Sabtu, 05 Februari 2011

Sabtu Heboh, 5 Februari 2011


Setelah Yudha tiba dari sekolah pukul 11 siang, aku dan simbok bersiap berangkat ke Sepang. Hujan gerimis tidak menyurutkan langkah kami. Ibu nya melahirkan bayi lelaki hari Kamis, 3 Februari, di RSU Singaraja. Dia telah 5 tahun bersama kami, dan, tidak etis lah, jika tidak luangkan waktu membesuk orangtuanya yang sedang berbahagia karena mendapatkan tambahan anggota keluarga baru.

Kukenakan jas hujan, dan kami mulai menyusuri perjalanan panjang kami. Bergerak menuju Tegal Lantang, melewati SMP I Kuta Utara, berbelok ke jalan raya Dalung, Pura Sadha Kapal, dan tiba di jalan raya Denpasar - Gilimanuk. Hujan gerimis yang turun membuatku harus ekstra hati-hati dalam menjalani perjalanan ini. Beberapa kali kami temui kendaraan yang terperosok di jalan karena licin jalanan.

Berbelok di jalan desa menuju kawasan Hutan Yeh Leh Yeh Lebah, yang masuk dalam wilayah desa Bading Kayu, hujan tetap tidak ramah. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30. Hmm, masih satu jam lagi kami tiba di Desa Dapdap Putih.

Setelah 2,5 jam perjalanan mengendarai astrea 800 menempuh jarak 275 km, akhirnya, kami tiba di pertigaan jalan di Desa Dapdap Putih. Aku berhenti untuk membeli bensin bagi motorku. Ayu masuk ke warung koperasi pada KUD Dapdap Putih ini. Tak lama kemudian Adik Ayu tiba dengan kendaraan roda duanya. Dari Kadek, adik Ayu, kuketahui, ibunya masih di RSU Singaraja. "Operasi" demikian jawabnya singkat. Hmmm, kuputuskan untuk tidak pulang kampung ke Desa Asah Badung, Pangkung Singsing, dimana rumah mertuaku berada. Waktu sudah menunjukkan pukul 14. Jalanan rusak parah tergerus air hujan, licn berkelok dan turun naik daerah perbukitan. Maka, kuputuskan, aku akan bergerak menuju Singaraja kota. Sudah kepalang basah dalam perjalanan. Dari Singaraja nanti aku akan langsung menuju Denpasar.

Maka, kembali aku berlari dengan motor tercinta, kali ini menuju Pupuan. Jalanan berkelok dengan guyuran hujan menerpa tidak menghentikan laju niat. Perlu waktu 30 menit berkendaraan sebelum kugapai Pupuan. Berbelok ke kiri, kembali kulewati jalanan yang mengarah ke kota Seririt. Tiba setelah menempuh guyuran hujan sepanjang 1 jam perjalanan menempuh jarak 150 km, kuperlukan beberapa kali bertanya, sebelum tahu arah pasti menuju kota Singaraja. Ah....Total sudah 3,5 jam perjalanan mengendarai motor.

Dan..... 1 jam kemudian, tiba di depan RSU Singaraja, di jalan Ngurah Rai. Hmmm, kuparkir motor di halaman depan, dan bertanya, di mana bangsal yang diperuntukkan bagi wanita yang baru melahirkan. Kutelusuri selasar di RS ini. Mencari Bangsal Melati. Dan, kutemui mereka sedang duduk di bale bengong, semacam tempat bersantai, di samping ruang Melati. Putu Ayu Widhi Antara, nama simbok yang telah 5 tahun tinggal bersamaku, kini usianya 21 tahun. Bapaknya, I Wayan Yasa, adalah anak dari Made Geloh, kerabat jauh suami. Dengan kata lain, Ayu adalah cucu kami. Ibu dari Ayu, Putu Trisnawati, melahirkan anak ketiga secara normal pada hari Rabu, 3 Februari 2011. Namun karena disertai dengan tindakan steril, maka dioperasilah dia.

Sungguh kuat ibu dari Ayu. Usianya baru 37 tahun. Wajahnya cantik. Sehari setelah melahirkan, sudah terlihat berjalan2. Namun memang begitu lah adanya. Aku juga waktu melahirkan kedua anakku, tanpa didampingi mertua dan orangtuaku, belum punya pengasuh bayi dan asisten urusan rumah tangga. Mau tidak mau, begitu habis melahirkan, keesokan harinya sudah mulai melakukan aktivitas. Manfaatnya adalah, elastisitas kulit terangsang untuk kembali dengan cepat, cepat pulih.

Pukul 16.30, kuputuskan untuk pamit pada mereka. Hujan yang masih turun memaksaku kembali mengenakan jas hujanku. Ransel kudekap di dada. Bergerak ke arah jalan raya Bedugul - Denpasar. Hujan kian deras, jalanan dengan seribu kelokan tajam dan gundukan bekas longsoran di sisi jalan. Hmmm, harus waspada pula terhadap kemungkinan adanya longsoran baru saat melewati jalan. Apalagi, kabut yang mulai menghadang pemandangan kami, hingga jarak pandang hanya 25 meter ke depan. Kulewati Danau Buyan dan Danau Batur. terus bergerak ke arah kota Denpasar..

Tiba di terminal pengisian bensin desa Perean, Tabanan, kuputuskan berhenti, mengisi bensin 3 liter lagi. Kulirik jam, sudah pukul 18.00. Kubeli 4 botol rujak tibah buat oleh2 bagi keluarga, seharga 5000 rupiah per botol, dari pedagang di samping terminal bensin tsb. Lalu mampir di sebuah warung nasi di depannya. Segelas besar teh hangat langsung tandas. Kulihat, betapa berkeriputnya tangan dan kakiku karena kedinginan dan kehujanan sedari Denpasar - Sepang - Pupuan - Seririt - Singaraja. Kupilih menu nasi campur, berisi ayam betutu, sayur daun ubi, lawar klungah, sop ceker ayam, dan se porsi sate kakul. Hmmm, lumayan menghangatkan diri setelah 7 jam perjalanan dengan ber hujan2 an. Tak lupa, kubungkus 2 porsi lauk pauknya pula, bagi keluarga yang sedang menanti di rumah. Lalu kembali menyusuri jalan menuju mengwi, pasar Beringkit, melalui Pura Sadha Kapal, Dalung, dan Gunung Soputan.

Pukul 8.30 malam, tiba di rumah dengan masih ditemani derai hujan tiada henti. Anak2ku menyambut sepenuh suka cita..... ah, Home sweet home again, dan again.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar