Minggu, 20 April 2014

Kekuatan kasih yang menguatkan kita.... Aku belajar dari cinta sepasang lansia @RSUD Tabanan hari ini





Karena keluarga adalah awal dari jutaan jejak langkah kita di dunia, maka, luangkan sejenak waktu bersama keluarga, meski tak selalu bisa bersama di setiap jejak langkah kita.....

Sabtu pagi. Setelah tuntas dengan urusan keluarga di rumah mungilku, aku berangkat menyusuri jalan raya di pagi hari, menuju Batuaji, Kerambitan, Tabanan. ingin mengunjungi keluarga dan sekaligus menghantarkan Dw Biyangku kontrol gula darahnya di RSUD Tabanan. Mampir sejenak di RSUD Tabanan hanya untuk mengambil nomer antrian, aku dapatkan nomer urut 126, kembali kulanjutkan perjalanan menjemput Dw Biyang untuk kembali ke RSUD.

Suara burung bernyanyi dengan pemandangan hijau sawah, air gemericik mengalir di kali, aroma segar suasana alam desa, sungguh, sebuah santapan rohani damai di pagi hari. Kujumpai beberapa perempuan desa mebanten saiban, menghaturkan banten sebagai pertanda syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa masakan terhidang bagi keluarganya hari itu.

Kami tiba di RSUD Tabanan pada pukul 8.30 pagi. Baru pendaftar nomer 50 yang dipanggil untuk mencek kelengkapan berkas sebelum lanjut ke bagian Poli. Ehm.... lumayan lama. Aku duduk bersandar di kursi, dan tertidur nyenyak tanpa kusadari. Terjaga pukul 9.10, sudah tiba pada nomer antrian 115. Kuberikan kursiku pada seorang ibu yang menggendong bayi perempuan lucu, "Anak saya sudah demam 3 hari ini" Ujarnya terbata, sambil menjelaskan, dia dapatkan uang pinjaman untuk menghantar bayinya berobat ke RS.

Di samping meja antrian, seorang pria tua tertunduk..... "Saya dapat nomer antrian 295, istri saya sakit, muntah-muntah semenjak kemarin. Ujarnya sendu..... Ah, tak tega aku menyadari dia mungkin masih harus antri berjam-jam sebelum nomer antriannya tiba. Ku ambil berkas Jamkesmas dan surat rujukan Puskesmas yang dimilikinya, dan kujadikan satu dengan berkas Dw Biyang yang kubawa, segera kuangsurkan pada petugas bagian pendaftaran, aku berteriak lantang "Nomer 125 !!, berkas pendaftaran untuk dua orang !". Petugas pendaftaran menerima, dan mulai memproses berkas kami. Setelah tuntas, kuberikan berkas kepada bapak tua tersebut.

Baru kemudian kusadari, bapak tersebut bernama Ketut Putra, dari Timpag, Desa Tunjung. Dia menuntun istri tercinta yg berjalan dengan sangat perlahan, bergerak menuju Poli Dalam. Istrinya, Ni Made Cita, di periksa darahnya, sedang Pak ketut Putra, diperiksa kadar gula darahnya, karena dia juga mengidap penyakit diabetes.

Ah, kasih sayang...... Siapa yang berani meragukan kekuatan sebuah cinta? Aku berharap, cinta kasihku akan abadi seperti cinta mereka berdua, hingga usia senja, hingga kematian memisahkan kita....

1 komentar:

  1. Salut sama ibu yang bagaikan malaikat! Thanks for sharing... bukan hanya cerita tetapi juga rasa bahagia ketika kita bisa membantu sesama...

    BalasHapus