Rabu, 11 Juli 2018

Dari Sarasehan Endih Endih Api, Ksirarnawa, 10 Juli 2018 (2)




Darmaning Cipta Budaya lan Abdi Negara
Kobarkan Energi dan Semangat Pemajuan Kebudayaan dan Negara


Mengajari tentang budaya pada masyarakat Bali, sama seperti menggarami lautan”.
Ujar Helmi Farid saat menyampaikan keynote speech pada kegiatan Sarasehan : Endih – endih Api, di Gedung Ksirarnawa, 10 Juli 2018. Sekarang yang diperlukan hanya penguatan dan pengayaan, termasuk pemetaan strategi di masa depan, menggunaan kriteria tolok ukur atau acuan dalam menjelaskan kebudayaan, sehingga bisa tumbuh berkembang secara berkelanjutan, dari usia dini hingga para lansia, dari seluruh pelosok di berbagai daerah hingga terkenal di luar negeri, dari golongan pemerintah hingga kalangan intelektual dan berbagai komponen masyarakat lain.


Dr. Kun menjelaskan topik “Strategi Disrupsi Pemajuan Kebudayaan dalam Tahun Politik” merupakan topik yang menggambarkan dengan lugas betapa budaya adakalanya tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah, situasi yang berkembang di tengah masyarakat, termasuk di dalamnya situasi politik di suatu daerah.

Kebudayaan yang terlahir total dari keberadaan manusia, kemampuan individual, daya imajinasi, kreativitas dan adaptasinya ini yang harus selalu berkembang, dibangun, diperjuangkan dan dikelola dalam suatu rangkaian strategi disrupsi politik kebudayaan, sehingga tidak malah melemahkan arti kebudayaan itu sendiri.

Sudah tentu, pemetaan strategi terkait kebudayaan di tahun politik ini tidak bisa mengabaikan improvisasi cara pandang, jejaring inovasi, kebijakan publik, dan arena disrupsi yang ada, karena keberlangsungan kebudayaan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Tidak lagi hanya terikat pada pola pola kuno semata, ego sektoral, dan tidak melibatkan banyak pihak.


Dr. Suarka berbicara dengan topik “Strategi Antisipasi Berbasis PIP Kebudayaan (PIP Unud) terhadap Peluang di Tahun Prestasi, Tantangan di Tahun Politik dan Kemajuan Tahun Kebudayaan”. Pengembangan Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan terkait dengan strategi belajar mengajar di lingkungan ilmiah akademis, sehingga pola yang diterapkan akan senantiasa bergulir menjadi strategi yang menguatkan pemahaman dan aplikasi dari sistem pendidikan unggul berbasis kebudayaan. 

Pengetahuan ilmiah, tradisional dan modern bukan lah sesuatu yang harus ditakuti. Sebaliknya, sebagai suatu ilmu, harus terdapat pemahaman mendalam yang saling melengkapi. Sebagaimana motto Universitas Udayana dengan “Taki taki ning sewaka guna widya”, yang disampaikan oleh para pendiri, terkait wasiat perbendaharaan budaya dan susastera lama, yang akan senantiasa menjiwai semangat dan kreativitas generasi penerusnya, beserta seluruh civitas akademika Universitas Udayana itu sendiri.


Bupati Buleleng dalam hal ini diwakili oleh Kadis Kebudayaan, Drs. I Putu Tastra, menyampaikan topic mengenai Pariwisata dan Budaya : “Mengkonstruksi Linkage secara Simbiosis Positif antara Kebudayaan dan Pariwisata, Menuju Kemajuan Seimbang dan Berkelanjutan di Kabupaten Buleleng”. 

Dari semua pemakalah, hal yang dapat dipahami adalah bahwa kebudayaan merupakan suatu yang bersifat dinamis, senantiasa bergulir secara berkelanjutan, dan membutuhkan kerjasama kita secara lintas sektoral, dengan berbagai komponen yang membuktikan arus komunikasi lintas budaya. Dan budaya yang efektif adalah yang mampu memberikan manfaat positif bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik pemerintah, masyarakat dimana budaya tersebut berada, juga wisatawan dan pengusaha yang terlibat di sana. Bila satu pihak saja merasa dirugikan, maka budaya tersebut berpotensi menimbulkan konflik berkepanjangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar