Minggu, 27 Februari 2011

Minggu 27 Feb 2011, ke Pura Luhur Pekendungan dan Tanah Lot


Pagi hari, suami beserta putra bungsu bergerak ke jalan Antasura. Hari ini mereka bersama iparku akan mengantar mertua yang bersikeras pulang kampung. Pukul setengah tujuh pagi, dengan menggunakan mobil kijang mereka bergerak menuju Singaraja. Asah Badung yang terletak di kecamatan Busung Biu. Putra sulungku masih tertidur. Setelah hari2 melelahkan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di sekolahnya, SMAN I Denpasar, dia butuh beristirahat.

Hmmm, setelah selesai mencuci baju keluarga, menyapu dan mengepel seisi lantai rumah, simbok selesai memasak, kuputuskan berangkat. Tiga bokor kecil banten, canang, dupa tersedia dalam tas plastik. Aku dan Ayu bergerak dengan sepeda motor. Kami menyusuri jalan tegallantang, menuju ke arah kerobokan, melewati desa Cemagi, desa Beraban, lalu jalan raya menuju ke Tanah Lot.

Tujuan pertama, Pura Luhur Pekendungan. Pura Kahyangan Jagat ini terlihat sepi dari para pengunjung. Bukan pujawali disini. Sungguh damai dalam balutan samadhi yang kami lakukan, memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Lalu kami beranjak ke Pura Luhur Tanah Lot. Ramai juga wisatawan, baik yang merupakan wisatawan domestik, maupun manca negara yang sedang berkunjung. Air sedang pasang, kami tidak mungkin menyeberang untuk tiba di Pura Luhur Tanah Lot, maka kami putuskan hanya sembahyang dari pura yg terletak persis dihadapan kami, di batas pinggir bibir pantai ini. Pura penyawangan bagi Pura Luhur Tanah Lot.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 saat kami selesai bersembahyang. Beranjak menuju Batuaji, di kecamatan kerambitan, kutemui Dewa Biyang sedang mengaduk bijih kopi di atas tungku. Sekujur kaki dan lengannya berisi boreh penghangat tubuh, juga di dahi. Ah... beliau sedang sakit perut, dan berharap, boreh dapat menghangatkan tubuh dan mengobati sakitnya.

"Andai, datang pagi pukul 6 tadi, khan bisa ikutan melasti ke segara, pantai Kelating" Ujar dewa Biyang, yang merupakan adik kandung bapak. Eh hehe. Urusan keluarga dan kerja, terkadang membuatku susah mengikuti jadwal kegiatan di kampung. Hmmm, maafkan saya, Dewa Biyang.... telah mengecewakan dengan tidak bisa ikut serta. Melasti kali ini di Desa Pekraman Samsam berlangsung hari Minggu 27 Februari 2011. Melasti, atau Mekiyis, atau melis, merupakan sebuah rangkaian upacara, dimana berbagai benda pusaka dan sarana upacara / upakara disucikan dengan membawanya ke pantai.

Kemudian ku telpon emak di Pontianak. Ternyata, di Pontianak juga sedang diadakan upacara melasti ke pantai Kijing. Adikku dan seluruh umat Hindu yang berada disana dan memungkinkan untuk ikut serta dalam rangkaian upacara tersebut.

Ah, berbagai cara dan sarana umat Mu memuja dan memuliakan kebesaran Mu, Tuhan. Jangan pernah sedetikpun engkau meninggalkan kami. Bantulah kami menjalani ini dengan sebaik mungkin, se dekat mungkin, pada Mu. Swaha.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar