Minggu, 21 Oktober 2012

Kampungan lagi....... abis, enak sich.

13508386791240074348

Pernah bayangkan?? Kangen kampung halaman, tinggal di daerah konflik, tak punya kampung halaman, terbuang, terhina dan tak dianggap, tak punya keluarga untuk berbagi ceritera dan tentang beban kehidupan.

1350838807394687705

Maka, aku bersyukur, bisa berkunjung ke banyak tempat, memiliki tempat, yang bisa kusebut, kampung halaman, kerabat tercinta, keluarga besarku, para handai taulan, teman se perjuangan. Dimana segala cerita dan berita bergulir, tentang leluhur, nenek moyang, sejarah perjuangan, masa kelam, sisi gelap, suka dan duka, sakit maupun bahagia, segala nuansa tua dan muda, perempuan dan kaum pria, terpelajar dan kaum spiritual......

1350839076416597289

Maka, bersyukur lah punya kampung halaman, meski terkadang, segala sesuatu tidak berjalan seperti mau kita dan kemampuan yang kita miliki..... Tidak bisa sering pulang kampung, tidak betah tinggal di kampung, tidak punya rumah di kampung, ga mau dibilang kampungan.

Jika ada yang bertanya, "Apa yang kau cari dengan selalu hilir mudik begitu??? Gak capek ya?? Buat apa juga, peduli begitu?" Hmmm, maka, akan kukatakan. Aku bukanlah orang hebat, bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki kepentingan apa pun. Aku hanya ingin mengunjungi para kerabat selagi sempat, semasih mampu, di sela setiap waktuku, di sela setiap detak nafasku.

1350838970800632983

Seperti hari ini, Minggu 21 Oktober 2012, Yudha sedang bersama klub sepakbolanya di Lapangan Gelora Samudra Kuta, Adi masih belum kembali dari Surabaya dalam rangka seleksi lomba Schematics yang diikutinya bersama beberapa murid SMANSA di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, suami sedang beristirahat setelah lelah mengadakan penelitian ke daerah Timur, dia terserang batuk kering. Aku bersiap berangkat ke kampung halaman bersama Ayu, Putu Widhiasih. Sudah tujuh tahun dia bersama kami, mengasuh kedua anakku semenjak kecil, menjadi asisten pribadiku untuk segala urusan rumah tangga, menamatkan pendidikan SMP dan SMA di kelompok belajar paket B dan C. Dan kini dia akan pulang kampung selama seminggu. Keluarganya akan mengadakan upacara "Telu Oton" bagi adik bungsunya. Dia masih terhitung cucu dari pihak suamiku. Aku memiliki tanggungjawab moral untuk berjumpa dengan keluarga besar, setidaknya, menyampaikan rasa berbahagia pula atas akan terselenggaranya upacara tersebut.

Kami bersama mengendarai motor sepanjang jalan menuju Sepang. Di hutan Yeh Leh Yeh Lebah, daerah Bading Kayu, kami temui seekor ular hijau bergerak melingkar di tengah jalan raya. Kami berhenti dan menanti hingga sang ular bergerak menepi ke pinggir, dan masuk ke dalam hutan. Di jalan Munduk Mengenu yang hancur dan rusak parah, dia terpaksa berjalan sebelum kemudian bisa bergabung kembali denganku di atas motor. Di jalan Gunung Sari, dia terpaksa berjalan kaki lumayan jauh, karena tanjakan terjal dan longsor.

13508391101008681695

Akhirnya, tiba di daerah yg kami tuju. Persis di depan rumah orangtuanya? Belum !!! Kami masih harus berjalan kaki lagi, menuruni daerah perbukitan itu sepanjang 500 meter, selama 30 menit, sebelum akhirnya berjumpa dengan rumah orangtuanya. Orangtuanya hanyalah petani penyakap. Tanpa lahan tanah yang dimiliki, mereka hanya petani penggarap. Di lahan tersebut terdapat puluhan batang pohon kopi, cengkeh, cokelat, alpokat, salak, duren, pisang, kelapa, dan masih banyak lagi yang lainnya.

1350839140201832435

Kulihat, nenek Ayu sedang menyusun daksina, dan menanding canang kecil2. Hmmm, Yadnya..... karena, dengannya kita menguatkan diri kita, dalam Dharma, bersatu dengan Hyang Widhi..... Bukan dengan hura-hura atau dengan meriahnya pesta, namun niat untuk melangsungkan upacara sebagai bagian dari ritual keagamaan, karena kita adalah bagian dari budaya itu sendiri.

13508392621368034182

Tantenya Ayu, Wayan Sarimi, adalah pengasuh anakku sebelum Ayu. Kini dia telah memiliki tiga anak perempuan yang cantik dan lucu-lucu.

1350839341813323760

Bapak Ayu, duduk sambil memangku adik bungsunya akan akan diupacarai empat hari lagi.

13508393831616017763

Satu jam berkumpul bersama keluarga Ayu di sini, kupikir sudah cukup. Waktunya beranjak kembali, aku ingin ke pangkung singsing, rumah tua. Kembali kuputar roda motorku, berjumpa dengan ponakanku, Nyoman, dan istrinya.

13508395031469982231

Kulihat Nyoman sedang membelah dan merapikan potongan kayu bakar. Hmmm, badan kekarnya sanggup melakukan pekerjaan apapun yang berat dan sukar. Dari dulu keluarga besar selalu mengandalkan anak ini.

13508395862065069512

13508396011612641725

Menu makan siangku bersama mereka, jukut jipang diiris halus dan terasa sungguh lembut, sela megoreng dengan base genep yg sungguh nikmat terasa di lidah. Ahh, tanpa terasa, dua porsi tandas dengan segera.

Kuingat sebuah lagu yg menguraikan tentang kampung halaman..... "Kampuang nan jauh di mato Gunuang Sansai Baku Liliang Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo Sangkek Basu Liang Suliang Panduduknya nan elok nan Suko Bagotong Royong....... Ah, Kuinginkan selalu, Kemesraan dalam kekerabatan yg takkan pernah hilang hingga kapanpun.

13508397411982008121

Berikutnya, aku berpamit pada seluruh keluarga, untuk kembali berjalan.  Tujuan kali ini adalah Kerambitan. Dua hari lalu, tatkala pulang kampung ke Batuaji, kusampaikan pada bibiku, Dewa Biyang Nyoman Nesi, akan bersembahyang bersama ke Pura Dalem, yang sedang dalam rangka Mamungkah, Ngenteg Linggih, dan akan mencapai puncaknya pada hari Selasa, 23 Oktober 2012. Telah kusiapkan seperangkat kain dan baju untuk bersembahyang di dalam tas ranselku. 

Kusempatkan pula mampir di pasar Bajera dalam perjalananku menuju Kerambitan, membeli jaje bolu, telur asin, roti kukus, buah-buahan. Dan, segera melaju kembali.

13508399921171627242

Tiba di Batuaji, Dewa Biyang sedang sibuk memberi makan ternak babinya. Melihatku tiba, beliau segera mandi dan bersiap untuk berangkat. Banten yang beliau siapkan berupa delapan sodan, sudah tertata rapi dalam sebuah sokasi / tempat persegi empat yang terbuat dari anyaman bambu.

13508402021857139267

Yadnya..... karena, dengannya kita menguatkan diri kita, dalam Dharma, bersatu dengan Hyang Widhi..... Dan, hanya ini yang kumampu, yang bisa kuhaturkan pada Mu, Hyang Widhi.

1350840255462552611

Kuletakkan perangkat ransel yang kubawa di dapur. Hmmm, aku tertegun memandang tungku api yang ada di dapur. Semenjak aku lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, dan mengunjungi Bali pertama kali, tungku api tersebut sudah ada. Berarti, usianya sudah hampir setengah abad. Aku sudah membelikan kompor dan tabung gas semenjak belasan tahun lalu, namun bibiku tercinta, Dewa Biyang Nyoman Nesi, jauh lebih senang menggunakan tungku kayu ini.

Ah.... Tungku ini mengingatkan ku pada kakek dan nenek tercinta, kedua orangtuaku. 

Diplomasi Bungut Paon...... Di Paon ini, terjadi ribuan kali diplomasi. Meski kusediakan kompor dan tabung gas, namun, bungut paon ini jauh lebih berarti. Berpuluh tahun lalu, kami bercengkerama disini, dan.... masih berpuluh tahun lagi, segala cengkerama akan menghantar angan dan kenanganku ke bungut paon ini. Antara aku, kakek dan nenekku, kedua orangtuaku, suami dan kedua anakku, keluarga besar, para sahabat. Hmmm, indahnya belajar makna kehidupan dari Bungut Paon....



13508408481412168549

13508402891791990070

Kubuat lagi dua buah susunan banten, dalam dua buah sokasi dari anyaman bambu pula, lalu kumasukkan ke dalam tas plastik besar, kuletakkan di bagian depan motor, dekat setang. Kemudian kami berboncengan berdua menuju Pura Dalem. 

135084037348786237

Ya, di Pura Dalem Penulisan sedang berlangsung serangkaian karya. Mamungkah, Ngenteg Linggih, Tawur Agung, Mapeselang, Padudusan Agung, Pura Dalem Penulisan, Desa Batuaji, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan, ring Rahina Anggarakasih Tambir, Selasa, 23 Oktober 2012...

1350840394661537367

Ah, terbayang terakhir bersama bapakku almarhum, tatkala bersembahyang bersama, sepuluh tahun lalu. Kami, aku dan bapak, juga ibu, bersimpuh di depan padma, mengucapkan puja Trisandhya, mengalir indah dalam kebersamaan....

13508405371718086939

1350840559537271475

13508406011243807187

1350840619611245842

1350840707452926283

13508407291036875366

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tatkala aku pamit pada bibiku, Dewa Biyang Nyoman Nesi, untuk pulang kembali ke Denpasar. Suami dan anakku menanti. Saat bercengkerama dengan para kerabat dan handai taulan kupikir sudah cukup, keluargaku kini menanti.

13508407791169916630

Astungkara.... masih diberi ijin oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk menikmati detik-detik dalam hidupku. Semoga aku juga senantiasa diingatkan untuk selalu bersyukur, dan belajar dari beragam guru kehidupan......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar