Senin, 05 September 2011

Pitra Yadnya : Pelebon Bapakku (2)


Dudonan / rangkaian upacara Pitra Yadnya / Ngaben bapak kandungku
1. Minggu, 11 Sept 2011, Kajeng Paing Matal, Ngungkap Sadha
Bersembahyang bersama anggota keluarga, mulai dari Merajan Alit, Merajan Ageng,
Pura Kahyangan, Pura Puseh, Pura Dalem, sebagai pertanda diawalinya rangkaian upacara.
2. Rabu, 14 Sept 2011, Kajeng Kliwon Matal, Ngulapin
Menjemput arwah dari orang yang telah meninggal, yang akan diikutsertakan dalam upacara Ngaben, langsung dilanjutkan dengan Nyiraman dan Ngeringkes


3. Kamis, 15 Sept 2011, Pasah Umanis Matal, Menek Bia
Persiapan ngunggahang banten dan segala rentetan upakara Ngaben
4. Jum'at, 16 Sept 2011, Gunung Tegeh Paing Matal,
Mirak, Muspa, Ngaskara, Ngebejiang.
Upacara bagi seluruh anggota keluarga untuk menghormati arwah orang yang telah
meninggal dengan berdoa dan bersujud menghormatinya
5. Sabtu, 17 Sept 2011, Kajeng Pon Matal,
Ngaben / Pelebon, puncak karya, lanjut dengan Nelu Bulanin dan Ngotonin (upacara
semenjak seseorang lahir, sebagai pertanda dan penanda bahwa dia ada di dunia),
Mesangih (Mepandes/Potong gigi), Ngerorasin, dan Ngelinggihang (Menempatkan arwah
orang yang telah di aben di Merajan keluarga masing2)

Bapak kandungku akan di aben dengan diikuti oleh 7 sawa / arwah lain dari orang yang telah meninggal dunia. Maka dalam prosesi Ngaben kali ini, terdapat 8 sawa. Yaitu :

1. I Dewa Made Tjeteg (bapakku)
2. I Dewa Ketut Sepatika
3. I Dewa Nyoman Kaler
4. I Dewa Nyoman Darsana
5. Ni Desak Nyoman Kenak
6. Ni Desak Putu Gedut
7. Ni Desak Nyoman Kerti
8. Ni Desak Putu Mungkrug

Bagi sebagian masyarakat, Ngaben adalah pembuangan uang semata. Masih banyak kebutuhan lain yang bisa disalurkan tanpa menghamburkan dana..... Namun bagi sebagian masyarakat lain, upacara Ngaben memiliki sejuta makna di baliknya. Sama saja seperti mudik saat lebaran bagi umat muslim, ziarah rohani bagi umat Kristiani, dan banyak yang dilakukan umat lainnya lagi.

Ngaben juga berarti berkumpulnya kembali keluarga besar yang tersebar dimana-mana. Kakak dan kedua adikku bersama keluarga mereka masing2, tersebar dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan banyak tempat lainnya. Sungguh sangat jarang bisa berjumpa mereka karena kesibukan dan kehendak yang berbeda-beda. Ini adalah sebuah moment yang bisa kami pergunakan.

Ibuku, adalah seorang wanita hebat, pekerja keras dan selalu penuh semangat. Beliau yang bersikeras untuk melaksanakan upacara Ngaben bapak. Bahkan, setelah 4 tahun meninggalnya bapak, ibu selalu bangun pukul 5 pagi dan melangsungkan Puja Trisandhya rutin 3 X sehari, tetap menghaturkan persembahan makanan dan minuman bagi bapak, yang sudah melalui prosesi pengabenan di Pontianak. Hmmm, sungguh sebuah hal yang patut ditiru oleh kami, anak2nya, bahkan, siapapun.... dalam memuja dan memuji kebesaran Tuhan.

Dalam berbagai kegiatan kita di dunia, seperti yang kukenal dari kuliah Prof. Nengah Bawa Atmaja... selalu terdapat pertarungan. Kekuasaan, antara yang dikuasai dan yang menguasai. entah dengan konflik dalam diri sendiri, dengan orang lain, bahkan keluarga sendiri. Banyak konflik yang kami hadapi, di antara empat bersaudara, sebelum klop soal melangsungkan upacara ini. Banyak hal lain pula, dengan jenis upacara, fungsi, bentuk dan makna Ngaben, dengan para keluarga besar di Jroan Batuaji Klod, Kerambitan Tabanan. Demikian pula, dengan suami dan anak2ku, juga para sahabat, para murid, rekan kerja.... harus mengatur jadwal kuliahku sendiri. Hmmmm.

Namun, jejak langkah untuk mewujudkan niat suci ini, semoga dapat terlaksana dengan lancar. Jangan pernah meninggalkan kami, Tuhanku, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kami selalu membutuhkan bimbingan Mu, tuntunan Mu, arahan Mu, agar tidak salah langkah, dan menimbulkan kesan tidak baik nantinya, apalagi sampai menimbulkan perpecahan di antara keluarga dan para sahabat. Swaha.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar