Jumat, 19 Agustus 2011

Hari-hari ku....


Sudah seminggu motor terkasih, astrea 800, menginap di bengkel. Suara nya semakin nyaring terdengar, maka kukirim dia untuk opname pada teknisi langgananku hari Kamis pagi, 13 Agustus 2011, dengan harapan bisa segera pulih sebelum kang mas teknisi berpulang untuk merayakan Lebaran.




Namun ternyata, malam hari saat kuhampiri, si bapak menyatakan, harus turun mesin, pistonnya rusak, klakher harus diganti. Ehm..... astungkara, Hyang Esa. Kuharap bisa selesai Sabtu, 15 Agustus, namun kembali kecewa, karena piston baru harus kembali dibubut di bengkel mesin, sedang bengkel mesin bubut tutup hari Minggu. Harus kembali bersabar dan banyak minum air putih.....

Kamis pagi, 18 Agustus 2011, kembali dengan rutinitas harian. Mempersiapkan rangkaian aktivitas kedua anakku, seragam mereka, bekal untuk makan siang mereka, sarapan di pagi hari bersama sang bapak. Lalu berangkat ke STPNDB dengan mengendarai astrea grand. Hmmm, Yudha, pangeran bungsu setengah merajuk minta untuk dijemput siang nanti sepulang sekolah. Itu berarti, aku sudah harus tiba di rumah sebelum pukul setengah satu siang.

Kuselesaikan serangkaian tugas di kampus, lalu beranjak permisi untuk menuju kampus Pasca, Gedung Prof. Bagus, di Nias. Di sana kutemui beberapa rekan adik kelas yang sedang mengikuti program Matrikulasi, baik untuk program studi S2 maupun untuk program studi S3 Kajian Budaya yang lulus diterima menjadi mahasiswa angkatan tahun 2011. Di perpustakaan ku jumpai pak Abdul Wahid. Sungguh sebuah hal yang membanggakan, dia telah lulus diterima proposal penelitiannya untuk lanjut ke proses bimbingan. Hmmm, harus kutiru semangatnya.
Bayangkan saja..... baru hari Senin dia kembali ke Lombok, dimana dia bekerja sebagai tenaga pengajar, setelah proses bimbingan, dan Kamis ini, dia sudah kembali ke Bali untuk melanjutkan proses bimbingan. Yang tak kalah menakjubkan adalah, bapak ini menjalankan aktivitasnya tanpa meninggalkan ibadah dalam menjalankan puasa. Sungguh sebuah perjuangan yang patut digugu dan ditiru remaja di masa kini.

Kami berjanji untuk melanjutkan diskusi dengan Doktor Mudana keesokan harinya, demi kelangsungan proposal kami. Pukul 3 sore, waktu yang diberikan oleh doktor ini bagi kami. Hmmm, kami adalah murid, dan sudah tentu, murid harus mematuhi sang guru.

Selesai disini, aku segera kabur untuk pulang, memenuhi janjiku menjemput yudha dari sekolah.
Pukul satu, selesai dengan urusan anak, kembali bergegas ke pasar Sri Kerthi yang terletak di dekat perumahan dimana kami tinggal. Kubeli seperangkat ingka, atau piring yang dibuat dari anyaman lidi, namun kupilih ingka yang terbuat dari anyaman rontal, sehingga lebih awet. Kubeli 200, dan kubawa pulang. Tak lupa membeli se kaleng pernis seharga 36 ribu, dan afdunner seharga 10 ribu. Di rumah masih ada 4 kuas, juga cat warna merah dan kuning.

Pukul 2 hingga 4 sore, kami bersama-sama memberi warna pada bagian dasar ingka, lalu melapisinya dengan pernis yang sudah diencerkan dengan afdunner. Kemudian waktunya bergeser kembali. Kali ini ke Kerambitan.

Well....
Gak lama lagi kami akan mengadakan ngaben. Lagipula, di Jero, Dewa Kadek Dwipayana sedang mengerjakan Bale Gede atas permintaan ibuku. Lantainya di keramik, diberi lis bercorak di bagian pinggirnya. Kamar mandi diberi lantai ubin. Dapur diberi tempat cuci piring, sehingga memudahkan Dewa Biyang Nyoman, tante ku, bekerja. Aku ingin pulang untuk memastikan segala sesuatu berjalan dengan lancar.

Maka.... pukul 5 aku berangkat kembali dengan mengendarai astrea grand. Hebatkah aku??? Hmmm, aku hanya wanita biasa dengan segala yang kumiliki. Namun aku adalah aku. Wanita pekerja, yang bersuami dan memiliki dua putera hebat, yang memiliki tekad dan berusaha mewujudkan nya menjadi nyata. Mungkin aku cuma pemimpi, namun berjuang dalam jalan Tuhan, walau terjatuh berkali, aku akan bangkit berkali dan berkali lagi. Di luar sana, masih jauh lebih banyak wanita lain yang tidak seberuntung ku, maka aku patut bersyukur pada Tuhan atas segala yang kuperoleh dan bisa kuraih.

Pukul 6 tiba di Kerambitan, kulihat, sebagian besar kerja hampir tuntas dikerjakan saudara sepupuku ini. Kuketahui, hari ini, Desak Putu, cucu Dewa Aji Sunadja, dilamar oleh pacarnya bersama keluarga, tgl 4 September kelak dia akan dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga pacarnya, dan tgl 7 September akan dilangsungkan pernikahan. Dan, Dewa Aji Sudirga dirawat di RS Dharma Kerti karena tensi tinggi. Kusempatkan mengunjungi beliau, pria tabah nan tangguh ini, yang ditunggui istri dan anaknya yang sudah memiliki 2 putra.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat ku tiba kembali di rumah. Kedua anakku sedang bersama bapaknya ke rumah sang kakek di jalan antasura. Hidup dan kehidupan.... bersaudara dan bertetangga... kita harus belajar mengendalikan diri dan emosi yang merajai hati, agar hidup ini sendiri selalu menjadi santi, damai, damai, damai..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar