Jumat, 20 Juli 2018

Endih Baturan: Dari Ida Bagus Togog, Pande Wayan Suteja Neka, Wayan Malik, Iluh Pratiwi, dan Gaya Seni Lukis Batuan




Budaya membuat kita bernyawa, seni menghaluskan jiwa agar senantiasa selaras dalam kehidupan, baik dalam ikatan hubungan dengan diri sendiri, menghargai diri sendiri juga oranglain, menghormati leluhur, dan juga keserasian dengan lingkungan semesta........



"Gaya Lukisan Batuan banyak mengambil tema sastra dan upacara".  Tutur Pande Wayan Suteja Neka saat ditemui pada acara pembukaan Pameran Seni Lukis Batuan, yang dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid, di Gedung Kriya, Art Center, Kamis, 12 Juli 2018. "Orang asing yang tinggal di Desa Batuan pada tahun 1930 an bukanlah perupa. Hal ini yang membuat gaya lukisan Batuan mampu menurun kepada anak dan cucu, sekaligus menjaga tradisi yang berlaku semenjak leluhur secara terus menerus. Pada tahun 1930 an, para pelukis Batuan terkenal adalah Ida Bagus Wija dan Ida Bagus Togog, dengan gaya lukisan berpenampilan gelap dan penuh dengan bentuk yang mengalami metamorfosis. Banyak lukisan mencerminkan sudut pandang peerspektif yang terdistorsi, atau memiliki sudut pandang berganda, multi perspektif". Ujar Pande Wayan Suteja Neka lagi. Pada era perkembangan selanjutnya, Made Budi dan Wayan Bendi melukis kariktur orang asing dengan gaya yang mencerminkan kebiasaan para turis dan memotret kegiatan pariwisata di Bali. Beberapa karya Made Budi dan Wayan Bendi bahkan diilhami oleh kejadian penting yang terjadi di Bali dewasa ini.  


Pada saat bersamaan juga diluncurkan katalog Endih Baturan : Membaca Kedalaman Seni Lukis Batuan, Gianyar, sekaligus Pembukaan Pameran oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Hilmar Farid. Buku setebal 60 halaman tersebut memuat gambar dan uraian deskripsi hasil karya dari 36 Pelukis Batuan, baik menggunakan tinta dan bahan pewarna alam di atas kertas, akrilik, maupun kanvas.


Menyampaikan kata sambutan di saat pembukaan pameran, Dirjen Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid mengemukakan untuk terus membina bibit bibit muda, agar seni dan budaya ini tidak terputuskan, termasuk terus mengaktifkan gaya seni lukis ini dengan melibatkan peran serta aktif berbagai institusi terkait yang ada di Batuan, Gianyar, juga di Bali. Beliau bahkan menjanjikan untuk menyediakan ruang pameran khusus bagi para seniman Batuan di Jakarta sekaligus bertepatan dengan bulan Bahasa, Seni dan Budaya, September nanti.


Saat peluncuran Katalog Endih Baturan : Membaca Kedalaman Seni Lukis Batuan, Gianyar, di Gedung Kriya, Art Center, Juli 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar