Selasa, 15 Oktober 2019

Maladjustment, Art Exhibition at Museum Neka, October 26 - November 24



“Maladjustment” at Neka Museum in October, 26th – to November 25 th. Mary Lou Pavlovic, Arahmaiani, IGAK Murniasih. Art Exhibition as part of Ubud Writters Festival. Exhibition Program: Saturday, 26 October. 17.00 pm. Opening by The Founder The Neka Art Museum, Mr. JMK Pande Wayan Suteja Neka.
Tubuh menurut Saidi (2007: 246) adalah sebuah wujud yang sangat kompleks. Tubuh tidak bisa didefinisikan sebatas fakta biologis atau entitas organik sebagai kerangka fisik belaka. Tubuh memiliki rujukan ke dalam dunia sosial, budaya, politik, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Tubuh yang kurus, misalnya, tidak hanya memiliki acuan biologis atau medis bahwa tubuh bersangkutan berarti kekurangan gizi atau mengidap penyakit. Secara semiotik, tubuh yang kurus bisa mengacu pada kemiskinan (sosial), banyak persoalan (psikologis), diet (keindahan), dan bahkan juga kebugaran (biologis). Sebaliknya, tubuh yang gendut (perut) tidak hanya berarti kelebihan kolesterol (kesehatan), tetapi juga bisa bermakna kerakusan (sosial), kebahagiaan (ekonomi & spiritual).

“Tubuh kita, dengan bagian-bagiannya, dimuati oleh simbolisme kultural, publik dan privat, positif dan negatif, politik dan ekonomi, seksual, moral, dan seringkali kontroversial; begitu pula dengan atribut-atribut, fungsi tubuh, kondisi tubuh, dan indera-inderanya. Tinggi dan berat badan, aktivitas makan dan minum, bercinta, bentuk tubuh dan bahasa tubuh, dengan bermacam-macam penyakit yang menderanya seperti flu atau AIDS, semua ini tidak hanya sekedar fenomena fisik, melainkan juga berdimensi sosial”. (Synott, 2003: 22)

Uraian tersebut menjelaskan bahwa manusia berinteraksi satu sama lain dengan berbagai cara, juga melibatkan beragam simbol. Tubuh sebagai wujud dengan segala kompleksitasnya juga mengekspresikan pola interaksi yang terjadi, manusia menyatakan diri melalui karya seni yang dihasilkan. Berbagai sudut pandang yang berbeda mengakibatkan multi tafsir terhadap beragam karya seni. Dinamika ini menggambarkan kompleksitas interaksi yang terjadi.
IGAK Murniasih tidak cuma bermain dengan konsep atau ide, juga pemikiran tentang seni rupa. Beliau merasakan, mengalami, terlibat, tidak hanya sebatas wacana, namun juga keterpinggiran akibat kuasa yang berlaku pada dirinya. Baik itu berupa perkosaan yang pernah dialaminya saat masih kanak-kanak, pelecehan yang dilakukan bahkan oleh suami yang dihormati, yang harusnya membimbing dan melindungi istri, juga empati atas beragam kasus serupa yang dialami kaum perempuan lainnya. Maka karya seninya penuh dengan nuansa ekspresi kesaksian atas  sejarah kelam pengalaman yang menyakitkan bagi kaum perempuan, suatu trauma yang tidak terlupakan, diungkap pada berbagai karya seni. Dalam hal ini, seni sebagai simbol dalam berinteraksi dengan orang lain, dijadikan penyaluran hasrat, kesaksian, dan perlawanan dari perupa yang meninggal pada tahun 2006 ini.
Salah satu nya adalah :  

            

Menikmati tubuh berarti menikmati beragam simbol yang terdapat pada manusia, yang membangkitkan emosi jiwa, melahirkan rasa, berinteraksi dengan para penikmat tubuh dalam bentuk seni. Ini menjelaskan bahwa tubuh telah mendapatkan fungsinya dalam seni rupa kontemporer Indonesia. Tubuh telah ditampilkan dalam berbagai pose simbolik: disakiti, dikurbankan, direnungi, dan seterusnya. Pose-pose simbolik tersebut dipilih bukan untuk tubuh itu sendiri, melainkan demi tujuan-tujuan lain, yakni merepresentasikan berbagai persoalan realitas masyarakat yang sangat kompleks (Saidi, 2007: 259).
Sejarah panjang perjalanan hidup manusia tidak akan pernah terbebas dari bahasan mengenai perempuan dan interaksi yang dilakukan. Interaksi simbolik yang terjadi merupakan narasi yang tidak pernah terhenti untuk disajikan, karena melibatkan berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain secara berkesinambungan. Arahmaiani menjadikan tubuh sebagai sarana mengeksplorasi beragam simbol tersebut, hasrat, emosi, kebebasan, ketergantungan, kekangan sistem terhadap kreativitas perempuan, harapan, dan mitos yang berlaku pada kaum perempuan dari lingkungan masyarakat di sekeliling nya. Baginya, tubuh adalah wadah tepat dalam menyajikan karya seni yang dimiliki seorang seniman, karena tubuh sangat ekspresif dan tidak akan pernah berbohong dalam menyajikan gagasan serta kreativitas pemiliknya. Arahmaiani adalah seniman Indonesia kelahiran Bandung yang berbasis di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Arahmaiani adalah salah satu figur penting dalam perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia. Ia merupakan salah satu pelopor dalam perkembangan performance art di Indonesia dan Asia Tenggara.



Ini yang disebut oleh Saidi (2007) tubuh merupakan salah satu bentuk dalam mengekspresikan kebebasan jiwa, dan mengeksplorasi kreativitas yang dimiliki, menembus batas mitos dan system budaya yang berlaku di tengah masyarakat. Dan Arahmaiani telah sukses mewujudkan hal tersebut. Baginya, seni tidak akan pernah mati, tidak mampu dikekang, juga mengekspresikan jiwa pemiliknya, juga budaya yang berlaku di tengah masyarakat.
Mary Lou Pavlovic merupakan seorang seniman yang tinggal dan sekaligus bekerja di Bali juga Australia. Pada tahun 2015 dia menyelesai PhD. Di Monash University di Melbourne. Karya seninya menggambarkan kekaguman terhadap alam Bali yang natural dan artistik. Banyak proyek yang dilakukan terkait dengan karya seni bersama orang-orang yang sedang berada dibalik penjara atau dalam masa penahanan. Misalnya, di penjara yang berada di Bangli, di Yogya. Beberapa karya seni Pavlovic hadir secara eksklusif di Musum Tony Raka di Ubud. Proyek seni yang dilakukannya berawal pada tahun 2015 bersama para narapidana di Bangli. Namun hal ini bukan yang pertama kali, karena sebelumnya sudah ada seniman Indonesia, Angki Purbandono, dengan proyek seni “Prison Art Programs” pada tahun 2013, yang melibatkan para narapidana untuk mengekspresikan diri melaui beragam karya seni.


                   

karya Mary Lou Pavlovic

Uraian di atas menjelaskan bahwa tubuh merupakan sarana mengeksplorasi semangat dan jiwa seni yang ada pada diri seseorang, tubuh menjadi salah satu aspek simbolik dalam mengisahkan berbagai kisah kemanusiaan; dengan kata lain, tubuh manusia merupakan sesuatu yang naratif, yang bertutur mengenai sejarah perjalanan manusia itu sendiri. Serangkaian karya seni yang hadir pada pameran bertajuk Maladjustment, bertempat di Museum Neka, dari tanggal 26 Oktober – 25 November 2019, dari Mary Lou Pavlovic, Arahmaiani dan IGAK Murniasih, memperlihatkan adakalanya di suatu saat, kita gagal dalam menyesuaikan diri, tidak mampu beradaptasi, jatuh terpuruk. Namun, jangan takut untuk selalu berusaha. Terkadang, hidup tidak berjalan sebagaimana mestinya, tidak seindah impian dan harapan yang kita inginkan. Terjatuh dan tersungkur berkali, bangkit kembali berkali, lagi, dan lagi.  
Hal ini bisa dilihat dari karya seni para seniman ini, Arahmaiani, Murniasih, dan Mary Lou Pavlovic. Mereka menjalin interaksi dengan beragam simbol yang mengeksplorasi kehidupan, mengekspresikan semangat jiwa, kreativitas, keindahan, hasrat, emosi, berdasar pengalaman yang dilalui. Tubuh adalah sarana, alat adalah perantara, berbagai benda menjadi pelengkap dalam mengungkapkan segala rasa, segala harapan, segala cinta, kegetiran yang muncul melalui berbagai karya seni. Inilah manusia dengan beragam upaya penyesuaian diri yang dilakukannya. Ini lah perupa perempuan dalam mengekspresikan diri, pada pameran “Maladjustment”


Santidiwyarthi, Nusa Dua, 15 Oktober 2019


Referensi :
Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Bentang, h. 7.

Saidi, Acep Iwan. 2007. Tubuh dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. 246 – 259. Bandung: Jurnal ITB: Visual Art. No. 1 D, No. 2. 2007.

Sujono, Seko  Joko.2002. Tubuh Yang Rasis: Telaah Kritis Michel Foucault atas Dasar - dasar Pembentukan Diri Kelas Menengah Eropa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. xiv.

Synott, Anthony. 2003. Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri, dan Masyarakat. Yogyakarta: Jalasutra.

http://journals.itb.ac.id/index.php/jvad/article/view/661/380


https://www.google.com/search?q=mary+lou+pavlovic&safe=strict&client=firefox-b-ab&tbm=isch&source=iu&ictx=1&

https://www.google.com/search?q=IGAK+Murniasih&safe=strict&client=firefox-b-ab&tbm=isch&source=iu&ictx=1&

https://www.google.com/search?q=arahmaiani&safe=strict&client=firefox-b-ab&tbm=isch&source=iu&ictx=1&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar