Sabtu, 21 Juli 2018

5th Ubud Royal Weekend 2018, 19 - 22 Juli 2018 (1)



Ada ikatan kuat antara Budaya, Penguasa, Masyarakat, Pengusaha. Clifford Geertz mengupas topik bahasan ini secara mendalam dalam Tafsir Budaya, bahwa budaya melibatkan sistem simbolik yang membuatnya harus dibaca, dipahami, diterjemahkan, diterapkan, dievaluasi berkali secara terus menerus dalam pola pendekatan hermeneutika. Hal ini terlihat jelas pada penerapan yang berkembang di Ubud hingga kini, bahwa Puri berperan kuat sebagai pusat dari budaya yang berkembang di tengah masyarakat, sehingga tradisi, seni, religi, bahkan spiritual sebagai bagian dari budaya bisa terus berada di tengah masyarakatnya. 



Seiring waktu yang bergulir, Puri bukan lagi hanya sebatas simbol kebesaran dan kemewahan belaka, namun dari balik tembok puri inilah, para tokohnya, para penglingsir, turut serta, melahirkan ide-ide cemerlang, membuat konsep nyata, mendukung berbagai aktivitas di tengah masyarakat, berperan secara nyata, dan bisa berkembang menjadi kolaborasi indah dalam balutan pariwisata. Dan, ini diperlihatkan dengan berlangsungnya kegiatan Ubud Royal Weekend, yang untuk tahun 2018 ini sudah berlangsung sebanyak ke lima kalinya.



5th Ubud Royal Weekend 2018 berlangsung dari hari Kamis hingga Minggu, tanggal 19 hingga 22 Juli 2018. Dengan sederetan kegiatan yang menandai Ubud Royal Weekend kali ini. Penanggungjawab Ubud Tjokorda Gde Putra Artha Astawa Sukawati, didampingi Tjokorda Gde Raka Sukawati, juga Hermawan Kartajaya selaku penggagas Ubud Royal Weekend menjelaskan pada saat press conference di Museum Puri Lukisan, pada hari Jum’at, tanggal 20 Juli 2018. Dukungan penuh dari Puri diperlihatkan dengan turut sertanya para penglingsir dalam rangkaian kegiatan terkait Ubud Royal Weekend 2018, seperti Tjokorda Agung Ichiro Sukawati yang menjadi Ketua Panitia Penyelenggara 5th Ubud Royal Weekend 2018. Anggota keluarga Puri juga turut aktif pula menjadi anggota kepanitiaan, berperan secara aktif di berbagai kegiatan yang menjadi bagian dari acara Ubud Royal Weekend kali ini.



Inilah suatu bentuk pengabdian Puri bagi kelangsungan budaya yang sudah menjadi tradisi semenjak leluhur, tanggungjawab moral bagi perkembangan pariwisata budaya yang berkelanjutan, tanpa lupa pada kearifan lokal yang berlaku di tengah masyarakat, dan menjadi panutan bagi kaum muda untuk terus berkarya secara bersama dengan seluruh komponen yang ada. Puri tidak hanya sekedar simbol belaka, namun menjadi panutan, menjadi teladan, menjadi pemimpin dalam menjaga Budaya, menjamin benteng kearifan lokal di tengah derasnya arus perubahan yang bisa mengancam keharmonisan dalam kehidupan, khususnya di tengah masyarakat Ubud.



Kegiatan kali ini dirangkai dengan Workshop, Seminar, Pameran, Lomba, dan Bazaar, serta Pentas Seni yang berbasis Budaya, Pariwisata, juga Kewirausahaan. Opening Ceremony bagi 5th Ubud Royal Weekend dilangsungkan di Puri Agung Ubud pada hari Jum’at, 20 Juli 2018. 


Hari Kamis, 19 Juli 2018, sebagai hari pertama pelaksanaan 5th Ubud Royal Weekend 2018, diadakan Workshop bertema “Ubud Tanggungjawab Kita Bersama” dengan Narasumber Marika Gloecker dan Ketut Swabawa. Google Art & Culture, Culture Photography Talkshow bersama Mario Blanco. Coffe Workshop bersama Tukang Kopi Nakal Community, UKM Sukses dan Mandiri oleh Hermawan Kartajaya, Pre Even Night Show, dan Ubud’s Jegeg Bagus Competition.


Hari Jumat, 20 Juli 2018, diadakan Culture Day di Museum Puri Lukisan, khususnya pada Lotus Stage, berupa Mural Workshop oleh Gus Mang Monez sebagai Asosiasi Mural Ubud. Juga pembahasan Lontar dan Aplikasinya dalam Era Kini, dengan topik Pawedasmara oleh Ida Bagus Oka Manubawa, bersama dr. Oka Negara yang membahas Manusia dan Seks yang Sehat dan Bertanggungjawab. Teks lontar Pamedasmara merupakan pustaka warisan leluhur yang selama ini tersimpan di Puri Anyar Ubud, dan dibuka untuk dibahas bersama pada kegiatan seminar demi masyarakat luas. Malam harinya diadakan Opening Ceremony di Puri Agung Ubud.



Hari Sabtu, 21 Juli 2018, diadakan Seminar Enterpreneurship Day: Culture + Enterpreneurship = Tourism oleh Hermawan Kartajaya, Pemberian Anugrah Outstanding People bagi para tokoh yang dianggap berprestasi demi kemajuan Ubud oleh Menteri Koperasi dan UKM RI, AAGN Puspayoga. Ada pula Seminar bersama Shukit Urmahacharoen yang bertemakan “Matrix Model: New Creative OVOP of Benjarong on The Rock” di Galeri Sukawati. Dan juga Diskusi Panel sore hari dengan topik “Meet The Enterpreneurs” bersama Ni Luh Jelantik, Mr. Joger, Wayan Darmayasa, dan Nyoman Sukadana. Malam harinya diadakan Performance oleh Gus Teja di Lotus Stage.



Hari Minggu, 22 Juli 2018, diadakan Tourism Day dengan Trash Hero Plogging dan Juwuk Manis. Seminar oleh Ketut Swabawa. Juga MarkPlus Special Guest Live Sketch bersama Urban Sketcher Bali. Seluruh rangkaian kegiatan terkait 5th Ubud Royal Weekend 2018 di akhiri dengan Diskusi Dini Hari dan Napak Tuju, pada Hari Minggu, 22 Juli 2018



Mau tidak mau, suka tidak suka, budaya era kini harus menguatkan landasan berpijak di tengah masyarakat agar nilai-nilai budaya itu tidak luntur dan menghilang, namun justru bias terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan jaman. Hal ini sudah tentu berdampak pada menguasaan teknologi dan juga pelibatan berbagai komponen yang ada di tengah masyarakat. Dan salah satu cara yang bisa mendukung adalah dengan semangat kewirausahaan. Ini yang membuat perencanaan Ubud Royal Weekend untuk tahun 2018 ini dirancang bertemakan Enterpreneurship.



Tjokorda Gde Raka Sukawati menjelaskan pada hari Jum’at, tanggal 20 Juli 2018, bahwa Semangat untuk menerapkan nilai-nilai budaya yang sesuai dengan perkembangan jaman dengan semangat berkewirausahaan di tengah masyarakat ini yang perlu mendapat dukungan. Inilah tugas utama dari Puri untuk menjadi motor penggerak masyarakat di sekelilingnya. Ini harapan dan menjadi keinginan para penglingsir Puri, sehingga memberikan dukungan penuh bagi terselenggaranya Ubud Royal Weekend 2018, dengan melibatkan masyarakat Ubud, mengundang berbagai praktisi terkenal yang menguasai bidangnya, menyertakan institusi pemerintah dan lembaga pendidikan, dan membuka Museum Puri Lukisan menjadi pusat pembelajaran bagi banyak komponen masyarakat.





Tjokorda Gde Putra Artha Astawa Sukawati selaku penanggungjawab kegiatan 5th Ubud Royal Weekend 2018 pada saat press conference hari Jum’at, 20 Juli 2018 menjelaskan sudah tentu ada banyak perkembangan yang diharapkan membawa kebaikan bagi banyak pihak, sehingga selalu ada perubahan dan perkembangan yang dilakukan oleh pihak Puri, baik dalam hal sistematika organisasi kerja, pelibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan kegiatan, para sponsor yang terkait, dan jadwal pelaksanaan yang terus menerus meningkat. Misalnya, pada saat pelaksanaan kegiatan Ubud Royal Weekend I hanya dua hari, hingga sekarang menginjak kegiatan Ubud Royal Weekend yang ke lima menjadi empat hari.


Pelaksanaan Ubud Royal Weekend 2018 kali ini juga melibatkan Sekeha Teruna Teruni yang berasal dari ke 13 STT yang ada, namun hanya ada 6 STT yang terlibat, karena pada saat bersamaan juga terdapat upacara keagamaan di masing-masing desa di Ubud. Terdapat 36 stand pada bazaar yang berlangsung di Museum Puri Lukisan dengan mengusung konsep UKM berbasis pariwisata budaya yang berkelanjutan. Opening Ceremony bagi 5th Ubud Royal Weekend dilangsungkan di Puri Agung Ubud pada hari Jum’at, 20 Juli 2018. 


Tjokorda Gde Agung Sukawati merupakan tokoh Bali yang termasuk dalam pionir dan motor penggerak awal dalam mencetuskan Pariwisata Budaya. Semangat beliau ini yang kemudian menjadi pegangan untuk digulirkan dan dilanjutkan oleh generasi penerusnya, anak dan cucu, karena menyadari hanya Pariwisata Budaya yang pantas berkembang di Bali, khususnya di Ubud sehingga nilai nilai leluhur dan tradisi tidak akan punah sia-sia.



Tjokorda Gde Putra Artha Astawa Sukawati pada saat press conference yang dihadiri awak sejumlah media pada Jum’at, 20 Juli 2018, juga menegaskan bahwa perkembangan yang terjadi di Ubud bisa menjadi teladan bagi daerah lain, bahwa hanya dengan melibatkan banyak komponen yang bersinergi secara harmonis maka pariwisata dapat tumbuh dan berkembang hingga gaungnya menggapai ke seluruh dunia. Komponen yang terlibat tersebut bisa dilihat dalam wujud hubungan Tri Hita Karana, bagaimana semangat yang ada pada orang-orang di Ubud dalam merawat nilai-nilai yang terkait hubungan Horizontal, dengan sesama umat manusia, nilai-nilai vertikal, hubungan dengan Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan juga hubungan dengan alam semesta, dengan lingkungan sekelilingnya. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa hubungan ketiga komponen ini yang terjadi di Ubud saat ini, bagaimana tatanan modernitas, kekinian, jaman now, era kini, justru menguatkan tradisi yang ada dengan tetap berlandaskan kearifan lokal.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar