Senin, 18 Februari 2019

Purnama Sasih Kesanga, Anggara Kasih Tambir, Super Moon, Purnama Perige




Hari Selasa, 19 Februari 2019 merupakan Purnama, bulan bulat penuh, atau dikenal dengan istilah Super Moon. Tidak hanya itu, Purnama kali ini merupakan Purnama Perige, dimana ukuran bulan akan menjadi lebih besar 14 % jika dibandingkan saat purnama Apoge. Kelebihan lain pula adalah bulan akan terlihat lebih cemerlang 30 % sinar cahayanya.



Fenomena Supermoon atau Purnama Purana Perige terjadi bilamana posisi bulan berada di tempat paling dekat dengan bumi. Jarak bulan dengan bumi hanya berada sekitar 363.300 km saja. Bandingkan dengan jarak bulan dan bumi saat Purnama Apoge yang berjarak 405.500 km.

Hari Selasa ini juga merupakan Purnama Sasih Kesanga, Anggara Kasih Tambir, sekaligus Kajeng Kliwon. Umat yang meyakininya akan melaksanakan puja dan juga doa, bagi kesejahteraan kita bersama, sesuai dengan cara dan dengan beragam gaya yang dipercaya bisa menghantar mencapai cita-cita tersebut.



Menurut filosofi Hindu (Wayan Suyasa, 2016), Sasih Kesanga adalah puncak dari bulan kotor / cemer, sehingga umumnya juga dikenal sebagai Sasih Butha. Sasih Kesanga yang merupakan bulan ke Sembilan di setiap Tahun Saka, disebut pula Sasih Butha, bermakna saat tepat untuk melaksanakan korban suci Butha Yadnya (persembahan kepada Butha. Sasih Kesanga ini tidak baik dipakai sebagai Dewasa Ayu Manusa Yadnya utamanya menikah, dan tidak baik juga dipergunakan sebagai dewasa Dewa Yadnya.



Kajeng Kliwon  (Tantrayasa, 2015) merupakan hari yang dikeramatkan oleh umat Hindu dan orang Bali, karena konon Sang Tiga Buchari bermohon pada Sanghyang Durgha Dewi, mengundang semua desti, teluh, terangjana, yang mengakibatkan timbulnya kekacauan dan merajalelanya seribu satu macam penyakit yang mengancam keselamatan umat manusia. Pada Hari Kajeng Kliwon ini, umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen dan persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi, di tanah, sesajen dihaturkan untuk Sang Butha Bucari, Sang Kala Bucari, dan Sang Durgha Bucari. Penjelasan ini bermakna pada saat Kajeng Kliwon, dimana Sang Butha Kala menggoda dan energi negatif cenderung lebih kuat daripada energi positif, manusia menghaturkan sesajen sebagai simbol upaya pengendalian diri, menetralisir beragam upaya yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi manusia.



Sesuai dengan perputaran musim, khusus terkait dengan iklim di Indonesia, Sasih Kesanga merupakan pergantian musim (Panca Roba) dari musim hujan ke musim panas. Sedang Sasih Kedasa digolongkan sebagai Sasih Dewa, misalnya : hari yang dianggap baik untuk memakuh aneka tempat suci saat purnama Sasih Kedasa (pertengahan Sasih Kedasa). 

Menurut Perhitungan dalam agama Hindu, sebelum memasuki yang disebut dengan Sasih Kedasa / Sasih Dewa, aneka macam Pralingga maupun Pretima sthana Ida Bethara (symbol dari Tuhan / Dewa / Leluhur dibersihkan, disucikan, dengan rangkaian upacara ritual mekiyis / melasti / mekiyis ke berbagai tempat sumber air seperti beji, campuhan, pantai / segara. 



Hal ini yang menjadi alasan upacara melasti pada umumnya dilaksanakan menjelang akhir sasih Butha / Sasih Kesanga, sebelum memasuki Sasih Dewa (saat yang dianggap tepat untuk memuja Dewa atau melakukan ritual Dewa Yadnya).

Referensi :
Wayan Suyasa. 2016. Sasih Kesanga. Bali.
Sudarsana, I. B. Putu. 2003. Ajaran Agama Hindu. Denpasar: Percetakan Bali
Kasturi. 2014. Sadhana (Disiplin Spiritual). Surabaya: Paramita
Pemerintah Propinsi Bali. 2001. Arti dan Fungsi Sarana Upakara.
Gede Sura. 2015. Pengendalian Diri dan Ethika, Departemen Agama RI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar