Rabu, 02 Februari 2011

Bertahan, Atas Nama Cinta


Pulang kerja, setelah selesai kelas malamku di STPNDB, pukul 18.00 wita. Kali ini, DIII Manajemen Perhotelan, semester 6, dan mata kuliah yang kupegang adalah Human Resources Management. Ini adalah pertemuan pertama kami. laptop yang kubawa tidak berhasil connect dengan LCD yang memang telah tersedia di masing-masing ruang kuliah kami. Demikian pula dengan laptop dosen yang mengajar sebelumnya, IB Putu Puja. Hmmm, berarti, there is something wrong with the LCD lah.... bukan laptop kami yg bermasalah. Masih untung, kubawa beberapa lembaran transparansi cadangan. Toh, the show must go on, bukan? Masih bisa nge wayang di kelas. Sebelum mereka dapatkan hand out yang jadi hak mereka.

Pukul enam sore, bergerak menuju parkiran dalam situasi cuaca hujan lebat, langit hitam menantang. Kukenakan jas hujan menutupi ransel doraemonku. Hmmm, mengapa disebut ransel doraemon? karena segalanya bisa masuk di dalam tas ranselku ini. Laptop, berbagai buku, map, kotak pensil, jaket yang selalu setia menemani, dan camilan, sekedar permen. Kustarter motor, dia tidak hidup. Ehm.... mungkinkah bensinnya? kucoba dorong ke luar lingkungan kampus, melewati se kelompok mahasiswa yang coba berteduh di bale bengong, menanti jemputan, dan menunggu hujan reda, karena mereka tidak membawa jas hujan.

Hujan turun deras.... Bersyukur, jalan kampus menurun menuju ke arah pedagang bensin yang kukenal. jadi memudahkan untuk duduk diam di atas motor, dan.. meluncur turun. Tiba di tempat pedagang bensin eceran, tanki bensin dibuka, ternyata, bensin masih terisi se perempatnya. Hmmm, berarti masalahnya ada pada busi yang basah. Cukup mengisi bensin Rp 10.000, kulanjutkan perjalanan menuju Denpasar. Jalanan digenangi air semata kaki, harus rada berhati setiap ada bis atau mobil, bahkan, motor yang melintas. Cipratan air bisa mengenai tas ransel dengan laptop di dalamnya.

Menyusuri jalan raya By Pass Ngurah Rai, tiba di seputran lokasi Perumahan Taman Mumbul, motor kembali mogok. Hwaduh.... terlambat menarik gas sekuat tenaga. Kupinggirkan motor, mencoba melirik dimana gerangan ada bengkel yang masih buka pada pukul 18.30 malam begini... Kudorong motor perlahan, menikmati butir hujan yang deras membelai pipi. beberapa bengkel kulihat, namun pemilik atau pegawainya tidak terlihat, bahkan, pintunya sudah tertutup rapat. "Sudah pulang, tidak tinggal disini" Itu kata-kata yang kudengar dari orang2 yang kutemui di dekat bengkel tersebut.

Aaarrrgh, terpikir untuk menitipkan saja motor ini di halaman parkir, namun, dimana? Lalu, bagaimana aku bisa pulang kemudian? Keesokan harinya, bakal harus mengurus motor lagi. Hmmmm. Kupinggirkan motor untuk berteduh sejenak. Ada 4 orang pria lain yang juga sedang ikutan berteduh disana. Seorang pemuda, pegawai sebuah hotel, yang juga baru selesai bekerja, seorang pemulung barang bekas, seorang pemuda lain yang acuh tak acuh memperhatikan sambil terus memencet tuts HP, dan seorang lagi yang sedang tertidur. Si pemuda membantu mencoba menghidupkan motorku. Setelah 15 menit, tetap gagal. Dan, perlahan, mereka mulai merangsek mendekati. Hmmm, firasatku mulai tidak enak. Segera kugantung ransel di bahu, kukenakan jas hujan, dan, ngeloyor pergi, setelah tak lupa mengucapkan terima kasih pada semua. Kembali, hujan deras membasahi tubuh dan baju yang sudah basah kuyup. Swaha, Hyang Widhi..... astungkara atas segala berkah yang kuterima saat ini.

Akhirnya, setelah, bengkel ke lima, kulihat, masih ada sebuah bengkel yang masih buka. masih harus antre 10 menit lagi, sebelum mobil, eeiitts, motor ku dikerjai oleh mereka. Cukup ganti busi, dan motor kembali melaju di jalan raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar