Minggu, 12 Februari 2012

Sepang di suatu masa dalam balutan doa sekeluarga

Jelang hari Kuningan, Jum'at, 10 Februari 2012, setelah selesai bersembahyang di rumah, kusiapkan 2 buah motor. Satu Honda Astrea Grand yang akan ku pakai berboncengan bersama Adi, si pangeran sulung. Satu Yamaha Jupiter MX yang akan digunakan suami bersama si pangeran bungsu, Yudhawijaya.....

Pukul 11, setelah hujan berhenti, langit cerah menyapa mengawali perjalanan kami menyeruak jalan raya beriringan. Menyusuri jalan Tegal Lantang, menuju Dalung, Kapal, Tabanan, lalu arah Gilimanuk.

1329061573205048733

Tiba di perempatan Samsam, berbelok ke arah Utara, menuju Batuaji Kelod. Aku bersama anakku menyapa Dewa Biyang dan para saudara terkasih. Menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa ikut bergabung pas hari raya, kami harus mengikuti rangkaian upacara Odalan di kampung halaman Asah Badung.

13290614961527248833

Hanya sejenak di sana, kami kembali bergerak sebelum sore menyapa. Kembali menyusuri jalan raya menuju Gilimanuk. Tiba di perempatan jalan menuju ke arah Bading Kayu, kami berbelok ke arah Utara. Berhenti sejenak di warung pinggir jalan untuk istirahat setelah satu jam setengah berguncang di atas motor di jalan raya.

13290354022124565207

Masuk daerah hutan Yeh Leh Yeh Lebah.. Tembus di Dapdap Putih,dan kembali mengarah ke Utara, menuju ke Desa Asah Badung, Akhirnya tiba di rumah tua. Waktu menunjukkan pukul 13.30. Hmmm, 2,5 jam perjalanan. Lumayan melelahkan. Namun anak-anak tetap dengan ekspresi bahagia, karena menikmati perjalanan. Langsung mengambil bola dan menggiringnya di halaman rumah kami. Menikmati durian matang yang disimpan keluarga dan menunggu kami tiba untuk disantap bersama. Setengah jam kemudian, iparku dengan mobil kijangnya tiba. Bersama dia sekeluarga, bapak mertua yang dirawat di Denpasar juga turun dari mobil. Hmmm, keluarga, selalu tempat terindah untuk melewati hari-hari bersama.

13290386471639575822


1329061671219003626

Kami sibuk membongkar barang-barang bawaan. Berbagai bekal, menghaturkan buah dan oleh-oleh bagi sanak saudara tercinta. lalu, satu jam kemudian, aku diminta menemui Mangku Subak, membawa Peras santun, semacam permohonan agar besok beliau berkenan muput upacara odalan di sanggah keluarga kami.

Maka, kembali kupersiapkan motor Honda Astrea Grand ku. Dengan mengenakan celana setengah tiang di balik kain yang kukenakan, selendang melilit di pinggang, kususuri jalan kembali menuju desa, menghampiri jero ne Mangku Subak. Dua ekor anjing menggonggong dengan gagah perkasa, secara reflek, karena pernah 2 kali digigit anjing, kembali kukebut motor, dan parkir di depan orang banyak, meminta mereka menghalau anjing2 tersebut. Hehehe. Jantungku berdebar kencang. Sedang mereka dengan santai menenangkan hatiku, anjing2 itu cuma senang menggonggong tamu yg datang saja.

1329061771333431337

Perlahan, kunaiki anak tangga menuju jero ne Mangku, menghaturkan Peras santun, lalu pamit undur diri. Motor kubalik kembali ke arah Pangkung Singsing, kukendarai, dan..... baru 10 meter, kusadari ban motor nya kempes. Aaarrggh, Swaha. Kukendarai saja motor ke arah Pangkung Bawak, ada bengkel motor di sana. Pan Sanur pemiliknya.

Hmm, waktu menunjukkan pukul 16 sore. Namun sekumpulan pemuda disana siap untuk membantuku. Ada Yoga, Pan Sanur. Terlihat ada 7 hingga 8 motor yang juga antre untuk diperbaiki, dari yang busi nya harus diganti, lampu depan motor, baut setang dan standard motor. Mereka berencana untuk main sepak bola bersama, namun tetap menuntaskan motorku dahulu. Paku sepanjang 5 cm menyeruak di tengah ban. Hmmm, akhirnya harus kuganti ban dalam motor, dengan mengeluarkan biaya Rp 27.000.

1329062258725567342

Pukul 17 sore saat mereka menuntaskan mengerjai motorku dengan mengganti ban dalam bagian belakang motor. Kuputuskan untuk mengunjungi rumah Mbok Kauh, Ketut Sukati, bersama Bli Made Miasa. Ku kirim pesan singkat ke HP anakku, dan menelpon Kadek, istrinya Nyoman Kopat, agar mereka tidak bingung mencariku. Tiba di depan rumah Tadra, kutitip motor pada Luh De, menantu Tadra yang baru ditinggal meninggaloleh suaminya karena stroke. Inilah indahnya persaudaraan yang tumbuh di kampung halaman, saling membantu sesama.....

13290611801071472101

Begitu tiba di rumah Mbok Kauh, dengan jujur kukatakan, aku lapar. Sejak berangkat dari Denpasar pagi hari, hingga tiba di rumah Pangkung Singsing, lanjut ke jero ne Mangku Subak, dan berakhir di bengkel, aku belum lagi makan. Ini lah indahnya bersahabat dan persaudaraan. Simbok langsung mengeluarkan makanan, namun aku menolak, dan memilih langsung masuk ke dapur, mengambil piring, nasi di tengah sokasi / besek, mengambil jukut embung, sambel dari cabe bali yang digoreng bersama nyuh mekikih. Hmmm, dua piring langsung tuntas ke dalam perutku.

13290612371106998262

Acara tuntas?? Belum !!

Kuambil banten satu keranjang bambu besar, meski mbok Sukati menolak, namun aku sudah terbiasa membantunya membawa banten untuk dihaturkan di sanggah keluarga kami. Terdiri dari ajuman yang sudah ditanding dalam tamas. Ku suwun di atas kepala, lalu berpamit pada Beli Made dan Mbok Kauh untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Tiba di halaman rumah Tadra, kulihat Luh de sedang mencuci motornya. Ktut Patra yang baru selesai mengabas rumput dengan mesin potongnya sedang mengikat 8 buah duren dengan tali. Hmmm, bingung memikirkan bagaimana cara ku membawa banten satu keranjang bambu, kutemukan caranya. Ban dalam bekas kuiris dengan pisau pinjaman dari Luh De, lalu kuikat keranjang menggunakan ban dalam bekas di kedua sisinya yang kuhubungkan dengan motorku. Ktut Patra sibuk memasukkan duren ke dalam karung kampil. lalu memaksaku membawanya ke Pangkung Singsing. Meski aku menolaknya berkali.

13290612972105229599

Ah ha...

Dan.... Ini lah aku. Mengendarai motor Honda Astrea Grand ku, dengan keranjang bambu besar di boncengan bagian belakang, se karung duren di bagian depan yang kututupi dengan jas hujan agar tidak melukai tubuhku, sokasi terbungkus taplak meja yang tadi dipergunakan membawa haturan Peras santun bagi Mangku Subak. Menuruni jalan licin sehabis hujan, menaiki tanjakan curam, kembali menuruni dan naik kembali, sebelum tiba di rumah tua, sisin Pangkung, bergabung dengan anak-anak, para ipar, mertua dan keluarga besar....

13290620171142304374

1329062195905189516

Mau Profesor kek, Doktor sekalipun, orang kaya - miskin, tua - muda, sehat dan penyakitan, berkecukupan ato berkekurangan, sedih atau bahagia, di desa dan di kota, berpendidikan ato buta huruf...... Kita semua selalu dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, menyesuaikan diri dan siap selalu dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi...... Tidak bagai katak dalam tempurung semata, dan beranggapan diri sendiri atau golongan kita yg paling sempurna......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar