Jumat, 30 April 2010

Espresso, Capuccino, hingga Racikan Kopi Kreasi...

Setelah selesai ngecek perkembangan data wisuda, beranjak gabung kelas Yoga Asanas di Wantilan kampus, nikmati rujak bareng teman di ruang ADH, aku beranjak ke Genitri. Hari ini Mahasiswa Diploma IV Administrasi Perhotelan semester 8 melaksanakan program APM mereka. APM adalah inisial bagi istilah Aplikasi Manajemen, dimana mereka harus merancang, melaksanakan dan mengevaluasi sebuah Program yang mereka susun bersama teman sekelas. Mereka memilih topik Bali Barista Competition, ajang uji kompetensi mengenai kopi. Ada 22 peserta yang mengikuti seleksi awal ini. Mereka berasal dari berbagai derah di Indonesia, dari berbagai kedai kopi terbaik.

Kulihat, dua mesin kopi berjejer di atas meja. Peserta maju satu demi satu ke depan para juri yang duduk berjejer berempat, sementara dua pakar kopi berdiri mengamati proses yang dilakukan peserta. Peserta menghidupkan mesin penggiling biji kopi, lalu bubuk kopi keluar dari bagian bawah mesin, ditampung pada sebuah cawan yang lalu dimasukkan kembali pada mesin pengolah bubuk menjadi cairan kopi. Cairan kopi ini ditampung pada gelas-gelas yang telah tersedia, tertata dengan rapi berisi berbagai hiasan.

Kopi ekspres, merupakan kopi murni, yang proses penghidangannya tidak boleh lebih dari lima menit. Kopi cappucino, dan kreasi berbagai kopi dengan campuran rasa lain, seperti moka, susu, jasmine, wine, avocado, diberi whipped cream, cokelat parut, strawberry, dan berbagai campuran lain.

Ah... penampilan berbagai peserta juga tidak kalah menariknya dengan berbagai uniform yang mereka kenakan, menunjukkan ciri khas tempat dimana mereka bekerja, organisasi atau perusahaan yang menaungi mereka. Ada yang mengenakan bandana, dengan udeng, juga sarung yang dikenakan, logo pada seragamnya, dan tanda peserta tergantung di pakaian yang mereka kenakan. Mereka hanya diperbolehkan didampingi oleh satu asisten selama mengikuti lomba. Tugasnya untuk membantu proses persiapan, dan merapikan hasil kerja sang peserta lomba.

Seleksi peserta hingga menjadi enam orang diperkirakan baru akan berakhir malam hari. Namun aku mohon pamit pukul tiga sore. Beberapa urusan harus kuselesaikan segera di tempat lain.

Hmm, jadi terbayang, bahwa sering kopi yang kuminum hanya lah kopi tubruk. Ambil kopi satu sendok, gula pasir satu sendok, tuang air panas, selesai sudah... Ini, benar-benar perlakuan istimewa bagi kopi. Memanjakan para penikmat kopi. Benar-benar harga yang setara bagi secangkir kopi yang tersaji di cafe ternama seharga puluhan hingga ratusan ribu bagi beberapa orang.

Ah, sayangnya, tidak semua muridku saksikan ini. Tidak semua rekan pula sempat lihat ini. Sebuah pengetahuan yang bakal membuka cakrawala dunia mengenai kopi, sayang sekali untuk dibiarkan terlewat begitu saja secara percuma. Kurang promosi? Kurang koordinasi? Terlalu banyak berbarengan dengan acara lain? dari presentasi kurikulum, rapat, berbagai kegiatan lainnya, ah....

3 komentar:

  1. Wah, minggu depan saya balik ke Bali (Galungan), kira-kira masih ada ga ya kopinya :)

    BalasHapus
  2. Slalu ada kopi tersedia, dari yg gratis an, hingga yg ratusan ribu, dari kopi bali aseli, hingga yg di Starsbuck Cafe.... Ga terjangkau, Pak Dokter. Saya sekeluarga sih cukup kopi tubruk...

    BalasHapus
  3. Ha ha..., aih-aih, saya kalau ke Ambarukmo Plaza cuma cium aroma wangi kopi di Starsbuck, kan gratis :D

    BalasHapus