Minggu, 30 Januari 2011

Astungkara... kaki gempor, pantat tepos, dan... kecurian


Minggu pagi, 30 Januari 2011. Setelah selesai urusan di rumah, aku dan simbok bersiap untuk sebuah perjalanan spiritual lain. Anak2 dan suami tidak bisa ikut serta. 2 pejati sudah kupersiapkan. Ransel berisi kain dan pakaian ganti, dompet dan surat kendaraan lengkap berada di dalamnya. Motor astrea 800 melaju menyusuri jalan Imam Bonjol, Teuku Umar, Sanur, lalu Gerbang By Pass Prof. IB Mantra. Disana bergabung sepasang muda-mudi, Putu dan GekWi.

"Hla, ibu kok gak pakai kain sih?" Kata Putu, anak asuhku ini. Hwalah, 2 hingga 3 jam naik motor menuju tujuan? Kupilih mengenakan pakaian kebesaranku, celana gombyor berkantung banyak, jaket, dan helm, tak lupa, kacamata cengdem dan sarung tangan, juga kaus kaki. Kami lalu memacu motor menuju ke arah Karangasem. Tujuan kami adalah Pura Luhur Lempuyang.

(Ngurah Suastra menjelaskan dalam http://semeton.blogspot.com/2008/08/tangkil-ke-pura-sadkahyangan-lempuyang.html )

Pura SadKahyangan Agung Lempuyang Luhur adalah Pura Penyungsungan Jagat Bali Hindu. Kalau ditinjau dari sisi topografi terletak di ujung Timur Pulau Bali, pada suatu dataran tinggi (pegunungan), jelasnya : Di Banjar/Desa Adat Purwayu, Desa Tista, Kec. Abang, Kab. Karangasem, Bali.

Bila akan memedek ke Pura Sadkahyangan Agung Lempuyang Luhur, melalui Kec. Abang, ada dua jalur, yaitu :

1. Jalur Kemuda/Purwayu : melalui Desa Ngis Tista, Kemuda, Penataran Agung Lempuyang Luhur di Purwayu, Telaga Mas, Pasar Agung dan akhirnya sampailah di Lempuyang Luhur.

2. Jalur Basangalas; melalui Desa Ngis Tista, Basangalas, Desa/Banjar Gamongan, Telaga Sawangan, Lempuyang Madya (Parahyangan Mpu Gni Jaya) lanjut menuju luhuring Lempuyang Madya, Pucak Bisbis, sampai di Pasar Agungdan dan akhirnya sampai di Lempuyang Luhur.

Ida Bhetara yang berstana disana sering disebut Ida Bhetara Hyang Agnijaya yang juga disebutkan mengemban Ida Bhetara Hyang Iswara.


Dalam perjalanan menuju Pura Sadkahyangan Lempuyang Luhur, kami berhenti sejenak di Pura Gowa Lawa, menghaturkan canang dan mencakupkan tangan berdoa. Udara cerah di pagi hari dan hembusan angin laut membawa aroma segar bagi diri ini. Hmmm, ingin segera tiba di Rumah Tuhan.

Sungguh beruntung kami mengendarai motor, hingga bisa tiba di pelataran parkir Pura Penataran Agung. Segera kukenakan kain sembahyang, dan mengawali doa di Pura dasar dari tujuh pura yang ada di areal Pura Sadkahyangan Lempuyang Luhur ini.

Berikutnya adalah Pura Telaga Mas. Motor kami harus diparkir disini. Kami harus melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sekitar 1700 anak tangga. Selama mengantri giliran bersembahyang, seorang ibu menghampiri, meminta diijinkan untuk membawa banten pejatiku. Well, kuangsurkan banten dengan harapan dia akan membawanya hingga ke Pura Lempuyang Luhur, sekaligus menjadi guide kami...

Selesai berdoa di Pura Telaga Mas, kami bergerak menuju Pura lainnya. Setelah sekitar 100 anak tangga kami daki semenjak dari Pura Telaga Mas, terdapat persimpangan, dan sang guide, mengarahkan kami untuk mengambil langkah berbelok ke kanan. Setelah berjalan menyusuri anak tangga berbatuan sejauh 600 meter, akhirnya kami tiba di Pura Telaga Sawangan. Ini merupakan pura ke tiga sebelum kami memasuki Pura Lempuyang Madya. Rombongan yang bersamaku semenjak dari Pura Telaga Mas, mengakhiri perjalanan mereka hanya di sini. Sedangkan kami berempat melanjutkan perjalanan mengitari pura, bergerak menaiki undagan menuju Pura Pucak Bisbis. Sebelum tiba di Pura Pucak Bisbis, kami kembali beristirahat yang ke sekian kali, membeli dua gelas kopi, dua botol air minum, dan kacang goreng. Hmmm, entah anak tangga yang ke berapa, dari 1700 anak tangga yang harus kami tuntaskan dalam perjalanan menuju Pura Luhur Lempuyang ini.....

Di Pura Pucak Bisbis sudah tidak ada pemangku, mungkin karena sedikitnya pemedek dan dikira, tidak ada yang melanjutkan hingga ke Pura ini lagi. Ah ha... tidak mengapa, kuminta Putu memimpin doa. Setelah selesai, dia yang memercikkan tirta bagi kami semua.

Berikutnya, menyusuri jalan pintas menuju Pura Pasar Agung. Hmmm, sungguh indah jalan setapak yang tidak lagi berupa undagan berbatu, namun hanya jalan tanah, dengan akar-akar pohon berusia ratusan tahun yg menyembul. Setengah jam berjalan menyusuri jalan tanah terjal dan licin, akhirnya kami tiba kembali di jalan berundag bebatuan. Kembali menaiki sekitar 200 anak tangga, tibalah kami pada Pura Pasar Agung. Serombongan orang sedang berdoa dengan dipimpin oleh seorang mangku. Tampak tidak kurang dari 10 ekor monyet bergelayutan di atas pepohonan. Wah, harus waspada agar banten dan tas tidak direnggut oleh mereka.

Selesai di Pura ini, kami kembali menyusuri sekitar 300 anak tangga menuju Pura Lempuyang Luhur. Sungguh banyak monyet yang berada di sepanjang jalan Pura Pasar Agung menuju Pura Lempuyang Luhur. Kubawa kayu buat ngusir monyet, malah nyeleketik kena bag. putih mata, ransum makan siangku dirampas se gerombolah monyet, dan... 12 telur rebus, nasi, tum pindang, botol kecap asin, melayang, hiks.....

Hmmm,
Namun astungkara.... akhirnya berhasil pula kami tiba di Pura Lempuyang Luhur ini. Aahhh, Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
"Om Samaniwah akusih samaniwah dayaniwah, samanamas to va mano Jatihva susaha sati." OM Hyang widhi, satukanlah kami dalam pemikiran, dalam pendapat, dalam perkataan, serta pelaksanaan yang berdasarkan mufakat, seperti halnya para Deva yang bersatu padu dalam membangun sorga kehidupan.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore hari saat kami tiba kembali di parkiran di samping Pura Telaga Mas. Bubar di parkiran bersama Putu dan GekWi, aku memacu motor astrea 800 tercinta, menuju Denpasar, tak lupa, membeli ikan tongkol, lalu mampir menghantarkan ikan tongkol pada mertuaku, sekalian mengunjungi ipar dan para ponakan.

Ah ha, satu hari lagi terlewati dengan sepenuh doa dan semangat menjalani hari-hari.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar