Selasa, 27 November 2018

(2) Tirtayatra, 23 - 25 November 2018




Om dewakrtasyainaso awaya janam,
asi manusyakrtasi nama awaya janam,
asi pitrakrtasi namo awaya janam,
asyatmakrtasyaenaso awaya janam,
asyena sa’ enase waya janam,
asi yacchadam eno vidvamscakara
yacchavidvams tasya va ya janam asi.

Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu,
ampunilah dosa hamba terhadap sesama manusia,
terhadap orang tua hamba, terhadap teman hamba,
Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa.
Terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar.
Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.



Jum’at, tanggal 23 November 2018, pagi hari rombongan kami bersama bergerak menuju Lumajang. Menggunakan kendaraan Hiace yang dikemudikan oleh Ki Matra, sahabat sekaligus supir andalan untuk menggapai medan sukar dalam perjalanan yang kami tuju terkait Tirtayatra kali ini. Tidak ada yang istimewa, hanya niat tulus melakukan persembahyangan bersama, serta, jika bersyukur, dapat mengunjungi beberapa destinasi yang merupakan anugerah Tuhan yang terkenal indah.


Berhenti sejenak untuk bersembahyang di Pura Rambut Siwi. Rombongan kami beristirahat di Pantai Soka, sambil membuka bekal. Ibu Mangku Riyani beserta suami, menyediakan hidangan sarapan bagi kami, Ketupat, lengkap dengan kacang sahur, sayur ikan, telur asin. Sambil duduk di undakan tangga minimarket disini, kami menikmati makan siang bersama.



Perjalanan rombongan kami berjalan lancar. Setelah menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk, kami tiba di Ketapang pukul 12.30. Pukul 14.00 kami kembali beristirahat di salah satu SPBU di Banyuwangi, menikmati makan siang.


Pukul 18.30, rombongan tiba di Pura Mandara Giri Semeru Agung. Setelah beristirahat mandi sejenak, kami bersiap bersembahyang. Sempat kutemui Krisna, alumni Program Studi Bisnis Hospitaliti STP Nusa Dua Bali yang baru diwisuda 12 November 2018. Dia berdua bersama ayahnya, yang General Operation Finns Club. “Kami bergantian mengendarai mobil dari Denpasar. Akan mekemit sekarang di Pura, sebelum besok kembali ke Bali. Karena tanggal 26 November Krisna sudah mulai bekerja di Four Season”. Ujar ayahnya. 



Mereka adalah tipikal keluarga milenial. Pekerja yang spiritual, petualang yang senang bepergian, namun tanpa melupakan spiritual dan juga melakukan aktivitas bersama anggota keluarga. Hmmm. Kita semua adalah orang-orang milenial. Hidup di era modern, dengan kecanggihan teknologi dan informasi, bisa menentukan arah kehidupan, tetap bekerja, namun berupaya meluangkan waktu berkumpul bersama anggota keluarga atau sahabat, untuk melakukan perjalanan bersama.


Waktu menunjukkan pukul 20.30 saat kami selesai beristirahat makan. Perjalanan kembali kami lanjutkan. Rombongan terbagi dua, ada tambahan mobil avanza yang dikendarai oleh Arik Tohari, alumni Program Studi Manajemen Tata Boga STP Nusa Dua Bali, bersama bapak Eddy Hozaeny. Kami bergerak menuju Desa Argosari. Namun, terjadi insiden. Mangku Buda tertinggal di Pura setelah 15 menit mobil kami berjalan naik. Beliau sempat panik karena berpikir rombongan balik menuju Bali dan meninggalkannya seorang diri. Setelah beliau kembali bergabung bersama rombongan kami, kembali terjadi insiden. Mobil Hiace bermesin diesel tidak mau bergerak naik di tanjakan curam, km 10 menuju Desa Argosari. Rombongan sempat tertahan 30 menit untuk mengatasi hal ini. Syukurlah, akhirnya kami berhasil melanjutkan perjalanan kembali.



Tiba di Desa Argosari, kami langsung menuju Penginapan Wahyu. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Langsung istirahat tidur ?? ah, tidak. Kami masih lanjut berdiskusi bersama hingga jelang pukul dua pagi. Bapak Eddy berpamitan kembali ke Lumajang karena pagi hari harus membuka kegiatan. Dan, rombongan kami punya waktu dua jam sebelum pukul empat pagi, waktunya untuk bergerak menuju Puncak B29 menikmati sunrise, matahari terbit dari Puncak B29, yang dikelilingi oleh Gunung Semeru, Gunung Bromo, Puncak B30, Gunung Lemongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar