Minggu, 10 Februari 2019

Lagi, Sesuatu tentang Cinta, Ni Wayan Suci Rahayu dan Bunda Hismudiati Suryani Mubadi



Abhi wadanacilasya,
Nityam wrddhopasewinah,
Catwari tasya madhante,
Ayurwidya yaco balam
(Manawa Dharma Sastra, adyaya II, sloka 121).

Ia yang sudah terbiasa menghormati dan selalu taat kepada orangtua, mendapatkan tambahan dalam empat hal, yaitu umur panjang, pengetahuan, kemashyuran, dan kekuatan.



Hormat, Kasih sayang, Empati, bukan hanya untuk orangtua, namun juga terkait dengan remaja, anak kecil, bayi, orang sehat maupun sakit, bagi semua umat di dunia. Dan dalam Bakti Sosial kali ini, Yayasan Jaringan Hindu Nusantara mengunjungi Gianyar juga Karangasem. Ada Ni Wayan Suci Rahayu di banjar Bangun Liman Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar yang menerima beasiswa. Ada Bunda Hismudiati Suryani Mubadi di banjar Tengah Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, sesepuh yang sedang sakit karena stroke.

Sudah bertahun berlalu, tidak berjumpa dengan bunda Hismudiati lagi. Kami terputus hubungan, tak kumiliki nomer  telepon yang bisa kuhubungi. Dan kudengar, beliau sedang sakit karena stroke.



Bunda Hismudiati Suryani Mubadi lahir bertepatan dengan hari proklamasi negeri tercinta ini, yakni 17 Agustus, 66 tahun lalu, tepatnya, 17 Agustus 1954. Bunda Titik, panggilan beliau, begitu aktif mengadakan rangkaian aktivitas perjalanan di Jawa dan Bali. Beliau menikah dengan Mangku Pasek, seorang pria yang berasal dari Banjar Tengah, Desa Pekraman Ulakan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Setahun lalu, saat sedang pulang ke kampung halaman, dan akan kembali ke Tulungagung, Jawa Timur, beliau jatuh sakit. Hingga kini, kesehatan beliau berangsur membaik, dan tinggal bersama suami, Mangku Pasek, di desa Ulakan. Dan, semoga Bunda Titik memperlihatkan progres yang menyenangkan, dan  dapat kembali melakukan perjalanan keumatan.


Kita semua, siapa pun jua, pasti bisa mendapatkan keesempatan tumbuh menjadi tua, bila Tuhan menghendaki. Kita tidak akan pernah tahu  pasti jalan kehidupan kita, usia, kesehatan, kemakmuran, kesaktian. Namun, bersiap diri akan segala kemungkinan adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan.

Yayasan Jaringan Hindu Nusantara, bersama mengunjungi Bunda Hismudiati Mubadi di rumah beliau yang terletak di dekat Pasar Ulakan, Karangasem. Setelah mengunjungi Ni Wayan Suci Rahayu di Gianyar, kami berangkat menuju Karangasem. Berkumpul bersama di rumah keluarga beliau yang sungguh  asri. Terdapat beberapa jenis jepun atau pohon kamboja di halaman, sulur menjangan, bahkan tanaman yang dikenal sebagai rambut rangda, yang perlu perawatan ekstra hati hati.

Menjadi tua bukan lah berarti menderita…. Kita semua, bisa saja alami jatuh sakit, terpaksa tinggal sendiri tiada berkawan, tanpa sanak saudara, tetap harus berjuang dalam kehidupan. Namun perasaan kesepian, tanpa sahabat tempaat curhat, berkeluh kesah, tiada yang memotivasi,  itu yang dapat membunuh secara perlahan.

Maka, sebisa mungkin, saling menghubungi, menjalin persahabatan, menanyakan keadaan, sekedar ber basa basi, bahkan untuk saling peduli satu sama lain, akan menguatkan kita menjalani hari demi hari di muka bumi.

Sloka 239 Sarasamuscaya bertutur:
Tappacaucavata nitym,
Dhrmasatyaratena ca,
Matapitro raharah,
Pujanam karyamanjasa.

Tapa yang paling tinggi tingkatannya,  pengorbanan yang paling suci, adalah penghormatan yang dilakukan pada kedua orangtua kita secara tulus ikhlas.

Manawa Dharma Sastra, adyaya II sloka 227:
Yam Matapitarrau klecam, sahete sambhawernam, na tasya niskirtih cakya, kartum warsacatairapi. Artinya : segala kesulitan yang dialami orangtua, rasa sakit saat melahirkan anak, tidak dapat tergantikan meski dibayar dalam waktu seratus tahun.

Prabu Sri Aji Jayabaya, putra Airlangga, cucu Prabu Udayana, juga menjelaskan bahwa penghormatan kepada orangtua sangat penting karena menghormati orangtua berarti kita menghormati Tuhan. Beliau menjelaskan “Sing sapa lali marang wong tuwane prasast lali marang Hyang Widhi. Ngabektia marang wong tuwa.

Lalu, mengapa hanya pada bunda Hismudiati? Ada apa hanya untuk Suci Rahayu ? Ah, enggak juga, ku cintai dan kukasihi setiap orang, kita hormati setiap mahluk di dunia, kami hormati siapa saja. Dan ketika kita tidak bisa membahagiakan semua orang, tatkala kita tidak bisa menjadi malaikat bagi semua orang, setidaknya, kita bisa berbuat sedikit bagi orang lain, berlaku kebaikan, menebar kasih sayang semampu kita…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar