Selasa, 02 Juli 2019

Nagasepaha, Bayu Pramana, dan Pesta Budaya



Nagasepaha merupakan nama salah satu Desa yang terdapat di Buleleng. Berasal dari Banjar Delod Margi, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, di Desa Nagasepaha ini terdapat seni kerajinan yang merupakan seni lukis kaca. Keahlian ini berawal dari Jro Dalang Diah, seorang ahli seni lukis di atas kaca, mengawali aktivitas kesenian pada tahun 1927. Awal mulanya lukisan yang dihasilkan terkait dengan pewayangan, kelahiran, namun kemudian seiring perkembangan jaman, generasi penerus Jro Dalang Diah berkreasi pada banyak topik lain, seperti situasi kehidupan masyarakat Bali, upacara keagamaan, tokoh masyarakat, dewa, dan lainnya lagi.



Pada Pesta Kesenian Bali ke dengan topik Bayu Premana kali ini, Komunitas Seni Lukis Nagasepaha turut berpartisipasi dengan mengikutsertakan 86 buah hasil karya mereka, baik anak, cucu, buyut keturunan dari Jro Dalang Diah dan para pengikutnya. 



Terlihat beragam karya indah hasil seni lukis di atas kaca yang dipamerkan kali ini. Ada lukisan karya pertama dari Jro Dalang Diah pada tahun 1927. Berbagai karya di atas kaca, baik gelas, tempat makanan, bola kaca, bertemaseni lukis pada kaca.


“Generasi ke empat dan kelima dari Jro Dalang Diah sudah tersebar kemana-mana dengan beragam profesi maupun melanjutkan pendidikan. Kali ini kami berkumpul disini ingin memperlihatkan eksistensi kami dan berbagi rasa dengan masyarakat lainnya, bahwa seni lukis Nagasepaha mengalir di dalam diri kami, hadir dalam berbagai bentuk hasil karya, juga memiliki kualitas karya yang indah”. Ujar Made Wijana menjelaskan kreativitas seni lukis Nagasepaha. 


Made Wijana merupakan Generasi Ke Empat dari keturunan Jro Dalang Diah yang menuntaskan pendidikan pada Fakultas Seni Rupa Undiksha Singaraja. Ia merupakan anak dari bapak ketut Santosa, yang juga merupakan pelukis kaca. “Saya ingin melestarikan warisan leluhur terkait seni lukis kaca. Saya juga terus mengembangkan kreativitas seni lukis ini terkait berbagai fenomena kehidupan, baik tentang situasi sosial, aktivitas pertanian, budaya masyarakat, kisah perwayangan, dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya”. Tutur Made Wijana bersama Ketut Santosa, bapaknya, yang merupakan generasi ketiga dari Jro Dalang Diah.


Budaya menghaluskan kepribadian kita, seni mengajarkan kita untuk bersabar diri dan selalu bersyukur atas segala keindahan di dunia, salah satunya, dalam bentuk karya seni lukis kaca. Tidak mudah menghasilkan karya yang tertata rapi dengan tingkat kerumitan tinggi, melukis di atas kaca, dengan beragam makna, dari kearifan lokal semenjak jaman nenek moyang berupa sistem penanggalan kelahiran, tokoh pewayangan dan petuah yang tergurat pada berbagai bentuk karya.


Nagasepaha, merupakan sebuah desa dimana seni lukis pada kaca berawal. Geliat masyarakat akan seni dan budaya, dengan kesadaran akan regenerasi bagi kelangsungan seni ini, mereka telah menerapkan langkah-langkah regenerasi atau kaderisasi semenjak dini, seperti mengenalkan seni dan budaya pada anak-anak di desa Nagasepaha, mendidik mereka memahami seni lukis kaca, mengembangkan kreativitas seni, pada berbagai bidang yang memungkinkan, seperti di atas kaca, pada kain kanvas, mengikuti pameran, dan berani berbicara dengan karya seni mereka.


Ngelmu iku kelakone kanthi laku. Ilmu bisa terwujud dengan cara belajar. Maka, belajarlah selalu dari diri sendiri, dari lingkunganmu, sepanjang hidupmu. Belajarlah hingga terwujud dalam tutur dan perilakumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar