Minggu, 14 Agustus 2011

Mingguku, Minggumu, Minggu mereka, Minggu kita semua....





Minggu pagi, 14 Agustus 2011. Se pasukan anak-anak membangunkan ku. Kami kemarin telah sepakat untuk mengikuti Funbike dalam rangka ikut merayakan hari kemerdekaan RI. Hmmm, padahal hari ini serangkaian kegiatan lain menanti. Namun tak ingin mengecewakan mereka, maka kupersiapkan diri, mengeluarkan 2 buah sepeda bagi ku dan Yudha. Putra sulung tidak ikut karena lelah se telah seminggu menguras tenaga di sekolah, dan suami masih terbaring sakit. Ayu, cucu yang ikut tinggal bersama kami, sudah sejak pukul 8 pagi berangkat bersama teman sekolahnya karena mengikuti kegiatan bersih pantai di pantai merta sari, padanggalak, Sanur.

Kami beriringan dengan mengendarai sepeda menghampiri rumah kak Vivin, Danen dan Rara. Anak2 yang baru kehilangan ibu kandungnya ini ingin kami hibur dengan melakukan aktivitas bersepeda bareng. Namun ternyata ada upacara yang harus mereka ikuti di Sembung, sehingga tidak bisa bergabung dengan kami. Maka kami kemudian beranjak dengan mengendarai sepeda gayung dari berbagai tipe, menuju banjar Umedui untuk bergabung dengan peserta rally lain.

Kubelikan mereka tiket rally. Kemudian setelah 15 menit kami berkumpul disana, panitia mulai memberi aba2 start. Ratusan peserta yang terdiri dari berbagai klub sepeda, tua dan muda, mulai bergerak perlahan. Kuberikan semangat kepada anak-anak, menitipkan mereka pada kak Agus Satria untuk mengawasi para sahabatnya, dan aku berbelok ke pasar.

Well, harus membeli beberapa perlengkapan buat paruman keluarga besar dari pihak bapakku di Jero Batuaji Kelod, Kerambitan Tabanan. Kami merencanakan parum atau rapat keluarga, dalam rangka membahas berbagai rencana kerja pelaksanaan Pitra Yadnya bapak. Setelah selesai, segera kukembali ke rumah, dan bersiap meluncur ke Tabanan dengan motor tercinta.

Tiba di Jero, kulihat Dewa Aji Mangku, Dewa Kadek Dwipayana, Sakde, Dewa Biyang Nyoman Nesi, sedang berbincang. Kami lalu beranjak ke Bale Sari. Lalu kemudian bergabung juga para keluarga lain, tiba satu persatu. Hmmm, selalu indah bila bisa berkumpul bersama keluarga besar, membahas banyak hal dalam situasi kekeluargaan. Dari A hingga Z. Akhirnya parum tuntas pukul 13.00.

Aku masih melanjutkan berbincang tentang berbagai hal dengan keluarga besar. Dan kemudian mengambil satu demi satu keramik, mencelupnya ke dalam bak berisi ember besar, merendamnya, dan kemudian mengangsurkan pada tukang bangunan. Ya, kami sedang mengerjakan lantai keramik di Bale Gede. Ibu sudah membeli berbagai perlengkapan yang diperlukan. Kami bersama berangkat dengan Dewa Kadek Dwipayana, berbelanja bahan di toko bangunan sebelum ibu kembali ke Pontianak. Dewa Kadek Sopyan membantu mengaduk semen dan pasir, Dewa Komang Rai menata satu persatu keramik yg akan dipasang. Tak terasa tiba pada pukul 15.30. Aku pamit untuk kembali ke Denpasar.

Panas siang terik menyengat tubuh, pukul 16.30 tiba di rumah, anak2 menanti dengan wajah ceria. Kusempatkan untuk istirahat sejenak, mandi, dan lanjut membuat canang untuk sembahyang. Lalu kemudian Bu Gek Nia tiba. Kami sepakat untuk menyelesaikan berbagai urusan bertetangga, dari menyampaikan urusan arisan bagi ibu-ibu di perumahan kami, mengunjungi ibu Sudartayana yang baru melahirkan seorang anak perempuan cantik, hingga beberapa lagi.

Akhirnya, pukul 8 malam, semua tertangani, kami kembali ke rumah masing-masing. Waktunya berdoa bersama keluarga. Kuyakinkan semua perlengkapan sekolah anak-anak untuk esok hari telah siap, dari baju, buku dan berbagai tetek bengek lain. Dan kemudian kami menikmati makan malam ringan bersama, diskusi sejenak, dan bersiap tidur, mengumpulkan tenaga buat aktivitas esok hari yang tentu bakal menyita tenaga.

Astungkara, Hyang Widhi, utuk semua peristiwa dan berkat Mu, yang telah mewarnai hari-hariku. Suka duka, lara pati, baik buruk, sedikit banyak, kuterima dengan lapang dada. Hidup mungkin tidak seindah yang kubayangkan dan kuharapkan, namun aku akan selalu berusaha di jalan Mu....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar