Jumat, 08 Februari 2013

Puja bersama Sang Budha di malam hari, 8/2/2013



Sudah lama nian, tidak lagi bersembahyang bersama dengan anak2 ku, Putu Singgih Permana, dan Mayshia Kalyani. Lumayan lama waktu berlalu, dan kesibukan mengganggu konsentrasi untuk berkumpul bersama. Malam ini, kami meluangkan waktu sejenak, mencari tempat meditasi terdekat. 


Masih dalam rangkaian berbulan madu mereka, pengantin baru ini gemar melakukan puja dan mengunjungi tempat yang bisa memberikan kedamaian bagi mereka berdua. Semoga.... kabijaksanaan dan kedewasaan menemani setiap jejak langkah kalian, anak-anakku terkasih.






"Vihara yang di pinggir sungai itu....." kataku menawarkan pada mereka berdua. Dan, pukul 8.30 malam, kami berjumpa di Pusdiklat & Vihara Buddha Maitreya, yang terletak di Denpasar Barat ini. Dua hari lagi adalah perayaan Imlek / tahun baru Lunar / Gong Xi Fa Choi. Aku tidak ingin situasi ramai pengunjung yg mungkin mengganggu konsentrasi bersembahyang. Hal ini yang membuatku menghindari hari raya untuk bersembahyang di tempat yang kutuju untuk memusatkan konsentrasiku.




Berbekal canang, dupa, dan niat tulus suci, kami berkunjung ke sana. Disapa ramah oleh bapak petugas keamanan. Sungguh beruntung, beliau bersedia sekaligus menjadi guide bagi kami. Pertama, kami bersujud berdoa di penunggun karang di bagian Utara Vihara tersebut. Kemudian bergerak masuk ke bagian dalam. Lantai pertama. Berdoa kepada Dewa Surya. manifestasi Tuhan sebagai Penerang, memberi cahaya dan membimbing setiap umatnya.



Pada lantai satu ini, beragam relief yang ada di bagian dalam bangunan, di sisi sebelah kanan, melambangkan ke 12 dewa sebagai manifestasi dari Dewi Kwan Im, sedang di sisi kiri, terdapat 12 relief yang melambangkan ke 12 dewa sebagai manifestasi dari Dewa Sam Poo Khong.

Berikutnya, kami menghaturkan sembah puja bagi dewa Sam Poo Khong. Berwujud Jenderal Perang Cheng Ho lebih dikenal dengan gelar Sam Po Kong /Sam Po Toa Lang atau Dewa Tiga Pusaka atau Tri Ratna.... Pak Nyoman menjelaskan, Beliau adalah dewa sumber rejeki, perlindungan dan kedamaian.

Kami kemudian melakukan puja bagi Dewi Kwan Im, yang, oleh wikipedia disebutkan bernama lengkap  Kwan She Im Phosat, dengan istilah dalam sanskerta, Avalokitesvara. Awalokiteswara diyakini sebagai dewi dengan sifat welas asih, manifestasi dari Sang Budhha. Diianggap bodhisatwa yang paling dimuliakan dalam aliran Buddha Mahayana. Awalokiteswara juga seringkali digambarkan sebagai seorang dewi yang dikenal sebagai dewi Kwan Im. Namun, dalam mitologi Tao,  asal mula Kwan Im memiliki kisah yang berbeda dan tidak ada sangkut pautnya dengan Awalokiteswara. Di India, Awalokiteswara juga dimuliakan dengan sebutan Padmapāni ("Pemegang bunga teratai"), Lokeswara ("Tuan di Dunia") atau Tara. Dalam bahasa Tibet,  Awalokiteswara dikenal sebagai Chenrezig,  dan dipercaya sebagai reinkarnasi Dalai Lama, the Karmapa, dan para Lama terkemuka lainnya.  Di Mongolia, ia dikenal sebagai Megjid Janraisig, Xongsim Bodisadv-a, atau Nidüber Üjegči. Hmmm, sungguh, sebuah budaya yang maha luas, bordesless world jua......



Dan, puja terakhir di lantai satu, bagi Sang Buddha...... Di sisi bagian dalam ruang ini, terdapat ke 12 shio yang ada di dunia, yang mempengaruhi situasi dan kondisi seseorang. Hmmm. Tuntas bersembahyang dan bermeditasi, ku hampiri shio ku. Ayam Jago..... Damai yang terasa hadir, membuat kami enggan meninggalkan ruang yang memberi ketenangan ini.




 Berikutnya, kami menuju ke lantai dua. Pak Nyoman masih menemani kami. Kami temui Ibu tua yang berbincang ramah pada kami. Beliau berkata, "Datanglah lagi kemari...... karena dengan berkunjung kemari, sama pula artinya dengan pulang ke rumah sendiri......". Duh, Home Sweet Home, ya Bu Tsu Tjien, dari Palembang, yg sedang ngaturang ngayah jelang Gong Xi Fa Choi.....

Masuk ke ruang maha luas tersebut, kami bersimpuh dan bersila, bersamadi sejenak, merasakan semilir angin yang menerpa tubuh, memanjatkan puja dan puji pada kebesaran Tuhan, yang hadir dalam beragam karya manusia. Sungguh...... betapa kami kecil di mata Mu.





Tuhan...... 
Aku merasa lumpuh layu.... Kubawa semua keluh kesahku, sedih dan amarahku, emosi dan segala hasrat ini, menyesak dan menyiksa dalam rupa sosok manusia. Aku merasa, belumlah apa-apa. Dan ingin selalu merengek pada Mu, bagai anak manja, bagai, seorang balita.

Tuhanku..... 
bahkan aku, kehilangan kata untuk bercakap pada Mu......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar