Kamis, 26 April 2012

Ke Besakih Aku Kembali karena Rindku untuk selalu MenemuiMu, Hyang Widhi Wasa.

Rabu, 26 April 2012, Buda Wage Menail.

Sama seperti banyak orang lain, terkadang rasa jenuh melanda. Dan, perlu re charge energi agar selalu sepenuh semangat dalam berkarya, tetap kreatif dari hari ke hari.
Sebagai seorang dosen yang mendapat tugas belajar, aku dibebaskan dari segala urusan yang berkaitan dengan lembaga dimana aku terdaftar sebagai tenaga pengajar. Namun atas kesadaran sendiri, kupilih untuk tetap menjalankan berbagai aktivitas sama. Alasannya adalah, aku termasuk orang yang hiperaktif dan senang mengerjakan beberapa hal sekaligus. Tak bisa kubayangkan, rasa jenuh melanda dalam menyelesaikan pendidikan, sedang aku mendapat kebahagiaan dan semangat jika juga berada di tengah-tengah para murid dan anak didikku, di tengah para sahabat dan rekan kerja, dalam melakukan berbagai kegiatan, dari rapat, seminar-seminar, mengajar, bantu-bantu dalam kepanitiaan. Lagipula, toh, sudah kubuktikan dahulu, pada waktu kuikuti pendidikan Program Pascasarjana, Program Studi Kajian Budaya, Universitas Udayana, 2006 - 2008, aku bisa tetap mengikuti perkuliahan dan bimbingan di kampus UNUD, dan tetap melaksanakan proses belajar mengajar di kampus STPNDB. Dan, keluarga ku tetap baik-baik saja, baik dari urusan rumahtangga, bersantai dan berkumpul bersama, menuntaskan banyak kegiatan bersama-sama....

13354137372019652310

Kupikir, setiap urusan, sejauh bisa kita diskusikan dan lakukan bersama secara bergotong royong, kita akan tetap bisa menuntaskan berbagai urusan dengan sebaik mungkin. Lagipula, bukankah... pada era kini, kita dituntut untuk memiliki multitasking, atau kemampuan dan kemauan dalam merancang, menyusun, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi banyak hal sekaligus.

Maka, setelah urusan rumah tangga beres di pagi hari, anak-anakku sudah berangkat sekolah, suami sudah berangkat pula untuk membantu pelaksanaan ujian disertasi rekannya seperjuangan, aku mengarahkan laju gerak motorku. Kali ini ke Besakih.

Karya Pujawali di Pura Besakih, Ida Bethare nyejer dan keantuk mesineb hingga Jum'at, 27 April 2012. Dan, hingga kini aku belum sempat nangkil ke sana dengan banyak alasan. Anakku bersama rombongan sekolahnya bahkan sudah berangkat ke sana. Aahh. Panggilan dan dorongan untuk berangkat begitu kuat. Hujan yang turun perlahan tidak sanggup menahan jejak langkahku.

Memasuki jalan raya Bypass Ida Bagus Mantra, hujan turun kian deras. Ransel di bahu kubungkus rapat dengan tas plastik besar. Jas hujan menutupi sekujur tubuhku. Bersyukur kukenakan sepatu hitam plastikku, kugulung celana jeans hingga selutut, menerobos jalan tersebut.

Tiba di Desa Selat, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, aku berhenti sejenak.  Pasar Akah, mampir ku di sebuah toko kecil di pasar. Bu Dayu Biyang Ngurah dan Bu Dayu Biyang Suwanti, pedagang kain di sana. Kubeli seperangkat baju sembahyang dan kain batik. Hmmm, lumayanlah untuk menghadap Tuhan. Lagipula, bukankah Tuhan tidak pernah menilai kita dari segala pernak-pernik yang kita miliki dalam menemui nya.

13354141041224739108

Melanjutkan perjalanan, tiba ku di ajeng Pura Besakih. Berganti celana panjang dan mengenakan kain panjang, lalu mengendarai motor kembali, berbelok ke jalan raya di sebelah kanan, sebelum kemudian tiba di Pura Kiduling Kreteg.

13354216572063418328

Pura Kiduling Kreteg berhias dengan dominan warna merah, dari Penjor dan pengider-ider, serta kain yang serba merah. Merah adalah simbol dari Ida Bethare Brahma, simbol Tuhan sebagai pemelihara alam semesta ini.

13354802041090097299

Aku menaiki satu demi satu undakan anak tangga untuk tiba di bagian Jero / tengah Pura Kiduling Kreteg. Kujumpa Mangku Wayan Karma. Beliau sedang duduk bersama beberapa umat lain. Sudah sering kuikuti karya dan aktivitas beliau di jejaring sosial Facebook, dan baru kali ini bisa berdiskusi. Sungguh bersyukur bisa berjumpa langsung.

133548023414730165

Seorang Insinyur Teknik Sipil tamatan ITN Surabaya, namun kemudian memilih mengabdikan hidup di jalan Dharma, ngayah demi kepentingan umat. Bahkan, istri beliau yang seorang mangku istri, juga berjuang sepenuh semangat ber yadnya bagi sesama. Laku seorang dengan pengetahuan sungguh luas dalam aplikasi di berbagai sendi kehidupan. Hmmm, aku sungguh kagum dan menghormati jalan hidup beliau sekeluarga.
Mangku Wayan Karma bersama Kangmas Soekono Kardimin, seorang penekun spiritual dari Lampung, berencana bakal berjalan kaki dari Bali ke Ujung Kulon, Jawa Barat. Mereka sudah ber kali menempuh berjalan kaki ke beberapa tempat. Dan kali ini bakal mengawali kegiatan pada tanggal 7 bulan Mei.
Ah, sungguh sebuah rencana yg butuh tingkat penyusunan secara matang dalam pelaksanaan, agar berjalan lancar. Aku sendiri, belum mampu untuk sampai ke taraf laku spiritual seperti itu. Hidup dan kehidupan dengan segala pernak-pernik duniawi masih begitu menggodaku. Jika suamiku sendiri memiliki laku demikian, aku bakal protes keras, karena bakal merasa diabaikan dan harus menuntaskan urusan keluarga sendirian.

Bersyukur pada Sang Hyang Widhi Wasa, Mangku Wayan Karma berkenan menghantarku mengelilingi Pura yang ada di kompleks Pura Besakih. Beliau menawarkan untuk memperkenalkan lingkungan Pura, dengan uraian penjelasan yg sungguh mendalam. Hmmm, bagai, menggelar Babad dan aplikasi nyata di lapangan. Sungguh, tidak semua se beruntung aku dalam mendapat anugerah ini. Meski berkali ke Besakih, namun aku tetap tidak mengetahui secara tuntas sejarah, fungsi, bentuk dan makna dari berbagai situasi dan kondisi yang ada di Besakih.

Dari Pura Kiduling Kreteg, kami mengawali bergerak menuju Pura Gelap, yang terletak di bagian paling atas dari rangkaian Pura di Besakih.

1335422367660795568

Kami ber kesempatan berjumpa dan berdiskusi dengan Mangku Gede yang ada di Pura Gelap. Menerangkan maksud perjalanan ku untuk selalu bersimpuh dan semakin mendekat dengan Hyang Widhi Wasa. 

13354802712011139951

Banyak pemedek turut bersembahyang bersama kami. Hmmm, sungguh sebuah nuansa damai nan teduh berada di pura ini. Sungguh disayangkan, aku tidak bisa berkumpul bersama keluargaku secara lengkap untuk bersembahyang bersama di Pura Besakih, karena kesibukan kami masing2, karena mertua dalam keadaan sangat sepuh, dan karena karena karena lainnya lagi. Sayang sekali pula, rekan-rekan se kantor tidak sempat nangkil bersama, hingga Pujawali Ida Bethare Turun Kabeh akan mesineb benjang, tanggal 27 April 2012. Namun, bukankah Tuhan Maha Mengerti dan Sangat Maklum terhadap seluruh umat Beliau?


1335422525914800888

Akhirnya, tuntas bersembahyang di sini, di Pura Gelap. Kami kembali bergerak menuruni anak tangga, menuju Pura yg lain lagi, yang ada di kompleks Besakih.

1335422280173050209

Kemudian beranjak menuju Pura Ulun Kulkul, dengan dominan warna Kuning, sebagai pralambang Mahadewa. Di sini kami jumpai Mangku Istri, dan juga Ibu Komang Suartini beserta keluarga. 

1335480383562897760

Kembali, suasana damai dan sepenuh keteduhan menyelimuti suasana hati. Meski mendung, namun tidak turun hujan. Ah, andai setiap umat manusia merasa kedamaian yang sama, maka, konflik dan perpecahan yang seharusnya tidak perlu terjadi, akan membuat kita bersatu dan bersama menjadi manusia yang semakin bijak dan dewasa menuju masa depan.

1335422185765848320

Berikutnya, tujuan kami adalah Pura Batu Madeg, dengan dominan warna Hitam. Beliau yang bersthana adalah Dewa Siwa. 

13354805031724237027

Undagan anak tangga tinggi dan jalan yang berliku, membuatku agak letih dan keringat bercucuran. Namun perasaan haru biru ini selalu menggiringku untuk mengucap syukur tiada henti. Betapa.... aku mencintai Tuhan, meski terkadang, jalan terjal dan jarak jauh menjadi perintang gerak langkahku.

1335422118131991950

Terakhir, Penataran Agung Pura Besakih kami mengarah. Umat kian siang kian membludak. Sungguh bersyukur aku berangkat pagi hari. Bisa sepenuh konsentrasi dalam berdoa dan berkontemplasi dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


1335422068935065432

Disini aku diperkenalkan Mangku Wayan Karma dengan istri beliau, Mangku istri, Desak Suciani. Seorang mangku istri yang cantik dan ber wajah keibuan. Ketulusan terpancar dari wajah beliau yang jernih. Ah, aku ingin memiliki ketenangan beliau yg terpancar dari hatinya. Membayangkan melayani umat semenjak pagi dini hari hingga larut malam, meninggalkan dan menanggalkan keegoan diri, dengan wajah selalu tersungging senyum manis. Hmmm, aku sungguh belum bisa se damai itu. Keluarga dan sahabat, serta kehidupan duniawi, masih menggoda hidupku.


13354220081065307007

Kulihat, seorang kakek menggendong cucunya yang mengeluh kecapean, seorang ibu menyusui bayinya dan bersiap untuk sembahyang, pria dan wanita yg menyungsung banten di atas kepalanya. Hmmm, sungguh, beragam latar umat yang menghadap Tuhan, dengan beragam gaya dan cara, semua demi berharap menemukan kedamaian hati. Semoga, kami selalu mendapat berkat Tuhan, dan tetap di jalan Tuhan senantiasa.


1335480732704613191
1335480751851450612
1335480773681896220

Berikutnya, kami kembali ke Pura Kiduling Kreteg. Aku berpamitan pada sang mangku, karena akan mengunjungi Ibu IGA Mirah Darmayanti, sahabat kantorku yang ngodalin di Kayumas. Kami bersama-sama akan mengunjungi sahabat kantor lainnya, ibu Luh Ketut Sri Sulistyawati dan Ida Bagus Widana, yang melaspas rumah barunya di Jalan Saridana VI, area Cargo, Ubung.

1335480801742275360

Rinduku belumlah tuntas. Selalu ..... tidak pernah cukup waktuku, untuk berada di berbagai rumah Tuhan, membahas dan membongkar seluruh makna yang tersimpan pada jalan spiritual. Hmmm, astungkara Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Aku masih diperkenankan menghadap Mu berkali dan berkali, di berbagai rumahMu. Swaha......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar