Jumat, 05 November 2010

Puja Trisandhya bareng Emak, dengan Simbol dan Sarana Memuja Tuhan


Ekaaksaram param brahman

Praanaayaamah param tapah.

Saavitryastu param nasti

Maunaat satyam visisyate.

(Manawa Dharmasastra II.83)

Maksudnya: Aksara suci Omkara simbol tersuci mencapai Brahman, pranayama cara tapa yang utama, Savitri adalah Mantra tertinggi dan mona (diam rohani) yang utama.

Hari terakhirku di kota yang penuh dengan sejuta kenangan. Pukul 11 pesawatku akan menghantarku menuju Jakarta. Pontianak adalah kota kelahiranku, mengawali hidup di dunia. Ada emak dan keluarga besar, juga para sahabat, tetangga, dan ingatan masa lalu. Sedih? Ya. Entah kapan akan tiba kembali, menguntai jejak langkah disini. Telah kumiliki keluarga ku sendiri, pekerjaanku, jalan kehidupanku, di pulau Bali. Namun, dengan Tuhan dalam hati, yakinku bahwa, hari terakhir disini, last day in paradise, not means last day I believe always in God, give another chance. Maka, dengan setangkup doa di pagi dini hari, se keluarga melantunkan Puja Trisandhya bersama. Didahului dengan penyucian diri dan pengucapan mantra Om Kara. Hmmm, emak melantunkan dengan fasih, perlahan, kuiringi satu demi satu.....


http://okanila.brinkster.net/DataCetak.asp?ID=508 menjelaskan bahwa

SIMBOL Tuhan itu memang bukan Tuhan. Simbol tersebut adalah sarana. Dengan sarana yang berupa simbol Omkara itulah Tuhan dirasakan lebih mudah dipuja terutama bagi umat Hindu yang awam pada umumnya. Tetapi dengan sarana simbol Tuhan tersebut manusia merasa lebih dekat dengan Tuhan. Sarana tersebut adalah alat. 


Swami Dayananda Saraswati menyatakan bahwa aksara Omkara itu adalah sarana tertua dari sebutan untuk Tuhan dalam tradisi Veda. Dalam Bhagawad Gita VII.8 dinyatakan: pranava sarvavedasu. Artinya Tuhan itu (disimbolkan) dengan aksara suci Omkara di dalam semua Veda.

Bahkan, dalam Manawa Dharmasastra II.74 dinyatakan bahwa hendaknya mengucapkan Omkara Mantra setiap permulaan pengucapan dalam mempelajari Mantra Veda. Karena kalau tidak didahului dengan Omkara pelajaran Veda akan tergelincir menyasar. Demikian juga kalau tidak ditutup dengan pengucapan Omkara kesucian Veda akan menghilang. Bahkan, pengucapan Omkara sebagai sebutan Tuhan harus didahului dengan penyucian Pranayama dan Tirtha Pawitra. Ini mengajarkan kita umat Hindu untuk tidak sembarangan menggunakan simbol Omkara tersebut. Dalam sloka berikutnya dinyatakan bahwa Omkara tersebut diperah oleh Tuhan (Prajapati) dari tiga Veda suara A, U dan M serta dari Wyaahrti Bhur, Bhur Swah. Jadi keberadaan aksara Omkara atau juga disebut Bija Mantra atau Pranawa Mantra sangat disucikan menurut ketentuan kitab suci agama Hindu. Oleh karena itu, penggunaan aksara suci Omkara itu tidak boleh sembarangan. Aksara suci Omkara itu bukanlah sekadar hiasan yang menarik dan hanya bernilai seni. Omkara itu simbol sakral keagamaan Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar