Minggu, 26 Februari 2012

Sabtu, 25 Februari 2012, di pagi hari...

Sabtu, 25 Februari 2012. Hmmm, hari santai buat kerja tentang lanjutan disertasiku. Namun tentu dengan tetap fokus dahulu pada berbagai urusan rumah tangga.

133027235533024279

Waktu menunjukkan pukul 10 saat aku berangkat dengan mengendarai motorku. Sebenarnya motor kami ada 5. Sombong? Enggak juga. ke lima nya berfungsi sesuai kebutuhan. Honda Astrea 800 keluaran tahun 78 adalah motor milik suami. Dengan motor ini dahulu, kami mengelilingi kota Jogja saat berpacaran tahun 89-92. Well, aku mengenal nya saat menyelesaikan pendidikan di fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, sedang dia menuntaskan Program Pascasarjana, S2, di Ilmu-ilmu Sosial Budaya Universitas Gadjah Mada.

1330273077988887225

Motor kedua yang kami miliki adalah Honda Astrea Grand, kubeli tahun 1993, saat mengawali kerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Kini motor ini menjadi pegangan simbok untuk ke pasar, antar jemput si bungsu, dan berangkat ke sekolahnya, Kelompok Belajar Paket C. Motor berikut yang kami miliki adalah Motor Yamaha Mio, yang dibeli suami tahun 2010 dari temannya sesama mahasiswa Program Pascasarjana yang telah tamat S3 terlebih dahulu, dan harus kembali ke Padang. Motor selanjutnya adalah Yamaha Jupiter MX, dibeli tahun 2010, sebagai bawaan si putra sulung, Adi Pratama, untuk keperluan sekolahnya. Ada lagi dua motor bekas bermerek Honda Astrea Prima dan Honda Astrea Star. Prima kubeli dari Ibu Sri Manis yang inginkan Prima berada pada tangan tepat, pencinta motor tua. Namun kini si Prima sudah kujual lagi pada seorang sahabat, juga sesama pencinta motor tua, dan sungguh tahu per mesinan.... Tinggal Honda Astrea Star, sebagai cadangan jika terjadi sesuatu gangguan pada motor lainnya.

13302731171118104144

Kali ini aku mengendarai Honda Astrea Grand, knalpotnya bolong. Besok akan kubawa ke Besakih, Karangasem, berboncengan bersama Ayu. Maka kubawa dia ke bengkel langganan. Namun sebelumnya,urusan kompor gas dahulu. Salah satu tungkunya sudah tidak bisa dipergunakan. Yang satu lagi sudah mulai meredup. Kulipat selang gasnya, kompor kuletakkan di atas motor dan kuikat dengan tali agar tidak bergoyang. Ku kendarai motor menuju pengkolan jalan dekat kuburan desa, menanti pemilik bengkel kompor buka, dan menyerahkan kompor tercinta untuk dicek kondisinya. Lalu aku melanjutkan perjalanan.

Menyusuri jalan Imam Bonjol, masuk ke Jalan Dr. Setiabudi, Berbelok ke Gang Tantri. Di sana terdapat bengkel las Arum dengan pemilik nya Pak Alit. Sudah dari sepuluh tahun lalu aku mengenalnya. Mulai dari mengelas sepeda gayung anak-anak, mengelas pedal motor yang terlepas, membongkar knalpot motor yang ndangndut, dan berbagai hal lain berkaitan dengan las menge las.....

1330273291126313274


45 menit kemudian, aku melanjutkan perjalanan menyusuri Dr Setiabudi, berbelok ke jalan Soetomo, masuk ke Gadjah Mada, lalu terakhir di Jalan Kapten Agung nomer satu, di sebelah Kantor Dinas Catatan Sipil. Disana terdapat Bengkel Harapan Motor, juga 3 orang bapak yang bisa dan terbiasa berurusan dengan perbaikan tas rusak, koper yg kancingnya hilang, talinya lepas, sepatu yang harus diganti solnya. Dan, ransel anakku harus diperbaiki talinya.

Disini aku duduk menunggu ransel selesai diperbaiki. Tiba seorang ibu cantik, membawa ransel yang tali retsluitingnya hancur. "Tas ini untuk membawa kamera bawah air anak saya" Ujarnya mengawali ceritera di antara kami. Hmmm, ternyata beliau adalah sepupu ibu Elly Darwati, staf di ruang pak Ketua STPNDB. Ibu Tutik namanya, bekerja di rumah sakit Mata di Denpasar. Anaknya, Kartika, adalah dosen di Unud yang baru menamatkan pendidikan di Luar Negeri. Bepergian dan instruktur diving adalah kegiatan lainnya. Hmmm, sungguh, hidup banyak rasa dan penuh nuansa pelangi. Aku jadi teringat anakku, Adi Pratama, yang juga hobi desain grafis dan fotografi.....


Tugas tuntas disini, aku beranjak ke arah jalan Soedirman, harus membuat fotokopi arsip dari berkas yang kubawa, melaminating arsip penting, seperti SK, de el el... Kemudian beranjak pulang. Mampir di tukang service kompor gas, dan menyadari kedua tungku kompor gas ku telah karatan, harus diganti. Selang gas sudah bocor disana-sini. Hmmmm, perlu kompor baru, jika tidak, kami bakal kewalahan......


Ah haha.... Jika ada yang bertanya, suamimu mana?? Well, suamiku baik-baik saja. Lalu kok urusan pria kamu ambil juga. Hla... emanknya knapa klo aku wanita dan bisa melakukan banyak hal urusan lainnya??? Pagi ini, suamiku sudah terbangun dari tidurnya, menyapu halaman mungil rumah kami, menyiram halaman, memperbaiki keran air yang bocor dan rusak, menyuapi si bungsu yang kumat manjanya.....

Enjoy saja lah.... Masalah gender kek, gerakan feminis kek. Kesetaraan adalah hal utama dalam keluarga kami. Ada masalah, hadapi bersama, dicari solusinya bersama. Jika semua terlalu dipikirkan, cape deh.... Hidup terlalu indah untuk dihadapi dengan tegang melulu.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar