Rabu, 05 Desember 2012

Berpikir positif itu memang penting





Setelah seharian lelah dengan urusan kantor, aku pulang dan tiba di rumah pukul 3 sore. Kedua anakku tertidur lelap di pembaringan. Hmmm, terkadang mereka akur, adakalanya lain kali begitu ingin kujewer karena jadi biang beragam keributan di rumah mungilku ini. Sudah lama kami tidak bepergian bersama. Kesibukan kerja dan kuliahku, kesibukan mereka dalam beragam kursus dan sekolah, dan, minggu ini mereka sedang menghadapi ulangan umum. Sungguh, kami perlu lebih sering berkumpul dan pergi bersama.....

Waktu menunjukkan pukul 4 sore hari, tatkala kami berboncengan di atas motor hitam astrea grand milikku keluaran tahun 1993. Aku dengan berat tubuh "hanya" 75 kg, putra sulungku yang kini kelas III SMAN I Denpasar, dengan berat tubuh pula yang "hanya" 75 kg, dan putra bungsuku yang kini kelas V SDN 3 Padang Sambian Kelod, dengan berat tubuh "hanya" 40 kg.

Tujuan pertama kami adalah toko mobile phone di Imbo, istilah bagi jalan Imam Bonjol. Putra sulungku memiliki uang tabungan dari hasil kerjanya selama ini, dan dia berencana membeli Ipod sebagai modal kerjanya. Yup, dia sudah terbiasa melakukan beberapa pekerjaan dan menerima bayaran, mulai dari menjual hasil rancangan gambarnya, perbaiki handphone dan komputer, sablon dan jual baju kaos, menanggap beberapa proyek fotografi bersama teman-teman sekolah demi beberapa event kecil. Well, kedua anakku terbiasa dengan ide-ide kreatif yang mereka lakukan. Si bungsu, misalnya, dia pernah berjualan asesoris bagi teman-temannya, menggalang penjualan es jus di perumahan kami.

Dan, setelah mendapatkan Ipod yang diinginkannya seharga 5,2 juta, meski bekas, namun masih dalam kondisi prima tersebut, kami segera berlalu dari toko tersebut.

Tujuan kami berikutnya adalah Rimo electronic trading center. Printerku sudah tidak bisa diandalkan lagi. Sudah dua tahun mengabdi bagi kami. Dengan aku sedang menempuh pendidikan S3 di Program Pascasarjana Universitas Udayana, Program Studi Kajian Budaya, demikian pula halnya suamiku yang kakak kelasku di sana, kedua anakku yang aktif mencetak beragam pekerjaan mereka, kami butuh mesin printer baru. Mungkin, hanya akan kubeli yang biasa saja, sesuai dengan isi kantungku yang tak seberapa.

Satu jam berkeliling dan memantapkan pilihan kami, kami dapatkan printer HP yang lumayan tangguh ini menurut penjualnya. Hehehe, dimana-mana memang kecap selalu nomer satu, numero uno, gak ada duanya. Tuntas perjalanan hari ini, kami bersiap untuk pulang.

Bertiga berboncengan di atas motor tuaku, dengan aku yg mengendarai setang motor, laju kendali motor smakin berkurang, dan.... ternyata ban motor pecah. Hmmm, sungguh, berat beban yang harus ditanggungnya, 200 kg berat beban kami bertiga, belum lagi ditambah dengan ransel beratku, mesin printer....... Hehehe, maafkan kami, sang motor tercinta.



Perlahan kami berbalik arah, mencari tukang tambal ban pada pukul 8 malam memang sungguh tidaklah mudah. Astungkara...... seorang penambal ban dengan mengendarai motor sedang bersantai di depan Rimo Electronic Trading Center. Andi namanya. Bapak muda dari seorang putri, berasal dari Banyuwangi, dia mengambil posisi jabatan yang sering tak dianggap oleh orang banyak ini, penambal ban. Namun dia bisa memperoleh hingga Rp 150.000 per malam, dengan bekerja dari pukul 5 sore hingga larut malam.



Dan yang lainnya lagi..... aku bersama kedua anakku bisa menikmati kebersamaan kami dengan sungguh-sungguh terasa, dari berbelanja bersama, bepergian bersama, mejeng dengan duduk di pinggir jalan bersama, sambil memandangi kendaraan yang berseliweran di jalan raya Diponegoro ini, menanti sang motor di tambal bannya.



Astungkara....... Berpikir positif dan mampu memahami makna indah yang hadir di balik setiap peristiwa.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar