Selasa, 01 Februari 2011

Gong Xi Fat choi


http://sosbud.kompasiana.com/2011/02/02/imlek-slow-but-sure-revolusi-china-di-tengah-kita/

Pengamat sosial...Lahir 1 Nopember 1965, di RI. . Memiliki atensi yang besar terutama menyangkut masalah sosial, disiplin dan penegakan hukum. Skala Prioritas saat ini adalah ketat menerapkan dan menegakkan UU, Peraturan dan Hukum di dalam Negeri dan Tegas dalam Politik Luar Negeri Salam, abanggeutanyo.

Imlek, Slow But Sure. ‘revolusi’ China di Tengah Kita

OPINI | 02 February 2011 | 06:49 47 0 Nihil

Tenang tapi pasti. Inilah kata-kata yang paling pas -menurut penulis- tentang munculnya eksistensi budaya China yang kita kenal dalam Agama Konghucu dan Budha di tengah-tengah kita. Fenomena ini dapat kita lihat dan rasakan dalam beberapa dekade terakhir, betapa terasa positioning seluruh budaya China hadir di tengah-tengah kita dengan sangat terbuka.

Hadirnya budaya China sudah ada sejak dahulu kala. Kalau tidak salah, sejak tahun 1700-an budaya China telah dikenal di Indonesia, terutama di daratan Kalimantan, tepatnya di Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat yang kemudian mendirikan Republik Lanfang dengan pemimpin pertamanya adalah Low Lan Pak (1777).

Meskipun Republik Lanfang itu akhirnya runtuh pada 1884 (bubar karena salah satunya perbedaan pendapat dalam joint venture atau perkongsian dalam pengurus terasnya) namun Republik ini mampu bertahan 107 tahun. Lebih lama dari usia kemerdekaan Republik Indonesia saat ini ( baru ke 66 Tahun). Selanjutnya dari sini berkembanglah populasi dan komunitas China dengan penyebaran lebih lanjut di seluruh Indonesia.

Mulai lah budaya China berevolusi dan mereposisikan dirinya dalam kultur budaya Indonesia di seluruh pelosok Indonesia. Pada awal-awal kemerdekaan RI hingga orde baru, kita belum terbiasa dan mengenal budaya China secara terbuka. Barulah pada masa pemerintahan KH Abdul Rahman Wahid kita seperti terbelalak melihat eksistensi budaya, komunitas dan agama China (Konghucu dan Budha yang paling dominan) ternyata mampu memberikan pesan damai kepada seluruh bangsa dan agama di seluruh Republik Indonesia.

Pelan-pelan kita telah mengenal beberapa istilah, antara lain Barongsai sebuah permainan atraktif dan inspiratif yang diyakini mampu memberi rezeki kepada daerah tau tempat yang mereka singgahi baik perumahan maupun pertokoan atau tempat usaha (jualan).

Kita juga mengenal Hangbao atau Angpao yaitu amplop merah berisi hadiah (uang atau benda lainnya) baik yang digantung di pepohonan maupun di teras rumah, bahkan diberikan langsung oleh pemilik rumah.

Kita juga mengenal istilah Imlek, yakni penanggalan atau tahun China lengkap dengan simbol tahun dalam bentuk hewan-hewan terntentu yang melambangkan harapan dan kewaspadaan kepada penganutnya dan tidak terkecuali kepada siapa saja yang mempercayainya.

Kita mengenenal isitlah Festival Lampion atau Cap Go Meh yang merupakan tingkat persatuan dan kebersamaan yang tertinggi dalam komunitas China dan warga sekitarnya yang ikut berbahagia merayakannya. Tentu masih banyak hal-hal lain yang tak kalah penting dan tidak dapat disebutkan di sini satu per satu.

Kini, kita akan masuk pada penanggalan tahun 2562 pada tanggal 3 Februari 2011 besok. Kita akan meninggalkan tahun macan yang dianggap sebagai tahun yang penuh kewibawaan dan kerjakeras. Tahun Macan yang penuh liku-liku telah ditinggalkan, kita memasuki tahun Kelinci yang merupakan simbol hewan nomor 4 (empat) dalam sistem penanggalan China.

Tahun Kelinci dilambangkan dengan keramah tamahan, kelembutan, penyayang dan mengutamakan keluarga dan pertemanan akan disambut penuh suka cita. Bukan saja di selurh Indoneisa, bahkan seluruh dunia. Di Indonesia sendiri ternyata hampi seluruh provinsi dan kabupaten bahkan Kecamatan telah teradopsi dengan eksistensi dan dominasi budaya China, tidak asing lagi, bahkan ikut merayakannya sebagaimana merayakan Tahun Baru dan Natal.

Secara lambat namun pasti budaya China dengan segala ritual dan kesenian yang ada di dalamnya serta sejarah yang menyertainya telah menjelma menjadi sesuatu yang berharga untuk kita ketahui dan kita akui sebagai milik bersama. Dia telah hadir dengan utuh dan terbuka di tengah-tengah kita.

Imlek, sebuah representasi eksistensi budaya dan agama komunitas China di tanah air. Imlek telah mampu memposisikan dirinya sebagai sebuah refleksi kebersamaan, yakni refelksi kerukunan umat beragama di tanah air. Memberi pesan damai dan kebersamaan serta mencintai umat sesama ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa di seluruh dunia.

Jika kita telah mengetahui sejarah dan pola evolusi dan Revolusi budaya China seperti di atas sehingga mampu bersosialisasi dengan sejajar di tengah-tengah kita tak salah lagi, mari kita ucapkan selamat Imlek 2562. Gong Xi Fat Chai. 2562…

Semoga bermanfaat untuk semua

Salam Kompasiana

abang geutanyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar