Selasa, 18 Desember 2018

Sapunapi Gatra, Guru Neka ?


JMK Pande Wayan Suteja Neka mendapat penghargaan “Suksma Bali Award 2018” dalam acara Suksma Bali Night 2018, yang diselenggarakan oleh Paiketan Krama Bali. sebagai tokoh Bali yang menjadi pilar dan menopang pelestarian budaya Bali, terutama lukisan, patung, dan keris. Penghargaan diserahkan oleh Staf Ahli Kementerian Pariwisata, Prof. Dr. I Gde Pitana, atas nama Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya, bagi sebelas tokoh Bali yang dianggap sebagai tokoh inspirator dan juga berkontribusi bagi pemberdayaan masyarakat di berbagai aspek kehidupan di Bali. Pemberian penghargaan bertempat di Nusa Dua Convention Centre, pada hari Minggu, 16 Desember 2018.
 
 
Sebelumnya, JMK Pande Wayan Suteja Neka juga memperoleh penghargaan dari Pemerintah Jepang, yang disampaikan oleh Konsul Jendral Jepang di Bali. Penghargaan ini disampaikan dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan baik yang terbina antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Jepang. Hubungan Diplomatik yang telah terbina baik selama ini membuat Pemerintah Jepang memberikan penghargaan pada beberapa organisasi maupun perseorangan yang dianggap memberikan kontribusi positif bagi kedua Negara. JMK Pande Wayan Suteja Neka dianggap sebagai tokoh yang banyak berkontribusi bagi pengembangan hubungan baik kedua belah Negara melalui seni budaya. Penghargaan yang disampaikan kepada dua belas tokoh dari kedua Negara pada tanggal 11 Desember 2018 oleh Konsul Jendral Jepang di Denpasar, yakni Hirohiza CHIBA yang baru bertugas semenjak akhir bulan Mei 2016, di Ayodya Hotel Resort and Spa di Nusa Dua.
 
 
Hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa untuk tahun 2018 ini, empat penghargaan telah diperoleh JMK Pande Wayan Suteja Neka, yang terkait dengan seni. Pertama, dalam rangka merayakan hari jadi ke dua belas Bali Vila Association, sebagai tokoh yang menerima penghargaan Tokoh Pariwisata Bali, yakni Dr. Ir. AAP Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc., AAG Yuniartha Putra, SH., MH., Hermawan Kertajaya, I Nyoman Giri Prasta, Dr. Ir. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si., I Made Sudjana, SE., MM., CHT., CHA., I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, SE., MBA., Ir. I Made Badra, MM. Pande Wayan Suteja Neka, Drs. I Gede Ardhika, dan I Gusti Agung Prana (Alm) yang menerima “Lifetime Achievement”. Para tokoh ini dianggap telah memberikan kontribusi nyata serta dedikasi yang konsisten bagi perkembangan pariwisata di Bali, khususnya, juga di Indonesia, bahkan di dunia. Penghargaan disampaikan pada hari Kamis, 26 Juli 2018, bertempat di Kriya Gosana Puspem Badung, sekaligus mengukuhkan Bali Villa Association sebagai “The DNA of Bali Quality Tourism” dengan penguatan terhadap kualitas produk, pelayanan dan pengelolaan, dalam mewujudkan Pariwisata Bali yang berbudaya, berkualitas dan berkelanjutan..
 
 
Berikutnya berupa penghargaan Bali Mandara Parama Nugraha 2018 oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika kepada enam tokoh Bali, I Wayan Sidja sebagai tokoh seniman, I Nyoman Nuarta sebagai tokoh seniman, Pande Wayan Suteja Neka sebagai tokoh budaya, ABG Satria Naradha sebagai tokoh pers dan media, Ketut Bangbang Gde Rawi sebagai tokoh astronomi yang mengawali lahirnya kalender Bali, Grace M. Tarjoto sebagai tokoh pertanian, khususnya beras Bali, disampaikan pada hari Selasa, tanggal 28 Agustus 2018 di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Art Center, Denpasar.
 
 
Pande Wayan Suteja Neka telah sering mendapatkan penghargaan atas kontribusi beliau dalam bidang seni budaya di negeri ini. Salah satunya adalah penganugerahan atas pengabdian tiada henti sepanjang hayat “Lifetime Achievement Museum Awards 2014” yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disampaikan oleh Wakil Menteri Bidang Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D. Beragam penghargaan yang diperoleh membuktikan kompetensi dan kualitas dalam bidang seni budaya, tidak hanya di Bali, namun juga Nusantara, dan bahkan dunia. “Tapi saya tidak ingin berhenti hingga disini. Saya ingin tetap aktif belajar, memberikan kesempatan pada banyak orang untuk belajar disini, ingin menjadi berguna, dan dikenang banyak orang. Ingin karya-karya ini dikenang selamanya”….
 
 
“Prestasi saya tidak mungkin terjadi tanpa bantuan dan motivasi dari istri tercinta secara terus menerus, Ni Gusti Made Srimin. Tidak mudah untuk mengawali langkah dalam mendirikan, mengelola dan mengembangkan Museum. Sungguh sebuah perjuangan yang menuntut perhatian, menguras emosi, juga banyak materi demi mewujudkan idealisme kami bersama”, Tutur JMK Pande Wayan Suteja Neka yang terlahir pada tanggal 21 Juli 1939 ini sambil mengenang masa-masa awal berdirinya Museum Seni Neka dan perkembangan Museum Neka selanjutnya.
 
 
Beliau kemudian menjelaskan beberapa karya yang menjadi perlambang kisah cinta sejati nan abadi antara JMK Pande Wayan Suteja Neka dengan Gusti Made Srimin, seperti “Cinta Abadi” karya Srihadi Soedarsono pada tahun 2000, dan “Saling Pandang” karya Abdul Azis.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar