Rabu, 03 Oktober 2018

Lumajang dan Puncak Bukit 2.900 DPL, 2 Oktober 2018



Lumajang selalu memiliki kesan tersendiri di hati. Kota ini memiliki banyak tempat bersejarah, dengan masyarakat yang ramah, nuansa indah dengan segala pernak pernik yang membuat hati senantiasa berbuncah….


Berawal dari awal tahun ini ku kunjungi Lumajang bersama suami beserta rekan kantor, juga para mahasiswanya. Berikutnya, Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan mengambil tempat juga di Lumajang. Berkali aku kembali ke Lumajang, untuk melaksanakan penelitian. Dan kini, bersama rombongan dari Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, berangkat menuju Lumajang, hari Senin pagi hari, 1 Oktober 2018.


Tujuan pertama kami adalah Banyuwangi. Berhenti untuk bersembahyang di Pura Rambut Siwi dan Pura Segara Rupek di Jembrana. Kami tiba di Pelabuhan Gilimanuk pukul 11.45. Setelah menyeberangi Selat Bali selama 1 jam dan menyusuri perjalanan sepanjang 3 jam dan 30 menit, kami tiba di Pura Agung Blambangan, Banyuwangi. Selesai bersembahyang di sini, kami kembali bergerak menuju Pura Luhur Mandara Giri Semeru Agung, yang terletak di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Kami tiba pukul 21.00, dan langsung bersembahyang bersama.


Selesai bersembahyang, kami menuju salah satu penginapan sederhana yang terletak di bagian Utara Pura, mandi dan beristirahat sejenak. Ada Arik Tohari, alumni BPLP, nama lama lembaga pendidikan kami sebelum berganti menjadi STP Nusa Dua Bali. Dia membawa Shurma beraneka rasa yang kami nikmati bersama malam hari itu. Ada shurma rasa keju, shurma rasa sosis ayam, shurma dengan telur.
Hanya tersedia waktu selama dua jam malam hari itu sebelum kami bersiap bergerak naik menuju Puncak B29. Dengan menggunakan dua mobil Avanza, kami ber empat belas, naik menuju Desa Argosari, perjalanan menanjak bukit selama hampir satu jam. Tiba di Desa Argosari, kami sudah ditunggu empat belas motor beraneka merek dengan ke empat belas ojek nya. Aku naik ke motor Honda merek Supra bersama pengemudi, bapak Iswandi.


Perjalanan kami menyusuri jalan kecil yang hanya cukup untuk satu mobil, terkadang jalan terputus, terkadang mulus berpaving, akhirnya kami tiba di puncak. Setelah beristirahat dan menghangatkan tubuh dengan segelas kopi sambil ngapi, alias ngidu, alias duduk di depan perapian, kami mulai berjalan kaki sejauh 50 meter ke atas Puncak B29, atau bukit yang berjarak 2.900 meter dari permukaan laut.


Tidak ada yang bisa kulukiskan dengan tepat, betapa keindahan pemandangan alam yang terbentang luas begitu memukau……. Ingin rasanya kuabadikan dengan tepat, setiap detik yang berlalu, mulai dari gelapnya hari, hingga mentari yang muncul perlahan, hingga akhirnya terlihat indah hamparan awan yang menyelimuti Gunung Bromo, bahkan, membuat Pura Poten tidak terlihat karena tertutup lapisan awan. Inilah, Negeri di Atas Awan……


Selasa, 2 Oktober 2018. Aku kembali di sini, tepat di Puncak Bukit B29. Dan, aku berjanji akan kembali lagi, berkali dan berkali……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar