Jumat, 06 Agustus 2010

Anakku, Made Yudhawijaya


Namanya Yudha, Pangeran bungsuku. Pagi ini terlihat sedih. "Ga mau ikut mengambel. Mau ikut ekstra bulutangkis saja". Dia mulai menunduk, dan mogok bersiap berangkat sekolah.

Ehm... Harus mengajaknya diskusi, menenangkan hatinya bahwa, apa pun itu, harus dihadapi bersama, bahwa dia tidak bisa ikut dalam ekskul bulutangkis, karena yang ikut sudah 100 an anak, bahwa ikut ekskul lain juga sama menariknya, bahwa banyak pula teman nya yang lain yang bakal berada bersamanya,bahwa ibunya dulu juga sempat sedih tidak bisa ikuti mekidung karena suara yg fals banget, bahwa ibunya adalah penari setelah bersungguh ikuti ekskul tari, bahwa dia masih bisa memilih yang lain. Ada menggambar, bermain catur, menulis aksara Bali, dan lainnya lagi.

Kuhantar ke sekolahnya, menemaninya melihat berkeliling, dan menyaksikan sendiri, betapa banyaknya pilihan yang dia ambil. Dan... setelah fase adaptasi juga melakukan interaksi dengan temannya, proses pemilihan selesai. Dia dengan mantap bilang, "Pilih Aksara Bali...". Dalam hati, aku berteriak, "Yes, yes... Papanya seorang Sastrawan, emaknya seorang Pujanggawan, dan, anakku sedang dalam rangka mengawali prestasinya dalam bidang sama. Like father, like son. Yes, yes.....

Ah ha....
Anak, mereka dalam jiwa yang sedang tumbuh berkembang. Masih labil dalam tentukan arah dan langkah. Butuh fase adaptasi agar dapat memunculkan prestasi dari kepercayaan diri mereka. Jadi apa pun itu, mereka bertanggungjawab pada pilihannya. Perlu kebesaran hati banyak pihak, agar tidak ada penyesalan di kelak kemudian hari....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar