Kamis, 19 Agustus 2010

Crazy Day? Astungkara, Tuhan

Pagi, Kamis 19 Agustus 2010. Setelah selesai dengan kehebohan di pagi hari bersama keluarga, anak yang akan berangkat sekolah, dan urusan rumahtangga, kuputuskan berangkat menuju UNUD, kampus Sastra, gedung Prof. Ngurah Bagus. Pagi ini harus mengikuti Matrikulasi lanjutan bagi Program S3 Pasca Sarjana, Program Studi Kajian Budaya. Hmmm, bukan kah, mereka yang berasal dari Program Studi Kajian Budaya pada saat S2 / Master, tidak wajib mengikuti matrikulasi ini? Bahkan, kita bisa melakukan anvuven bagi beberapa mata kuliah yang sama yang sudah pernah ditempuh? Tapi entahlah, ikuti saja kebijakan untuk tetap wajib mengikuti ini.

Maka, kuikuti kuliah dari Profesor Dewa Komang Tantra dan Profesor Parimartha dari pukul 8 pagi hingga pukul 12 siang. Beliau-beliau ini membahas mengenai Wacana Teori Kritis dan Filsafat manusia dan kebudayaan. Gaya mengajar yang kusenangi dari prof. Tantra. Dosen terbang, dengan wawasan pengetahuan luas, kaya warna dalam memberi contoh dan aplikasi pada berbagai bidang kehidupan, sungguh membuat ku betah duduk berlama mengikuti setiap perkuliahannya, waktu masih di program S2 / Master, pada Program Studi kajian Budaya, juga di Universitas Udayana.

Pukul dua belas, waktunya istirahat makan siang. Teman2 yang berpuasa memilih melihat2 catatan mereka, dan meng copy data yang ada pada laptop. Aku permisi untuk ke Nusa Dua. Ada kelas D IV ADH B Smt 1 menantiku pukul 13.45. Ku kebut laju motor astrea 800 ku di jalanan menuju Nusa Dua.

Hujan rintik yang jatuh turun satu demi satu saat melintasi Jimbaran semakin lama jatuh semakin deras. Harus kukenakan jas hujanku, sementara berlari menembus rinai hujan deras dalam laju motor. Dan..... Tiba di depan Setra Adat Desa Bualu, kuburan di jalan Raya Dharmawangsa, Kampial, motorku mati. Ku dorong mendekati sebuah warung, berhenti, meletakkan tas ransel dan setumpuk buku yang kubawa di atas kursi warung. Dengan jas hujan masih kukenakan, karena hujan masih deras, masih terus kucoba menghidupkan kembali sang motor. Namun sia-sia belaka.

Maka, kudorong motor menuju bengkel yang terletak di sebelah warung tersebut. naasnya, sang pemilik bengkel sekaligus satu-satunya orang yang bekerja di bengkel tersebut sedang sakit, tertidur dan tidak mau diganggu. hweleh... Akhirnya kuputuskan membawa motor ke arah perempatan jalan di bawah. mendorong mengikuti jalan turunan, menyerahkannya pada para petugas bengkel, dan meminta kartu nama mereka, agar mudah kuhubungi.

Kulihat, ada wadah / tempat bagi orang meninggal yang akan di aben di Setra Adat desa Bualu akan bergerak menuju kuburan. Hmmm, harus segera bergerak pula, agar tidak berada di belakang rombongan masyarakat tersebut, atau alamat bakal terhambat perjalananku semakin lama. Bergegas berlari menuju ke Jalan Raya Dharmawangsa, berharap barangkali salah satu sahabatku sedang melintas dengan mobil atau motor. beberapa murid STPNDB Ekstensi melintas dengan motor mereka. Kulambaikan tangan, dan, seorang mahasiswa berhenti. Seorang anak lelaki, mengenakan jaket hitam, terlihat seragam putih hitam menyembul.

Kutanyakan padanya, apakah boleh aku menumpang hingga kampus STPNDB. Setelah dia mengiyakan, aku melompat naik ke boncengan. Padma namanya, anak semester 1 di DIII MPH. Dia berasal dari Karangasem, tinggal bersama pamannya di Sesetan. Hmmm, banyak muridku yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia, bahkan dunia, dan tinggal di berbagai tempat, tidak hanya di Nusa Dua saja, bahkan diDenpasar, pp dari Tabanan, Gianyar. Sungguh sebuah perjuangan mewujudkan cita-cita mereka.

Tiba di kampus, kudapati info dari pak Dewa STA, kelasku sudah dibubarkan olehnya, karena dikira aku takkan bakal kembali ke ND. Hwhoooaaaa. Padahal, aku sudah berusaha maksimal untuk mengikuti dan melangsungkan kuliah di kedua kampus ini, baik UNUD dan STPNDB dengan sebaik mungkin.... Hmm, sudah lah, akan kuganti pertemuan kali ini dan menjadwal kembali kuliah ku dengan mereka.

Kuselesaikan beberapa bimbingan skripsi yang terletak di meja, semoga mereka bisa segera selesaikan ini, dan maju ujian sidang akhir Agustus nanti. Lalu beberapa bimbingan pribadi dengan beberapa murid yang hadapi konflik pribadi mereka, entah dengan sahabat, dengan keluarga, dan berkaitan dengan tugas-tugas mereka lainnya. Ada yang mengeluhkan, dituntut untuk menikah bulan depan, sementara dia masih ingin menyelesaikan sekolahnya, berkumpul bersama para sahabat, ada yang mengeluh tidak pernah cukup punya uang, ada yang bersedih karena pacar berselingkuh. Hmmm.

Dan, berikutnya adalah, menyelesaikan mengetik laporan dan sertifikat bagi 53 teman yang telah mengikuti Seminar Sehari mengenai Penjaminan Mutu STPNDB yang diselenggarakan PPM hari Kamis 5 Agustus 2010 lalu di Genitri dengan pembicara Prof. Windia dari UNUD.

Lalu, berpikir tentang cara menuju bengkel kembali, untuk mengambil motor tercinta yang telah selesai di reparasi. Sudah kuhubungi mereka, dan cukup membayar 20 ribu rupiah, katanya. Ada kabel yang terlepas sebagai sambungan dengan sepul pengapian. Hmm, aku suka mengendarai astrea 800 ku. Cukup 3 liter bensin untuk menempuh jarak Nusa Dua - Denpasar setiap harinya. Kampus menyediakan beberapa bus dan mobil kecil untuk mengangkut para karyawan dari dan ke kampus, tapi aku lebih senang mengendarai motor. Praktis dalam menembus macetnya jalan raya.

Duh, Hyang Widhi, Semoga hidup akan berjalan dengan smakin baik dari hari ke hari, bersyukur atas setiap anugerah yang telah engkau berikan, baik susah maupun senang, baik jelek maupun bagus, baik kurang maupun lebih, baik sedikit maupun banyak, karena, masih jauh lebih banyak yang menderita dibanding diriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar