Minggu, 06 Juni 2010

Kedonganan Sabtu Sore 5 Juni 2010

Hari ini, setelah jalankan kegiatan Posyandu, berangkat bersama anak menuju Lap. Puputan Renon, namun kegiatan Donor Darah gagal kuikuti, karena panitia sudah membongkar tenda dan bubar pukul setengah sebelas. Padahal, di salah satu milist dari bbrp yg kuikuti, tertulis acara akan berlangsung hingga pukul dua belas. Hmm, yadnya bisa dilakukan dalam banyak bentuk lain. Namun, baru tahu dari komentar di status dinding, bahwa Avril (bukan yg Lavigne) dan teman-temannya ikut hadir kelola acara ini, dan hanya dapatkan kurang dari 30 pendonor.

Dari lap. Puputan Renon, langsung berangkat menuju rumah ipar, dan dari sana kuajak keponakan yang super sehat ini bergabung denganku dan si kecil dalam wisata kuliner. Tujuan kami adalah Pasar Ikan Kedonganan, di Jimbaran. Pukul dua sore berangkat, perlu waktu 40 menit dari jalan Antasura untuk tiba di pasar ikan ini. Berjalan menyusuri lorong yang becek, bau ikan menusuk hidup. Dari jejeran udang, kepiting, kerang, berbagai jenis ikan, menarik menggugah selera untuk segera diolah. Kupilih ikan kerapu dan ikan ekor kuning dua kilo, seharga sembilan belas ribu rupiah perkilonya. Ibu pedagang ikan segera mengibaskan sepotong kayu yang sudah di beri beberapa paku dibagian ujung, menggaruk sisik agar terlepas dari kulit ikan, membelahnya menjadi dua. Sekilo terdiri dari 5 ekor ikan. Sengaja kupilih yang tidak berukuran besar, agar daging ikan matang sempurna karena tidak tebal. Beralih ke bagian dimana cumi berada. Kupilih sekilo cumi seharga tiga puluh ribu yang kemudian dikuliti oleh ibu pedagang ikan. Lalu kami bawa kantung plastik berisi ikan dan cumi ke salah satu warung yang menyediakan jasa memanggang berbagai ikan yang telah dibeli dari pasar. Hmm, sungguh sebuah peluang jeli dalam menangkap pangsa pasar yang ada di depan mata. Sekilo ikan bakar lengkap dengan sambel matah dan sambel tomat dihargai senilai delapan ribu rupiah. Apalagi jika ingin menikmati hasil panggangan di tempat, tersedia nasi putih anget, juga plecing kangkung ditabur kacang kedelai goreng. Hmm, tawaran penggugah selera.

Ikan dan cumi pun segera berpindah ke atas pemanggangan ikan. Kami menunggu sesaat sambil meluangkan waktu mengobati narsis dengan berfoto ria di tepi pantai. Berpuluh jukung nelayan yang sedang terkapar, entah diperbaiki oleh nelayan, istirahat karena musim angin laut keras, bahan bakar solar yang kian mahal, menggelar hasil tangkapan di dalam pasar. Berpuluh lagi jukung yang terlihat melego jangkar di laut. Ah… sungguh pemandangan indah yang tak habis ingin kujumput.

Hanya dengan kurang dari tujuh puluh lima ribu rupiah, bisa ku berbagi nikmati ikan panggang bersama keluarga besar lebih dari sepuluh orang, bahkan, para tetangga juga kebagian hantaran seekor ikan panggang, walau kecil, eh hehehe. Semoga, kemesraan ini tiada kan pernah berhenti, walau terkadang masalah datang bertubi….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar