Minggu, 19 Februari 2012

Demi cinta... Jika cinta bisa datang lewat perut, dan... aku percaya pada kekuatan cinta


Sore hari, menggoreng ikan slungsung yang sudah kubumbui. Hmmm, aroma wangi menyeruak udara. Ingin ku berbagi dengan keluarga tercinta. Namun suami masih sakit karena radang tenggorokan, demam, batuk kering. Adi baru tiba dari mempersiapkan kelompok SMANSA Computer Club untuk menghadapi lomba Desain Grafis yang diadakan STIKOM hari Selasa, tangal 21 Februari kelak.

Ada Yudha yang baru habis mandi setelah mengerjakan rangkaian ogoh-ogoh yang dibuatnya bersama anak-anak di perumahan kami. Ada simbok juga, yang sering kuajak berjalan-jalan. Maka, kupersiapkan se mangkuk berisi ikan slungsung yang baru kugoreng, masih panas. Simbok dan Yudha bergabung denganku. Namun aku masih harus membeli gas sebagai persiapan memasak keesokan hari, ato, alamat harus terburu-buru membeli gas keesokan harinya.

Ehm... Well, Hidup adalah sebuah pilihan, dimana terkadang kita harus bisa berkompromi terhadap pilihan yang kita ambil. Suami ku gak bisa beli dan membawa tabung gas dengan mengendarai motor, karena lengannya pendek, sedang kan aku, masih bisa mengendarai motor dengan satu tangan, sementara lengan kiri memegang tabung gas, karena termasuk orang yang memiliki tangan panjang. Enjoy aja lageeee. Toh, tetangga kami juga ada yg jual gas dalam tabung. Bu Geg Sri. Namun aku ingin sekalian membeli beberapa kebutuhan bagi persiapan anak2 sekolah esok hari, dan, harus keluar dahulu ke warung di dekat pasar.

Waktu menunjukkan pukul 8.15. Sudah termasuk larut, namun aku ingin berbagi bersama keluarga. Maka, dengan mengendarai motor, bersama simbok dan Yudha, aku menyusuri jalan menuju ke Antasura, dimana mertua dan ipar sekeluarga berada. Memasuki jalan Diponegoro, hujan mulai turun rintik-rintik. Hmmm, ku percepat laju motor Honda, berharap kami bisa mendahului rinnai hujan.

Astungkara.... 30 menit kemudian kami sudah tiba di depan gerbang rumah di gang Sutra, jalan Antasura tersebut. Pagar sudah dalam keadaan ter gembok, namun ipar ku meminta kami bersabar, karena ia langsung mengambil kunci gembok untuk kembali membuka gerbang, meski aku katakan agar kami tidak usah masuk saja. Toh akhirnya kami masuk juga. Bapak mertua belum juga ter tidur, para ponakan masih terjaga. Dan... kuangsurkan bingkisan berisi ikan hasil masakanku kepada ipar perempuan terkasih. Kami lalu melanjutkan perbincangan dalam suasana kekeluargaan.

10 menit kemudian, iparku ini berteriak karena menyadari anjingnya masuk dan bersender di meja dapur, dan menghabiskan ikan yang kubawa. Oowwww, tidak...... Usahaku demi cinta, berbagi cinta pada keluarga, karena ku yakin pada kekuatan cinta, dan percaya, jika cinta juga bisa hadir lewat perut, hasilnya, masakan ikan ku bagi keluarga, dicaplok kuluk / anjing, hikkkkssss.

Iparku sekeluarga memiliki dua ekor anjing yang masing-masing beratnya lebih dari 75 kg. Hareeee gheenneeee, dengan situasi rumah sering sepi, dibutuhkan penjaga yang ampuh, yaitu anjing. Dengan tingkat kepekaan yang tinggi, mereka sungguh dibutuhkan. Satu bernama Saigon, anjing jenis Kintamani dengan bulu gembrong, lebat, berwarna putih. Satu lagi bernama Boomer, dengan telinga lebar, berwarna hitam mengkilat. Dengan berbagai kisah tentang hewan peliharaan ini..... Hmmm, dan kini, salah satunya telah dengan sukses mencicipi ikan hasil masakanku. Hweleh hweleh.....

Tidak lama disana, kami mohon diri untuk pamit, karena hari kian larut. Udara dingin mulai menerpa, hujan turun dengan rintik yang menghujam bumi, namun kami harus berlalu pergi. Kubuka jas hujan yang selalu kupersiapkan, ahai.... hanya ada satu jas hujan anak-anak, milik Yudha. Aku lupa membawa jas hujan bagi kami berdua, aku dan Ayu. Hmmm, maka, segera kukenakan jas hujan tersebut pada Yudha. Dan kami menerobos gelap malam di tengah hujan gerimis. Kutolak jas hujan yang diangsurkan ipar, karena kutahu, jas hujan tersebut dibutuhkan keesokan harinya untuk berangkat kerja, dan anaknya untuk berangkat sekolah.

Swaha...... Tuhan, Kusadari, hidup ini sungguh tidak mudah dan tidak seindah yang kami bayangkan. Terkadang, ujian dan tantangan merintangi jejak langkah kami. Namun, jangan pernah biarkan kami sendiri, Tuhan, jangan pernah abaikan kami..... Jagalah selalu nyala dian harapan dan kemauan dalam hati kami semua, bimbing kami selalu untuk bersatu dengan mu, berjuang tegak kokoh di jalan Dharma.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar