Sabtu, 24 Desember 2011

Semangat Hari Ibu....


Kamis tanggal 22 Desember 2011. Hari ini adalah hari Ibu. Namun tetap saja, ada se abreg kewajiban yang harus kutuntaskan. Hmmm, memang benar..... setiap hari adalah hari istimewa, sama pula halnya dengan... setiap hari adalah biasa saja... gak perlu dianggap terlalu istimewa. Masih banyak hal yang harus kita tuntaskan.

On line hingga pukul 2 pagi, menjelajah dunia maya, search dan browse berbagai berita, tetap tidak menghalangiku terjaga di pagi hari, menuntaskan tugas ibu rumah tangga. Mencuci baju, menjemurnya, mengecek persiapan makanan yang bakal diolah simbok, dan memastikan kegiatan anak2 sepanjang hari sementara mereka dalam liburan sekolah.

Pukul tujuh pagi sudah kugerakkan motor ke arah kantor. Ya, harus tiba pagi hari di kantor, menyelesaikan beberapa janji sebelum menggapai tugas lainnya lagi. Karena aku tidak sempat lagi ke kantor yayasan kami, maka kutitipkan sejumlah uang pada bu Riyani yang kebetulan kutemui. Aku harus melengkapi kekurangan pembayaran biaya perjalanan darmawisata ke Jawa Timur yang baru lalu. Aku bertanggungjawab atas biaya bagi bu Desak Kantin. Kupaksa dia ikut bersama anaknya.

Well, awal nya dia ingin ikut ber darmawisata, namun hanya sendirian. Dan, anaknya sungguh sangat ingin ikut bergabung, hingga terbayang dalam mimpinya, dan merengek minta ikut. Namun karena bu Desak khawatir anaknya jadi penghambat gerak kami semua, juga perasaan malu, maka bu Desak membatalkan untuk ikut. Sayangnya hal ini baru kutahu sehari sebelum kami berangkat, dari isu yang berkembang. Maka, kucari dia. Kupaksa dia mengajak anaknya. Dan..... toh semua berakhir dengan ending bahagia. Kami bisa berangkat bersama dan kembali dengan selamat pula, mengunjungi beberapa situs Majapahit, mengunjungi kota Malang, Surabaya, dan lain-lain. Jika punya anak cacat, kenapa harus malu?? Dan, bukankah.... orangtua sejati sekalipun... bakal menjadi macan lapar jika sudah berkaitan dengan anaknya, demi kebahagiaan sang anak.....

Kulirik jam di mobile phone ku. Pukul 8 pagi. Hmmm, harus segera berlalu menuju Gedung Pascasarjana di jalan Sudirman. Aku berjanji bertemu Pak Eko Chrystiadi, rekan se angkatan di S3 Pascasarjana UNUD. Kami bersama pada pukul 9 pagi akan menghadap prof. Sirtha untuk bimbingan bagi kelancaran Disertasi kami. Maka, jalan yang macet di pagi hari antara Nusa Dua Denpasar ku geber, melalui by pass Ngurah Rai, masuk ke jalan raya Sesetan, dan berbelok ke kampus Pascasarjana. Pukul 9.30, urusan kami tuntas disini. Maka, kami lanjut bergerak menuju ke gedung Prof. Bagus, di Fak. Sastra.

Well, di gedung yang sekaligus merupakan tempat administrasi pelayanan, perpustakaan dan ruang ketua serta sekretaris program S2 dan S3 Kajian Budaya Program Pascasarjana UNUD. Akan diadakan seminar oleh 3 pembicara, salah satunya adalah rekan kami se angkatan, yaitu Pak Abdul Wahid. Maka, kami bergerak naik ke lantai 2 dimana kegiatan seminar berlangsung. Topik seminar adalah, Studi Kultural ke Culture Studies.

Pukul 12.45 seminar berakhir. Aku dan beberapa rekan memutuskan beristirahat sejenak di kantin kampus, memesan es teh panas. Duduk se meja bersama ibu Michiko Okada dan pak Made Artajaya, kubuka bekal yang kubawa, sayur srombotan dan tahu serta tempe goreng yang kubeli dari bu Riyani tadi pagi. Lumayan lah.... Astungkara atas rejeki yang boleh kunikmati selalu dari Hyang Widhi. Kami masing-masing lalu membubarkan diri.

Waktu menunjukkan pukul 13.30. Pulangkah? Hmmm, pukul 3 berlangsung tes Toefl kami di lantai 2 R. 201. Sudah ada rekan, ibu Parniasih, yang tiba di antar oleh suaminya. Dua tahun lalu tes Toefl ku sudah tembus 500. Namun tidak ada salahnya mencoba kembali keberuntungan kali ini, siapa tahu bisa kudapatkan nilai yang smakin meningkat.

Maka....
Dengan wajah tegang, lelah, ngantuk, khawatir, dan perasaan yang campur aduk, kami ber 25 orang, mengikuti tes tersebut. Eh hehe.... namun sudah tentu tidak seru namanya, jika tidak berusaha menjaga kekompakan. Bahkan, disela-sela ketegangan sekalipun, se sekali masih terlontar celetukan lucu dari sesama rekan yang menempuh program studi S3 Kajian Budaya, program Pascasarjana UNUD ini. lagi pula, bukankah..... terdapat jiwa kekanakan dan suka bercanda dengan sesama teman di antara kita semua? hehehe.....

Pukul 5 sore, seluruh rangkaian tes tuntas. Motor kugerakkan perlahan kembali ke arah rumah. Pulang? Belum... masih cukup waktu untuk menikmati hari.... maka, kuarahkan laju motor menemui ibu Ayu. Dia adalah seorang pedagang sate pinggir jalan, benar-benar pinggir jalan, di pengkolan jalan Gunung Athena, tanpa warung atau gerobak dorongnya, hanya duduk di atas bangku kayu kecil, mengipasi sate yang dipanggangnya, dengan bekal ketupat yang dibawa, dia menjajakan sate bakar sedari siang hingga sore hari. Aku duduk di sampingnya, menikmati hasil panggangan ibu Ayu, berbincang bersama tentang keluarga, kerja, harapan dan mimpi-mimpi kami. Aiihhhhh, sungguh seorang ibu yang sungguh mulia.

Pukul 7 malam, aku tiba di rumah dengan segala heboh di hari Ibu, yeah.... spirit seorang Ibu, smoga bisa selalu menyertai ku, untuk memberikan yang terbaik bagi diriku dan juga orang lain.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar