lokasi di pinggir tebing menjulang tinggi. Belum lagi, beberapa air terjun yang kami lewati, berkali berhenti untuk mengambil foto dan istirahat sejenak, hingga anggota rombongan asyik bermain sliding / seluncuran dari bebatuan yang menonjol di atas air sungai. Berkali tergelincir hingga hasilkan lebam di siku tangan dan kaki tidak terasa karena kenikmatan yang kami peroleh. Entah kapan lagi akan dapat lakukan hal ini bersama, meluangkan waktu bersama anak-anakku yang beranjak remaja....

Akhirnya, kami tiba di penghujung perjalanan.... seluruh anggota rombongan keluar dari perahu, menaiki anak tangga bebatuan kembali, berjumlah ratusan pula, hingga tiba di sebuah rumah terbuka, tempat kami bisa mandi dan mengganti pakaian pada se deretan kamar mandi, lalu menikmati makan siang dengan ikan teri berbumbu asam manis, nasi goreng, mie goreng, dan ayam saus tomat.

Pukul tiga sore, kami akhiri petualangan hari ini....... Dan, selamat datang petualangan-petualangan lain lagi. Adrenalin, enthusiasm, motivation, potentiallity, personallity, semua campur baur jadi satu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar