Selasa, 08 Maret 2011

Senin, Selasa, Dan Seterusnya Cinta....

Simbok jatuh sakit, terkapar semenjak hari Minggu. Hmmm. Sungguh, daya tahan sebuah keluarga teruji dalam berbagai situasi dan kondisi. Anak-anak sudah beranjak besar. Namun peranan asisten pribadi ini sungguh luar biasa.... Tak bisa terbayangkan, jika para asisten rumah tangga pada mogok. Banyak orangtua yang bakal kelabakan, tidak bisa berangkat kerja, tidak bisa selesaikan berbagai urusan per rumah tangga an dengan segera.

Sejak Senin, 7 Maret 2011, terjaga pukul 5 pagi dan sudah kumulai dengan memasak, disela dengan mencuci baju anak2. Sebenarnya... hal yang tidak terlalu sukar, karena sering kulakukan pula. Suami menyapu di halaman, se isi rumah, dan lanjut dengan mengepel. Pukul 7, kuantar si bungsu ke tempat les, lanjut dengan kuliah di Gedung Pasca Sarjana kampus UNUD, jalan Jend. Sudirman. Hmmm. Profesor Wayan Tjatera dengan Social & Ecological Market Economy, nya. Sungguh menantang.

Demikian pula Selasa, 8 Maret 2011. Rutinitas pagi hari tetap berlanjut. Karena kuliah ku di Program Doktoral (S3) adalah Senin dan Selasa pagi. Kemudian, pukul 12 beranjak ke Nusa Dua, Kampus dimana aku mengabdi, untuk bekerja dan mengajar dalam aktivitas rutin sebagai seorang dosen. Jangan bayangkan, kulintasi jalan dengan mobil. Keluargaku tidak punya mobil. Kukendarai astrea 800 tercinta, atau astrea prima, dahulu milik ibu Sri Manis.

Sejak Selasa, si sulung libur, karena di sekolahnya, SMAN I, sedang diadakan program pemantapan bagi siswa klas III. Namun dia sejak pukul 2 siang sudah bertugas menjaga bazzar di Resto Daun Bawang di daerah Renon. Bazzar tersebut bagi SCC. Kelompok Studi Komputer di sekolah. Ah, putraku terkasih... Wayan Adi Pratama. Semenjak dia SD, sudah terbiasa tidak bisa tinggal diam. Selalu ada saja yang dikerjakannya. Mulai dari berjualan pernak-pernik, menyewakan buku, ikut mengendarai sepeda dari Pertigaan Pulau Serangan menuju ke Nusa Dua, bersama sahabatnya di perum kami pula. Kini... putra ku tercinta yang bungsu, Yudhawijaya, juga memiliki sifat2 nyaris mirip sang kakak. Tidak bisa tinggal diam walau sejenak.

Tiba di rumah sore hari, Selasa, 8 Maret 2011, suami selesai dengan urusan rumah tangga. Dia sedang dalam rangka juga selesaikan program Doktoralnya di kampus yang sama, bahkan program studi yang sama dengan ku, Cultural Studies. Hmmm, sebenarnya si bapak termasuk suami yang tidak macam-macam. Bersyukur memiliki dia sebagai bapak dari kedua putraku. Paham bahwa istrinya sedang selesaikan se ember penuh cucian, ia menjemput si bungsu dari sekolah. walau sesungguhnya sekolah si bungsu hanya berjarak 100 meter dari rumah kami.

Tiba di rumah, si bungsu sudah berteriak memintaku untuk segera menghantarnya mencari triplek, membeli palu dan paku, karet dan entah beberapa jenis barang lagi. Prakarya yang harus dikumpul keesokan harinya. Hmmmm, kuminta dia membuka dan mengganti seragam sekolahnya terlebih dahulu, sementara kuselesaikan dg urusan menjemur cucian. Lalu kami mulai keluar dan menyusuri jalan. Sayangnya, toko2 bangunan sudah tutup. Sudah pukul 5.30 sore. Maka, yang paling praktis adalah pergi ke daerah2 dimana terdapat pembangunan rumah / perumahan, mencari se penuh harap agar ada sisa2 triplek. Knapa bukan suami yang menghantarnya? Hmmmm, si bapak bukan tipe pria yg sabar untuk urusan mencari dan mengais benda2 yang dibutuhkan si kecil. Eh hehe.... dan, bukankah, dunia ini indah dengan segala perbedaan / variasi yang ada? Enjoy aja lah...

Astungkara....
Sang Hyang Widhi Maha Pemberi.... Kudapatkan 4 potong triplek bekas dengan ukuran 20 X 30 cm. Kami lalu mampir ke mini market untuk membeli palu dan beberapa perlengkapan lain. Malamku lanjutkan dengan membantu si bungsu selesaikan urusan prakarya sekolahnya.

Setelah urusan sembahyang sore hari, melantunkan puja dan puji bagi Tuhan, kami lanjut dengan makan malam tanpa si sulung yang masih dengan urusan bazzarnya. Aku lalu terkapar tidur, dan terjaga pukul 10 malam saat si sulung tiba. Kusempatkan temani dia, berbincang untuk aktivitasnya sepanjang hari tersebut. Dia mengangsurkan uang Rp 100.000. Aahhhhh.... aku terharu. Adi Pratama adalah anak yang cerdas. Dia lewatkan hari ulang tahunnya dengan jualan baju hasil desain grafisnya sendiri, dia belajar secara otodidak untuk membuat desain grafis dan menjualnya pada orang2 yang dikenal dengan bayaran kiriman pulsa di HP nya, dia bisa perbaiki HP yang bahkan tidak bisa digunakan kembali, termasuk membuatkan program komputer bagi teman2 nya.

Setiap usaha maupun proses, sebenarnya esensi yang sejati tidak terletak pada hasil yang besar atau berharga tinggi... Namun pada usaha itu sendiri, perjuangan untuk selalu bangkit dan bangkit lagi. Tidak janji, hidup ini bakal selalu mudah dan indah... namun jangan pernah bunuh asa dalam dada.

2 komentar: